Kamis, 12 Agustus 2010

Memungut Serpihan Peristiwa di SD Negeri 10 Ela-ela, Bulukumba


 
GEDUNG SD Negeri 10 Ela-ela, Kecamatan Ujungbulu, Kabupaten Bulukumba, saat difoto pada Kamis, 12 Agustus 2010. Banyak kenangan yang masih tersimpan dalam ingatan dari sekolah ini saat kami menimba ilmu sambil bermain spada episode tahun 197401980.(Foto: Asnawin)




-------

Memungut Serpihan Peristiwa di SD Negeri 10 Ela-ela, Bulukumba

 


Oleh: Asnawin
(Siswa SD Negeri 10 Ela-ela, 1974-1980)

Tiga puluh tahun bukanlah waktu yang singkat dan tak mudah mengingat peristiwa yang terjadi saat itu. Untuk memungut kembali serpihan-serpihan peristiwa puluhan tahun lalu itu, saya berkunjung ke SD Negeri 10 Ela-ela, Bulukumba, Kamis, 12 Agustus 2010.

Pagi yang cukup cerah menyambut kedatangan saya bersama salah seorang anak lelaki saya yang berusia enam tahun. Sayangnya, sekolah sedang sepi karena sedang libur Ramadhan, tetapi beruntung ada beberapa guru dan petugas sekolah, serta sejumlah murid yang datang, karena tengah berlangsung Pesantren Kilat (Peskil) atau Amaliyah Ramadhan.

''Ini hari kedua Pesantren Kilat. Hari pertama Pesantren Kilat tingkat Kecamatan Ujungbulu dibuka secara resmi di Masjid Agung oleh Bupati Bulukumba, kemarin (Rabu, 11 Agustus 2010. Selanjutnya, hari kedua sampai hari keempat dilanjutkan di sekolah masing-masing,'' jelas Hj. St. Sohrah M, SAg, guru Pendidikan Agama SD Negeri 10 Ela-ela, kepada saya.

Saat masuk ke ruangan kelas tempat dilangsungkannya Peskil dan menyaksikan sejumlah anak tengah serius mengikuti kegiatan, saya langsung tersenyum. Lanskap ingatan saya mencoba menerobos waktu ke puluhan tahun silam.

Saya bersekolah di SD Negeri 10 Ela-ela selama enam setengah tahun, karena kebetulan waktu itu pemerintah memperpanjang satu semester waktu belajar sekitar tahun 1978. Saya masuk sekolah pada tahun 1974 dan tamat pada tahun 1980.

Mungkin karena kebetulan ayah saya (Aminuddin Gudang) mengajar di sekolah tersebut dan tergolong murid pintar di antara yang kurang pintar, saya selalu menempati rangking satu, rangking dua, atau rangking tiga, mulai kelas satu sampai kelas enam.

Akibatnya, saya sering mewakili sekolah pada setiap ada lomba mata pelajaran dan cerdas-cermat. Saya juga aktif mengikuti latihan pramuka dan berkemah, serta lomba seni, khususnya lomba baca puisi. Selain itu, saya juga senang menulis cerita pendek, tetapi hanya jadi koleksi pribadi.

Waktu itu, beberapa ruangan kelas masih berdinding papan dan berlantai tanah. Pagar depan dihiasi dengan pohon ''kayu cina'' yang daunnya sering dijadikan makanan untuk kambing peliharaan.

Halaman depan selalu dijadikan tempat bermain sepakbola setiap jam istirahat (dulu istlahnya ''keluar-main''). Halaman belakang sekolah kami penuh dengan ilalang, tumbuh-tumbuhan, dan pohon-pohon besar. Di sana kami selalu bermain, berkejar-kejaran, dan kadang-kadang berkelahi.

Teman seangkatan saya waktu itu, antara lain Obet (sekarang di Kendari), James, Daud Kahal (sekarang Kabag Humas dan Protokol Pemda Bulukumba), Suryanama (Riri'), Baharuddin (sekarang pejabat di Dinas Pendidikan Pemda Bulukumba), Ermawati, Rano, Najmiati (Naje), Rahbiah (Bia), Ambo Masse, Ambo Rappe, Baso, dan Nurdin.

Kepala sekolah waktu itu dijabat Muhammad Saleh BA, tetapi saat kami tamat beliau sudah dipindahkan ke sekolah lain, sehingga ijazah kami ditandatangani oleh penilik (sekarang pengawas sekolah) Drs Ambo Rasyid.

Guru kami waktu itu antara lain, ibu Illang (maaf saya lupa nama aslinya, beliau adalah isteri dari Muhammad Saleh), pak Aminuddin, ibu Nur'aeni, ibu Nurwahidah, ibu Fatmah, pak Paremma, ibu Kamsina, ibu Hamsina, dan ibu Mariyama.

''Saya baru pindah mengajar di sekolah ini pada tahun 1985,'' ungkap Hj Sohrah yang kini diberi amanah sebagai Bendahara Sekolah.

Demikian hasil pungutan serpihan ingatan saya dan bincang-bincang saya dengan salah seorang guru di SD Negeri 10 Ela-ela, Bulukumba, pada Kamis, 12 Agustus 2010.


Sejumlah murid SD Negeri 10 Ela-ela, Bulukumba, mengikuti Pesantren Kilat (Amaliyah Ramadhan) hari kedua, Kamis, 12 Agustus 2010. (foto: asnawin)



Salah satu ruangan kelas SD Negeri 10 Ela-ela, Bulukumba, yang difoto pada Kamis, 12 Agustus 2010. (foto: asnawin)



Gedung perpustakaan SD Negeri 10 Ela-ela, Bulukumba, saat difoto pada Kamis, 12 Agustus 2010. (foto: asnawin)


[Terima kasih atas kunjungan, komentar, saran, dan kritikan anda di blog: http://kabupatenbulukumba.blogspot.com/.]

5 komentar:

Imran mengatakan...

Kebetulang ketika sedang googling, terlihat kata sd neg. 10 ele-ela....... Ha ha ha itu skolahku juga !
Masuk disana tahun 1977, di kelas 1 dgn walikelasnya Bu Illang, waktu itu masih ada Pak Paremma, Ibu Nuraini dsb yg saya sudah lupa.
Kakakku Harlina (saat saya masuk skolah dia sdh klas 5) dan Ramlan Hamid (saat itu dia kelas 3) juga skolah dan tammat di SD ini, kalo saya keburu pindah tahun 1979 ke SD Impres Balocci Tonasa-Pangkep. Teman2ku saat itu; Adi(asriadi, punya kk namanya gogo), piter, Juma', Akbar,Burhan(bure'), Eni (skarang di Diknas Bulukumba).......... wah tak kusangka ingatanku kesitu. Thanks

Muh. Imran

Anonim mengatakan...

Ha..ha...ha... halo Imran, apa kabarta, dimanaki sekarang. Kalo tdk salah, Imran itu dulu murid paling kecil di SD 10 Ela-ela Bulukumba, tapi semangatnya sangat besar. Dimana sekarang kerja Lina dan Ramlan. Sayalah kakaknya Adi. Sayalah Gogo. Ha..ha..ha..., saya bersyukur sekali akhirnya bisa ketemu teman dan adekku yg bernama Imran, kirimki email ke; asnawin@ymail.com, sy tunggu nah.....

Asnawin Aminuddin mengatakan...

kemarin waktu lebaran, sy sempatkan diri lagi singgah dan foto2 di SD Negeri 10 Ela-ela, Bulukumba....

Unknown mengatakan...

Keren kisah nya pak, good luck , dan Salam Kenal, sy coba browsing nama Alm. Papa saya , ternyata yang muncul di blog bpak, sy anak yang bpak sbutkan diatas pengawas sekolah bpak dulu, jadi kangen Alm. sudah lama saya tidak ke sulawesi selatan :( insya Allah Next time I back to Bulukumba

Pedoman Karya mengatakan...

Asty Group...
trims sudah berkunjung dan berkomentar di blog Kabupaten Bulukumba...
Dimanaki sekarang...
Kalau tidak salah, dulu saya sering main tenis meja di rumah ta, diajak oleh kakak ta' laki-laki, saya lupa siapa namanya. Seingat saya, dia orangnya sabar dan tidak banyak bicara, kurang lebih sama dengan bapak ta' (almarhum, semoga beliau tenang di alam barzakh)... (asnawin)