Selasa, 09 November 2010

Syahrul Yasin Limpo Bergelar ''Puto Salama''


PUTO SALAMA. Gubernur diberi gelar tertinggi di masyarakat adat Ammatoa dengan gelar ''Puto Salama'' yang berarti pemberi keselamatan bagi rakyat dan masyarakat. Sedangkan Kapolda Sulsel Irjen Pol Johny Waenal Usman mendapatkan nama gelar ''Puto Panganro'' yang berarti pelindung keamanan rakyat. (Foto: M Nasir)




Syahrul Yasin Limpo Diberi Gelar ''Puto Salama''

Laporan: Badaruddin
(Kasubag Penyaringan Informasi Humas Pemprov Sulsel Melaporkan dari Bulukumba)
Selasa, 9 November 2010
http://www.tribun-timur.com/read/artikel/136340/CITIZEN_REPORTER_Syahrul_

TRIBUN-TIMUR.COM - Usai melantik Zainuddim Hasan-Syamsuddin sebagai Bupati dan Wakil Bupati Bulukumba masa jabatan 2010-2015, Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo menuju Desa Tanah Toa, Kecamatan Kajang, Selasa (9/11 ).

Gubernur Syahrul langsung disambut masyarakat dan dipakaikan passapu kepala berwarna hitam oleh Kepala Desa Tanah Toa Suttang sebagaimana lazimnya tetamu yang akan memasuki daerah Ammatoa.

Gubernur didampingi Wakil Bupati Syamsuddin, Kepala Inspektorat Sulsel Azikin Solthan, Kepala Biro Humas dan Protokol Agus Sumantri, serta kepala SKPD di lingkup Pemprov Sulsel.

Acara diselenggarakan di rumah Termuan Ammatoa. Gubernur diberi gelar tertinggi di masyarakat adat Ammatoa dengan gelar ''Puto Salama'' yang berarti pemberi keselamatan bagi rakyat dan masyarakat.

Sedangkan Kapolda Sulsel Irjen Pol Johny Waenal Usman mendapatkan nama gelar ''Puto Panganro'' yang berarti pelindung keamanan rakyat.

Syahrul, mengatakan, dirinya hadir di tanah adat Kajang bukan hanya sebagai gubernur melainkan juga sebagai salah satu keturunan Raja Gowa.

Menurutnya, Kerajaan Gowa dengan Ammatoa merupakan satu kesatuan adat yang tak bisa dipisahkan, karena setiap membaca sejarah dalam lontara Gowa, nama Ammatoa juga selalu disebut-sebut.

Untuk itu, gubernur berharap agar kelestarian tanah Ammatoa harus dijaga dengan baik karena merupakan kekayaan adat-istiadat di Sulsel.

"Untuk itu, mari kita jaga kebiasaan lama. Pepohonan dan alam sekitarnya kita jaga bersama. Saya agar disampaikan pepohonan apa yang cocok di tanam di daerah ini. Saya siap untuk memberikan bibitnya," jelasnya.

Pemangku Adat Ammatoa mengatakan, tanah dan hutan bagi masyarakat Kajang wajib dipelihara karena bisa menjaga mata air dan kelestarian alam. Pemangku adat Ammatoa, menambahkan, empat hal yang perlu diperhatikan di antaranya jangan menebang kayu di hutan, jangan menebang rotan, jangan mengganggu satwa, serta jangan mengganggu lebah.(*)


[Terima kasih atas kunjungan, komentar, saran, dan kritikan anda di blog: http://kabupatenbulukumba.blogspot.com/.]

Tidak ada komentar: