Sabtu, 13 Februari 2010

Lingkaran Kota Bulukumba


Lingkaran Kota Bulukumba diabadikan pada peka pertama Februari 2010. Saya selalu sedih dan menangis kalau pulang kampung dan mendapati Lingkaran Kota Bulukumba dipenuhi orang untuk hura-hura, balapan, tempat pacaran, dan tempat pesta kembang api di malam lebaran (malam takbiran). (foto: asnawin)





Lingkaran Kota Bulukumba

Oleh: Asnawin

Awal tahun 1980-an, saya sering bermain-main di Lingkaran Kota Bulukumba, sebuah taman berbentuk lingkaran di pusat Kota Bulukumba. Taman tersebut terletak di antara Lapangan Pemuda Bulukumba, Kantor Bupati Bulukumba, Rumah Jabatan Kapolres Bulukumba, dan Pusat Pertokoan.

Di taman berdiamater sekitar 50 meter itu, selain bermain, saya dan beberapa teman juga kerap belajar bersama dan berdiskusi tentang pelajaran sekolah. Pada bulan Ramadhan, saya dan teman2 juga sering berkumpul di taman itu untuk membangunkan orang makan sahur dengan cara berteriak-teriak dan membakar mercun.

Ketika itu, kota Bulukumba masih akrab dengan suasana Islami. Waktu itu, selain belajar di sekolah formal pada pagi hari, saya juga terdaftar dan aktif sebagai santri sekolah sore di Masjid Babul Khaer Bentenge'.

Banyak remaja yang rajin ke masjid untuk salat berjamaah dan untuk mengikuti pengajian. Sampai pertengahan tahun 1990-an, organisasi remaja masjid juga sangat hidup. Para pengurus dan anggota remaja masjid saling mengundang dan saling berkunjung dari masjid ke masjid. Kunjungan dari masjid ke masjid itulah juga yang mempertemukan saya dengan seorang perempuan yang kini menjadi isteri saya dan ibu dari lima anak saya.

Tahun 1986, saya hijrah ke Makassar untuk melanjutkan kuliah. Suasana Islami masih terasa setiap kali saya berlibur atau pulang kampung ke Bulukumba. Oh ya, kebetulan rumah saya berada persis di belakang rumah jabatan Kapolres Bulukumba. Jadi antara Lingkaran Kota Bulukumba dengan rumah orangtua saya hanya di antarai rumah jabatan Kapolres. Suasana Islami itu juga masih terasa di pusat kota Bulukumba hingga tahun 2000-an. Apalagi Bupati Bulukumba ketika itu, Andi Patabai Pabokori rajin berkunjung ke masjid.

Beberapa tahun terakhir, suasana Islami itu sepertinya tidak terasa lagi. Saya selalu sedih dan menangis kalau pulang kampung dan mendapati Lingkaran Kota Bulukumba dipenuhi orang untuk hura-hura, balapan, tempat pacaran, dan tempat pesta kembang api di malam lebaran (malam takbiran).

Saya berharap Lingkaran Kota Bulukumba kembali seperti dulu sebagai tempat rekreasi, tempat belajar, dan tempat diskusi positif. Mudah-mudahan ke depan tidak ada lagi balapan resmi ataupun liar, serta pesta kembang api di Lingkaran Kota Bulukumba dan di Lapangan Pemuda Bulukumba. Saya merindukan kembali suasana Islami dan suasana tenang di Bulukumba.

Makassar, 13 Februari 2010

[Terima kasih atas kunjungan, komentar, saran, dan kritikan anda di blog: http://kabupatenbulukumba.blogspot.com/.]

2 komentar:

Unknown mengatakan...

harus di usulkan it pak,ke pada pemerintah kota bulukumba supaya nuansa islami yg ad di bulukumba tetap kental smpai saat in. . .

Asnawin Aminuddin mengatakan...

iye', kami akan koordinasikan dengan Pemkab Bulukumba....