Kamis, 15 Juli 2010
Syamsi Ali Harumkan Nama Bulukumba di Amerika Serikat
Nama Bulukumba tidak asing lagi bagi sebagian warga kota metropolitan New York, Amerika Serikat, karena Imam Masjid Islamic Center of New York (masjid terbesar di New York) sekaligus Ketua Masyarakat Muslim New York itu adalah pria asal Bulukumba, Sulawesi Selatan, Indonesia.Namanya Muhammad Syamsi Ali.
------------
Syamsi Ali Harumkan Nama Bulukumba di Amerika Serikat
Oleh: Asnawin
(Artikel ini saya buat khusus untuk blog http://kabupatenbulukumba.blogspot.com)
Nama Bulukumba tidak asing lagi bagi sebagian warga kota metropolitan New York, Amerika Serikat, karena Imam Masjid Islamic Center of New York (masjid terbesar di New York) sekaligus Ketua Masyarakat Muslim New York itu adalah pria asal Bulukumba, Sulawesi Selatan, Indonesia.
Namanya Muhammad Syamsi Ali (dalam bahasa Inggris dieja Shamsi Ali). Pria kelahiran Bulukumba, 5 Oktober 1967 itu juga menjabat Direktur Jamaica Muslim Center, sebuah yayasan dan masjid di kawasan timur New York, Amerika Serikat, yang dikelola komunitas muslim asal Asia Selatan.
Syamsi Ali aktif dalam kegiatan dakwah Islam dan komunikasi antaragama di Amerika Serikat (terutama pantai timur), serta menjadi juru bicara Muslim di Amerika Serikat. Ia juga sering tampil mengisi acara dakwah di berbagai stasiun televisi di Amerika Serikat.
Sejak 1997, Syamsi Ali memimpin Masjid Al Hikmah, masjid satu-satunya yang dimiliki masyarakat Indonesia di Amerika Serikat. Ketika Presiden SBY dan delegasi Indonesia melakukan salat Jumat di Hotel Ritz Carlton, Washington, Jumat (14 November 2008), Syamsi Ali menjadi khatib sekaligus imam.
Alumni Pondok Pesantren Darum Arqam Gombara, Makassar itu, pernah satu panggung dengan mantan Presiden Amerika Serikat, Bill Clinton, saat mewakili Islam Amerika dalam acara doa untuk Amerika yang diikuti pemuka Protestan, Katolik, Sikh, Hindu, dan Islam lainnya, di stadion terkenal olah raga baseball Yankee Stadium, The Bronx, New York, 23 September 2004.
Selain Bill Clinton, juga hadir Senator Hillary Clinton, Wali Kota New York Rudolph Giuliani, Gubernur New York Robert Pataki, Oprah Winfrey, dan selebritis dunia, serta sekitar 50.000 orang yang memadati stadion yang lokasinya berdekatan dengan reruntuhan gedung kembar 110 tingkat World Trade Center (WTC).
Pada 5 Nopember 2007 lalu, Syamsi Ali juga tampil dalam acara talk show televisi “Face to Face, Faith to Faith”. Acara yang dimoderatori oleh Ketie Couric, pembawa acara televisi AS yang masyhur itu, menampilkan tiga panelis, Rabbi Rubin Stein, Senior Rabbi pada Central Synagogue, Rev. Michael Lindvall, Senior Pastor The Brick Church, dan Syamsi Ali.
Lebih 500 tamu yang hadir memenuhi ruangan Gotham building di Broadway yang terkenal rela membayar mahal. Meja utama dijual dengan harga 50.000 dolar AS per meja dengan kapasitas delapan orang.
Pendidikan
Syamsi Ali menamatkan Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Kajang, Bulukumba. Setelah itu ia melanjutkan pendidikan SMP dan SMA di Pondok Pesantren Darul Arqam Gombara, Makassar. Ia menamatkan SMA-nya di pesantren itu pada tahun 1987. Dengan bekal pengetahuan dan bakat yang dimilikinya, Syamsi Ali kemudian mengajar di pesantren tersebut hingga akhir 1988.
Saat mengajar itulah, ia mendapat tawaran beasiswa dari Rabithah Alam Islami untuk melanjutkan studi ke Universitas Islam Internasional, Islamabad, Pakistan. Jenjang S1 dalam bidang Tafsir diselesaikan tahun 1992. Ia kemudian melanjutkan dan menyelesaikan pendidikan jenjang S2 di universitas yang sama (tamat tahun 1994), dengan memilih bidang Perbandingan Agama.
Pindah ke New York
Selama studi S2 di Pakistan, Syamsi Ali juga bekerja sebagai staf pengajar pada sekolah Saudi Red Crescent Society di Islamabad. Dari sekolah itulah kemudian mendapat tawaran untuk mengajar pada the Islamic Education Foundation, Jeddah, Arab Saudi di awal tahun 1995.
Pada musim haji tahun 1996, Syamsi Ali mendapat amanah untuk berceramah di Konsulat Jenderal RI Jeddah di Arab Saudi. Dari sanalah bertemu dengan beberapa jamaah haji luar negeri, termasuk Dubes RI untuk PBB, yang sekaligus menawarkan kepadanya untuk datang ke New York, AS. Tawaran ini kemudian diterima Syamsi Ali dan ia pindah ke New York di awal tahun 1997. Berdasarkan data statistik, terdapat lebih dari 800.000 kaum Muslimin di New York.
Tampil di ''A Prayer for America''
Sebuah kehormatan besar bagi Syamsi Ali dan bagi umat Islam di seluruh dunia ketika Syamsi Ali diundang mewakili Islam Amerika dalam acara ‘’Doa untuk Amerika’’ (A Prayer for America)-sebuah acara doa dan perenungan AS atas Tragedi Bom WTC dan Pentagon 11 September 2004-yang diikuti pemuka Protestan, Katolik, Sikh, Hindu, dan Islam lainnya di stadion terkenal olah raga baseball Yankee Stadium, The Bronx, New York, 23 September 2004.
Ia satu panggung dengan mantan Presiden Amerika Serikat, senator Hillary Clinton, Wali Kota New York Rudolph Giuliani, Gubernur New York Robert Pataki, Oprah Winfrey, sejumlah selibritis dunia pada acara yang dihadiri sekitar 50.000 orang di stadion yang lokasinya dekat reruntuhan gedung kembar 110 tingkat World Trade Center (WTC).
Ketika itu, Syamsi Ali muncul di mimbar A Prayer for America di Stadion Yankee, New York City, dengan mengenakan kemeja muslim coklat dan peci coklat. Dia menyebut Bismillahirahmanirrahim dari bibirnya. Lalu, puluhan ribu publik AS mendengar syahdunya kalimat-kalimat Allah dibacakan Syamsi di luar kepala. Tidak ada suara, kecuali alunan merdu suara Syamsi.
Pada kesempatan itu, Syamsi Ali menggambarkan bahwa Islam adalah agama yang mengakui persaudaraan umat manusia. Islam tak membenci umat lain. Justru Islam datang untuk mengangkat derajat semua manusia.
Dia juga mengingatkan semua yang hadir agar hendaknya kebencian kita terhadap suatu kaum tidak menjadikan kita tidak adil. Syamsi berpesan kepada pemerintah George Walker Bush dan pengambil keputusan AS agar janganlah kiranya karena kebencian yang tertanam, bukan keadilan yang dijunjung, melainkan pembalasan dendam semata.
Bagaimana ceritanya Syamsi dipilih di acara yang dijadikan pusat perenungan dan doa New York atas tragedi WTC itu?
"Tadinya, diminta membawakan doa mewakili umat Islam. Tapi, saya pikir lebih baik membacakan ayat-ayat suci. Ya sekalian dakwah," papar Syamsi, kepada wartawan Jawa Pos.
Seluruh bacaan Syamsi diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh muslimah Amerika. Belakangan diketahui, tampilnya muslimah itu atas permintaan Syamsi.
"Dibacakannya artinya oleh muslimah dengan maksud diketahui artinya. Kedua, untuk diketahui bahwa wanita dalam Islam tak selalu ada di belakang pintu," paparnya.
Tampilnya Syamsi dalam event ini-- disiarkan di seluruh jaringan teve utama nasional AS, termasuk CNN-- bukan yang pertama. Sepekan sebelumnya dia juga digandeng Presiden George W. Bush untuk bersama-sama mengunjungi reruntuhan WTC.
Syamsi selama ini memang sudah berhubungan baik dengan wali kota New York. Di setiap acara yang berhubungan dengan Islam, Giuliani kerap menggaet Syamsi. Sebagai dai yang sering khotbah di masjid-masjid besar NY, dia sudah dikenal luas.
Kapan diberitahu tampil di Yankee Stadium? "Saya diberitahu dua hari sebelumnya lewat Imam Izekil Pasha, kepala Kerohaniaan New York Police Department (NYPD)," jelasnya.
Syamsi, staf lokal di Indonesian Mission untuk PBB (PTRI New York) berkantor di 325 East 38th Street, New York, NY 10016, USA ini, memiliki kebanggaan khusus pula sebagai anak bangsa.
"Bagi saya pribadi, itu kehormatan bagi negara dan bangsa kita sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia," katanya dengan vokal rendah.
Tampil di Kampus New York University
Tanggal 22 Oktober 2007, dia tampil sebagai pembicara bersama Rabbi Marc Shneier dari East New York Synagogue dalam acara “Dialog Muslim-Yahudi: Tantangan dan Peluang Hubungan di Masa Depan”, yang dihadiri lebih dari 400-an mahasiswa dan professor Universitas New York (NYU), di kampus New York University.
Moderator diskusi, Joel Cohen, mantan jaksa dan penulis buku “Moses and Jesus in Dialogue” bertanya mengenai bagaimana Syamsi Ali menyikapi jika suatu ketika ada Muslim, yang dalam bahasa Cohen “a Mullah”, ingin mendirikan negara Islam di Amerika.
Syamsi Ali mengatakan; “Amerika, dalam banyak hal lebih pantas untuk dikatakan negara Islam ketimbang banyak negara yang diakui sebagai negara Islam saat ini.”
Amerika, katanya, telah lebih banyak menegakkan syariat Islam ketimbang negara-negara yang mengaku mengusung syariat. Untuk itu, seorang Muslim yang paham tentang konsep masyarakat dalam Islam, tidak akan pernah mempermasalahkan itu lagi. Sebaliknya, non-Muslim juga seharusnya tidak perlu “over worried” mengenai hal tersebut.
Dia mengatakan, Amerika yang didirikan di atas asas kebebasan, kesetaraan dan keadilan untuk semua, sesungguhnya didirikan di atas asas nilai-nilai dasar Islam. Islam juga didasarkan kepada nilai-nilai kebebasan (al-hurriyah), keadilan (al `adaalah), dan persamaan (al musawah).
Tampil Talk Show di Televisi
Pada 5 Nopember 2007 lalu, Syamsi Ali tampil dalam acara talk show televisi “Face to Face, Faith to Faith”. Acara yang dimoderatori oleh Ketie Couric, pembawa acara televisi AS yang masyhur itu, menampilkan tiga panelis, Rabbi Rubin Stein, Senior Rabbi pada Central Synagogue, Rev. Michael Lindvall, Senior Pastor The Brick Church dan Syamsi Ali.
Lebih 500 tamu yang hadir memenuhi ruangan Gotham building di Broadway yang terkenal rela membayar mahal. Meja utama dijual dengan harga 50.000 dolar AS per meja dengan kapasitas delapan orang.
Ketie Couric sebelum memulai acara dialogu malam itu mengatakan dirinya sudah mempelajari semua agama, seperti Kristen, Yahudi dan Islam. Makin dalam ia mempelajari agama-agama itu, makin dalam pula penyesalan dirinya karena telah salah persepsi terhadap agama, khususnya Islam. Mulai saat itu, Ketie bersumpah untuk lebih menghargai dan menghormati Islam dan kaum Muslimin.
Syamsi sendiri mengaku acara itu sangat membanggakannya. Selain karena pujian terhadap agama Islam begitu besar di saat media kurang bersahabat dan masih luasnya salah paham terhadapnya, juga karena Ia telah menyampaikan agama ini secara lugas dan apa adanya.
Banyak di antara warga AS yang pernah mendengarkan syiar Islam Syamsi Ali berkunjung ke Islamic Center yang dipimpinnya. Sebagian ingin mempelajari lebih dalam lagi masalah Islam, sebagian lagi malah langsung ingin di-Islam-kan.
Penghargaan
Syamsi Ali telah beberapa kali mendapatkan penghargaan internasional. Tahun 2006, New York Magazine menobatkannya sebagai salah satu dari tujuh tokoh agama paling berpengaruh di New York.
Tahun 2009, Koalisi Organisasi Etnik (National Ethnic Coalition Organizations) memberikan Ellis Island Medal of Honor Award 2009, kepada Syamsi Ali sebagai tokoh yang dianggap telah memberikan sumbangan kepada masyarakat maupun kepada kehidupan secara umum di Amerika Serikat, khususnya di kota New York.
Penghargaan tersebut sangat membanggakan, karena hanya pernah diterima oleh individual-individual yang masyhur, seperti mantan presiden, tokoh politik Amerika, pebisnis sekaliber Donald Trump, altlet semacam Muhammad Ali, atau tokoh dunia seperti mantan Presiden Majelis Sidang Uumum PBB, Sheikha Haya Rashid Al Khalifa.
Nama-nama yang mendapat penghargaan ini dituliskan di dinding gedung museum Ellis Island, sebuah pulau bersejarah sebagai tempat mendaratnya para imigran pertama kali di Amerika.
"Saya bersyukur kepada Allah SWT, bukan karena penghargaan kepada saya, tapi atas kenyataan bahwa Islam dan peranan komunitas Muslim di kota New York sudah diakui dan dihargai", kata Syamsi.
Anak Nakal
Hingga kini sudah banyak negara Islam yang dikunjungi Syamsi. Selain Pakistan dan Arab Saudi, dia juga sudah mengunjungi Turki, Jerusalem, Iran, Yordania, Syria, serta negara-negara Timur Tengah lain.
Saking seringnya bepergian ke luar negeri dan menetap di beberapa negara, ketiga anaknya dari isteri bernama Muthia Malik Thahir, semua lahir di mancanegara. Anak pertama, Maryam Zakiyah, lahir di Pakistan. Yang kedua, Utsman Afifi, lahir di Jeddah, Saudi Arabia, sedangkan anak ketiga Adnan Osama, lahir di New York.
Di balik kepiawaian Syamsi berkotbah dan berceramah dalam bahasa Inggris dan Arab sekarang, ternyata tersimpan cerita lama yang sangat menarik. Ketika masih SD di Bulukumba, Syamsi kecil rupanya anak yang nakal.
''Kenakalan pertama saya adalah saya suka berkelahi. Kenakalan kedua, saya paling bandel di sekolah. Seingat saya, sampai saya tamat SD, saya nggak memiliki buku catatan. Sampai sekarang, saya masih berpikir, mengapa saya lulus,'' kenangnya.
Saking nakalnya, anak ketiga di antara lima bersaudara pasangan Ali Kadrun dan Ny Inong Tippang ini pun dimasukkan ke pesantren.
''Saya dimasukkan ke pesantren oleh orangtua karena ketika saya kecil, saya termasuk sangat nakal. Sehingga, bagi orangtua saya saat itu, pesantren adalah tempat yang sesungguhnya untuk memenjarakan saya,'' kenangnya lagi.
Tetapi, justru dimasukkan ke pesantren, Syamsi yang berperawakan tubuh sekitar 167 cm malah merasakan banyak kesenangan dan kegembiraan.
''Di pesantren, saya bisa melampiaskan kenakalan saya karena di pesantren itu saya bisa ikut latihan silat. Kenakalan saya di SD jadi tersalur,'' kata penyandang sebutan pendekar Tapak Suci dan juara pertama nasional silat di Bandung (1995), serta juara dua di kejuaraan nasional silat di Bali (1997) ini.
Selain punya prestasi silat dan kemahiran bahasa Arab dan Inggris di pesantren, prestasi sekolah Syamsi pun berkibar. Syamsi tamat dari pesantren (1987) dengan peringkat I sehingga meraih beasiswa dan melanjutkan kuliah di Pakistan. Bakat dan tekad Syamsi mengejar pendidikan terpatri karena terpicu latar belakang keluarganya yang sederhana.
''Kedua orangtua saya adalah dari keluarga petani. Bahkan, saya selalu menyatakan bahwa kedua ibu bapak saya termasuk korban keterbelakangan pendidikan RI masa lalu sehingga beliau berdua termasuk masih buta huruf,'' katanya.
Syamsi yang tercatat sebagai karyawan di Kantor Perwakilan Tetap RI untuk PBB New York (PTRI-New York) ini berpesan bahwa New York adalah kota sibuk. Seorang yang tinggal di sini harus piawai mengelolanya. Di kantor beralamat 325 East 38th Street, New York, N.Y. 10016 itu, Syamsi bekerja sebagai staf lokal.
Sumber : (semuanya dikutip pada Jumat, 16 Juli 2010)
- http://id.wikipedia.org/wiki/Syamsi_Ali
- Kusaeni, Akhmad, Ustadz Syamsi Ali, Dai Asal Indonesia Di Negeri Paman Sam, http://musadiqmarhaban.wordpress.com/2007/11/26/ustadz-syamsi-ali-dai-asal-indonesia-di-negeri-paman-sam/,
- Pohan, Ramadhan, Ustad Indonesia Tampil di A Prayer for America Al-Maidah pun Berkumandang, http://media.isnet.org/isnet/Syamsi/forUSA.html
- Harian Republika, Syamsi Ali Dai Indonesia Paling Berpengaruh di New York, 8 Mei 2009, http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/09/05/08/49168-syamsi-ali-dai-indonesia-paling-berpengaruh-di-new-york
- Pohan, Ramadhan, M. Syamsi Ali, Orang Indonesia yang Jadi Tim Rekonsiliasi New York Sering Diminta Ceramah Warga Arab di Brooklyn, http://media.isnet.org/isnet/Syamsi/ceramah.html
-
[Terima kasih atas kunjungan, komentar, saran, dan kritikan anda di blog: http://kabupatenbulukumba.blogspot.com/.]
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
IKAN DUYUNG. Jumaning (60), membersihkan tubuh ikan duyung yang ditemuinya di tepi pantai saat mencuci bentang (tali rumput laut) di pesi...
-
Andi Sultan Daeng Radja bersama tujuh orang lainnya telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional melalui Surat Keputusan Presiden RI (Sus...
-
BUNDARAN PHINISI. Kabupaten Bulukumba yang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, terdiri atas 10 kecamatan dan 126 ...
4 komentar:
mantap..
bulukumba tetap jaya...salam kreatif tuk semua blogger bulukumba..
selamat berpuasa.
slam kreatif tuk semua anak blogger bulukumba..
selamat berpuasa..
iye', sy kira memang perlu ada orang yg bersedia meluangkan waktu melakukan sesuatu demi kepentingan dan kebaikan orang banyak....
Jumat malam, 7 Oktober 2011, saya bertemu, bersalaman, berpelukan, cipika-cipiki, dan foto bersama ustadz Syamsi Ali, di Masjid Al Markaz Al Islami, Jl Masjid Raya Makassar......., sungguh saya tak menyangka akan bertemu dalam suasana yang sangat membahagiakan seperti itu....
Posting Komentar