Selasa, 24 Agustus 2010

Selamat Datang Perubahan



KANTOR BUPATI BULUKUMBA. Banyak janji yang diumbar duet Zainuddin Hasan - Syamsuddin (Zaidin), bahkan Zainuddin Hasan secara pribadi mengikrarkan kontrak politik. Bila dipercaya masyarakat Bulukumba, ia berjanji akan mengemban amanah dan kepercayaan itu untuk perubahan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat Bulukumba. (Foto: Asnawin)


-------------------------

Selamat Datang Perubahan


Oleh: Asnawin

Perubahan berasal dari kata ubah yang memiliki tiga arti, yaitu menjadi lain (berbeda) dari semula; bertukar (beralih, berganti) menjadi sesuatu yang lain; serta berganti (tentang arah). Itulah pengertian ubah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Perubahan selalu menjadi jargon atau jualan dalam setiap kampanye pemilu, pemilihan presiden, pemilihan gubernur, serta dalam pemilihan bupati/walikota, terutama oleh mereka yang menantang incumbent (istilah yang entah bagaimana awal ceritanya sehingga di Indonesia diartikan sebagai orang yang tengah berkuasa / melaksanakan amanah sebagai kepala pemerintahan, tetapi masih ingin memertahankan posisinya dengan cara maju kembali dalam pemilihan presiden/gubernur/walikota/bupati).

Mungkin karena presiden kita saat ini adalah incumbent, maka tidak banyak perubahan yang terjadi di Indonesia, tetapi tulisan pendek ini memang tidak membahas masalah perubahan secara nasional. Tulisan ini hanya ingin ”mengintip” salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan, yaitu Kabupaten Bulukumba.

Selama lima tahun terakhir (2005-2010), Bulukumba dipimpin bupati Sukri Sappewali yang didampingi wakil bupati Padasi. Selama lima tahun tersebut memang banyak perubahan yang terjadi. Perubahan itu antara lain, Bulukumba tidak lagi identik dengan kota religius yang masjid-masjidnya diramaikan oleh remaja masjid dan majelis taklim. Tak heran kalau jumlah jamaah pun jauh berkurang dibandingkan lima tahun sebelumnya.

Bupati sebelumnya (1995-2000, 2000-2005), Patabai Pabokori, cukup rajin berkunjung dari masjid ke masjid, berdialog dengan pengurus masjid, memberikan bantuan, serta membantu biaya naik haji atau umrah (gratis) bagi remaja masjid dan orang-orang yang tidak mampu ke Tanah Suci. Sementara bupati Sukri Sappewali, jarang berkunjung ke masjid.

Perubahan lain yaitu Bulukumba identik dengan pesta kembang api pada setiap malam takbiran (malam sebelum pelaksanaan Salat Ied bagi umat muslim) dan malam tahun baru. Lima tahun terakhir, taman lingkaran kota yang berdampingan dengan Kantor Bupati Bulukumba, Rumah Jabatan Kapolres Bulukumba, dan Lapangan Pemuda Bulukumba (tempat pelaksanaan Salat Ied), selalu diramaikan ribuan remaja, anak-anak, dan orang dewasa yang berpesta kembang api.

Perubahan juga terjadi dalam hubungan bupati (eksekutif) dengan anggota DPRD (legislatif) dalam lima tahun terakhir. Hubungan yang kurang harmonis mengakibatkan molornya pembahasan dan pengesahan APBD, sehingga Bulukumba hampir selalu kena penalti.

Tidak bisa dimungkiri bahwa ada juga perubahan positif dalam lima tahun terakhir, antara lain renovasi gedung kantor Bupati Bulukumba dan perbaikan jalan di tengah kota, tetapi tidak banyak yang bisa dicatat sebagai prestasi. Seharusnya ada data tentang berbagai perubahan dan pembangunan yang bisa dipertanggungjawabkan sebagai hasil kerja pemerintah Bulukumba di bawah komando duet Sukri Sappewali - Padasi, tetapi data itu pasti sulit didapatkan.

Kini, atau lima tahun ke depan (2010-2015), kita dan khususnya masyarakat Bulukumba tentu berharap ada perubahan positif di daerah berjuluk ”butta panrita lopi” itu. Harapan itu terasa cukup besar setelah hampir pasti bupati incumbent Sukri Sappewali (yang berpasangan dengan Rasyid Sarehong dan mengusung jargon ”Aspirasi” ), kalah dalam Pemilukada putaran kedua dari duet Zainuddin Hasan - Syamsuddin (Zaidin).

Zainuddin Hasan adalah Bupati Pohuwato, Provinsi Gorontalo (2005-2010), dan berlatar belakang pengusaha, sedangkan Syamsuddin adalah Sekretaris Kabupaten Bantaeng yang juga pernah menduduki jabatan di tingkat provinsi Sulawesi Selatan (birokrat tulen).

Banyak janji yang diumbar Zaidin, bahkan Zainuddin Hasan secara pribadi mengikrarkan kontrak politik. Bila dipercaya masyarakat Bulukumba, ia berjanji akan mengemban amanah dan kepercayaan itu untuk perubahan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat Bulukumba. Setiap kecamatan akan mendapat dana bergulir Rp 500 juta untuk dijadikan modal usaha. Begitu juga masjid yang sudah terbengkalai akan diperbaiki kembali.

Tak sekadar itu. Ia bercita-cita ingin mengubah Bulukumba menjadi lebih maju dengan mengembangkan mental bisnis masyarakat Bulukumba. Dia mengatakan, kalau kita ingin kurangi kemiskinan, berarti harus ada lapangan pekerjaan.

Masyarakat Bulukumba kini menunggu perubahan yang dijanjikan duet Zainuddin Hasan - Syamsuddin. Untuk sementara, selaku warga negara Indonesia yang lahir dan besar di Bulukumba, saya hanya bisa mengucapkan ”Selamat Datang Perubahan di Bulukumba.”

Keterangan:
- Artikel ini juga termuat di Kompasiana (Media Warga atau Citizen Media yang dibuka oleh harian Kompas), 24 Agustus 2010.
(http://sosbud.kompasiana.com/2010/08/24/selamat-datang-perubahan/).

[Terima kasih atas kunjungan, komentar, saran, dan kritikan anda di blog: http://kabupatenbulukumba.blogspot.com/.]

4 komentar:

bulukumba mengatakan...

Mudah2an nahkoda Perahu Phinisi yg baru dapat membawa masy. bulukumba ke Pulau Sejahtera.Agenda2 reformasi tata kelola pemerintahan yg difasilitasi oleh program P2TPD selama ini dpt tetap berlanjut dan ditingkatkan lagi inisiatif konkritnya. Selamat Datang Zainuddin-Syamsuddin, dan Selamat jalan A.Sukri-Padasi.

Asnawin Aminuddin mengatakan...

ya, semoga banyak perubahan positif di Bulukumba dalam lima tahun ke depan.....

gearindo mengatakan...

Semoga Nahkoda di Butta panrita lopi yang baru dapat melaksanakan janjinya untuk perubahan jangan sekedar janji kosong .

Asnawin Aminuddin mengatakan...

I hope so