Senin, 18 Oktober 2010
Budaya Bugis itu Beda
BUKU BUGIS. Sejatinya, Jacqueline, berprofesi sebagai pramugari di maskapai penerbangan nasional. Keseringan bertemu dengan orang-orang Bugis, membuatnya tertarik. Dia menghunting semua buku yang terkait dengan Bugis, lalu akhirnya dia pun menulis buku tentang Bugis. (Foto: Harian Fajar)
-----------
Budaya Bugis itu Beda
-Jacqueline Tuwanakotta (Penulis Novel "Bugisku Tak Sekadar Phinisi)
Harian Ujungpandang Ekspres, Makassar
Kamis, 07-10-2010
http://www.ujungpandangekspres.com/view.php?id=53837
Sejatinya, Jacqueline, berprofesi sebagai pramugari di maskapai penerbangan nasional. Keseringan bertemu dengan orang-orang Bugis, membuatnya tertarik. Dia menghunting semua buku yang terkait dengan Bugis, lalu akhirnya dia pun menulis buku tentang Bugis.
Untuk menulis novel dengan judul "Bugisku Tak Sekadar Phinisi", Jacqueline pun rela tinggal di Tanah Beru, Kabupaten Bulukumba, selama seminggu.
"Saya mengetahui kedua kisah tersebut (sejarah Phinisi dan I La Galigo) dari kedua orang tua saya. Sejak kecil, saya tahu dari orang tua saya, katanya, hanya ada dua pelaut asli di dunia ini, yaitu Orang Bugis dan Ambon," ungkapnya, saat berkunjung ke redaksi Harian Ujungpandang Ekspres, Rabu (5/10), kemarin.
Di bukunya yang sebentar lagi akan dilaunching, Jacqueline memadukan unsur dengan apik Budaya Bugis, olahraga seperti A'raga dan agama. Olahraga A'raga biasa dimainkan empat sampai lima orang dengan menggunakan bola yang terbuat dari rotan.
"Saya bahkan mengikuti anak-anak yang akan pergi mengaji. Ini saya lakukan untuk mengetahui sejauh mana budaya Bulukumba, kehidupan masyarakatnya, dan hal-hal yang menarik lainnya," katanya.
Menurut pramugari ini, Perahu Phinisi sangat unik karena tidak memakai paku. Bahkan, hanya menggunakan paca.
"Inilah keunikannya. Makanya, Phinisi terkenal di luar negeri," ungkapnya.
Bahkan, dari hasil penelusuran dari membaca buku dan pesiar ke sejumlah negara, dia semakin yakin, Kapal Phinisi, merupakan dasar semua negara dalam membuat kapal.
"Di Jeddah, misalnya, saya melihat menara tertinggi di sana, dan modelnya menyerupai Kapal Phinisi. Ini membuktikan Bugis dan Kapal Phinisinya sangat mendunia," ujarnya.
Sayangnya, lanjutnya, banyak anak muda sekarang yang justru bangga membicarakan budaya barat, ketimbang budaya sendiri yang tak kalah kayanya. ()
[Terima kasih atas kunjungan, komentar, saran, dan kritikan anda di blog: http://kabupatenbulukumba.blogspot.com/.]
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
IKAN DUYUNG. Jumaning (60), membersihkan tubuh ikan duyung yang ditemuinya di tepi pantai saat mencuci bentang (tali rumput laut) di pesi...
-
Andi Sultan Daeng Radja bersama tujuh orang lainnya telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional melalui Surat Keputusan Presiden RI (Sus...
-
BUNDARAN PHINISI. Kabupaten Bulukumba yang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, terdiri atas 10 kecamatan dan 126 ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar