Minggu, 03 Oktober 2010

Masa Depan Kelompok Ilmiah Remaja di Bulukumba

Masa Depan Kelompok Ilmiah Remaja di Bulukumba
-- Kekayaan di Antara Kemiskinan Kita


Oleh : Andi Nasrum

Sejak pembinaan Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) Bulukumba dibentuk tahun 2006, telah bermunculan sederetan bintang bersinar dari Butta Panrita Lopi.

Di tingkat SMA, ada Sulfahri. Salah satu hasil godokan PIR Regional Satu Bulukumba itu berhasil mengibarkan bendera di Jakarta dan India. Selain itu, ada Nur Fitrat Alamsyah Cs, pada Lomba RISTEK Kementerian Riset dan Teknologi dengan konsep Press n toolsnya.

Di Tingkat SMP, bidang pangan atas nama Syamsul Rahmat pada Young Innovator Award di Menado.

Anak-anak di tingkat SD pun tak mau kalah. Insang Ikan sebagai Keripik menjadikan Dian Amaliah Sari cs, sebagai wakil dari Sulawesi Selatan ke Manado, Sulawesi Utara, dalam ajang lomba Young Innovator Awards tanggal 12-14 Mei 2009.

Juga ada Mawaddah Sekar Rahmawati, satu-satunya pelajar SD yang bersaing di antara anak SMP dan SMA, mengantar dia ke Jakarta. Itu hanya contoh kecil yang penulis sempat ingat.

Schumaker dalam bukunya “Small is Beautiful” pernah mengatakan bahwa orang yang berjiwa besar adalah mereka yang mampu mengendalikan emosinya dalam keadaan tidak menentu.

Faktor emosi ternyata salah satu penentu dalam suatu ajang kompetisi. Emosi adalah virus indikator check and balance dalam ketidakpastian.

Nama-nama yang berhasil mengolah efek emosional adalah embrio Peneliti Muda yang lahir dari Bukit SKB dan sinarnya telah menjadi pelita bagi pewaris peneliti di Bumi Panrita Lopi.

Empat tahun pembinaan KIR berjalan, KIR Bulukumba telah menorehkan penghargaan tingkat nasional, mulai dari Lomba Bidang Inovasi, Lingkungan, Kimia, Pangan, sosial sampai lomba esai.

Namun semuanya boleh jadi hilang di Bumi Panrita Lopi jika situasi yang kurang kondusif sering terjadi. Pengalaman para pembina, baik ketika mendampingi siswa berprestasi pada lomba tingkat nasional, maupun pembina sendiri sebagai finalis, kurang mendapat respek dari penentu kebijakan di daerah ini. Terkadang Pembina harus merogoh uang saku sendiri untuk sampai ke tujuan. Suara hati agaknya kurang tersentuh dengan prestasi yang diraih oleh generasi Bukit SKB.

Terlepas dari rasa duka para insider KIR, ada baiknya pengalaman penulis dipaparkan ketika mengikuti Indonesian Science Project Olympiad mulai tanggal 2 sampai dengan 5 Maret di Balai Sarbini dan Balai Kartini Jakarta.

Olimpiade Proyek Sain ini telah membuka mata bahwa secara jujur Bulukumba salah satu TIM yang banyak meloloskan projeknya dari kawasan timur Indonesia. Untuk mengeksplor potensi yang terpendam dari para peneliti muda Butta Panrita Lopi, sedikitnya ada empat kunci untuk melejitkan daya saing Bulukumba, yaitu pertama ketersediaan budgeting dari pengambil kebijakan (decision maker); kedua bilingual education; ketiga kolaborasi dengan Perguruan Tinggi di Provinsi, serta keempat kompetisi yang sehat, objektif, dan transparan.



Keterangan gambar: Presentasi KIR SMPN 1 Bulukumba. (foto: andi nasrum)


Ketersediaan Budgeting

Secara de facto, penulis bisa menyatakan bahwa event apapun yang diikuti tanpa dukungan dana dari pemerintah, hasilnya tidak akan maksimal.

Sebagai perbandingan, sekolah-sekolah di kawasan Barat Indonesia dari segi budgeting cukup memadai. Pemerintah setempat memang konsen dan memahami apa yang dibutuhkan untuk memajukan daya saing suatu daerah.

Pemerintah provinsi sampai kabupaten berkolaborasi untuk meningkatkan indeks Pengembangan SDM. Salah satu bukti nyata adalah Pengadaan brosur sebagai alat promosi kepada semua pengunjung atau dewan juri. Hal ini merupakan nilai plus untuk menembus even nasional terlebih even internasional.

Bilingual Education

Kompetensi lain yang perlu dikuasai oleh kandidat peneliti muda kita adalah kemampuan berbahasa Inggris di atas rata-rata. Dalam pandangan penulis, kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh peserta ISPO dari kawasan barat Indonesia di atas rata-rata. Konsekuensinya, mereka mempunyai peluang yang sama untuk lolos dan meraih medali emas, perak, dan perunggu.

Pengalaman penulis ketika mengunjungi SMA Kharisma di Tangerang yang merupakan binaan PASIAD, menunjukkan bahwa Bahasa Inggris digunakan dalam Mata Pelajaran Sains. Mulai dari proses pembelajaran, petunjuk soal sampai cara penyelesaian soal-soal semuanya menggunakan bahasa Inggris.

Hemat penulis dengan dibukanya satu kelas bilingual di SMAN 1 Bulukumba merupakan embrio untuk menjawab tantangan kemampuan berbahasa tersebut. Jika peluang ini mampu diberdayakan secara efisien dan efektif, maka even-even di tahun yang akan datang akan mampu dijawab dengan kompetensi dan performansi yang memadai.

Kolaborasi PT

Faktor lainnya yang tidak kalah penting dari aspek di atas adalah kolaborasi dengan perguruan tinggi. Kelemahan siswa kita dari kawasan timur Indonesia adalah belum adanya jaringan dan kerja sama yang baik antara Pihak Pemerintah daerah dengan pihak Akademisi.

Uji laboratorium yang berkaitan dengan hasil penelitian di Kawasan Barat Indonesia sudah menjadi menu harian. Sedangkan di KTI persoalan itu masih berkutat pada pembahasan anggaran di RAPBD, apakah item itu bisa dimasukkan sebagai salah satu program ataukah anggaran Perjalanan Dinas atau studi banding dinaikkan, padahal sejarah menyatakan bahwa kemajuan suatu bangsa atau daerah ditentukan dengan pengembangan sumber daya manusia, termasuk pengembangan Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) di daerah.

Dengan berkaca pada Das Sollen yang ada, maka pikiran yang konvensional masihkah dipertahankan di Bumi Panrita Lopi ataukah kita akan menjadi tamu di negeri sendiri pada Era APEC 2010 dan era lainnya di masa depan?



Keterangan gambar: Pembukaan PIR 2010. (foto: andi nasrum)


Kompetisi yang Sehat, Objektif, dan Transparan

Sejalan dengan era Otonomi Daerah, maka pengembangan SDM wajib hukumnya dalam rangka meningkatkan kualitas manusia, tingkat kesejahteraan dan pelayanan publik. Secara singkat penulis bisa menyatakan bahawa ketiga icon inilah inti dari UU No.32 tahun 2004.

Dengan mengacu pada UU tersebut, seorang penentu kebijakan bisa mengatur secara inovatif dan kreatif suatu program ke satuan perangkat di bawahnya untuk membuat kompetisi yang sehat, objektif dan transparan.



Keterangan gambar: Menyanyikan Indonesia Raya. (foto: andi nasrum)


Kompetisi yang Sehat

Pengalaman yang dialami Penulis menunjukkan bahwa terlalu banyak kompetisi yang tidak sehat, diantaranya sebelum perlombaan dimulai para panitia telah mengantongi calon-calon juara. Ini disebabkan mungkin karena faktor kedekatan, keluarga ataukan kepentingan.

Objektif

Dewan juri yang ditetapkan dalam suatu even harus yang kompeten dan memiliki integritas yang tinggi. Tidak membedakan siapa subyek yang dinilai dan sesuai dengan standar penilaian yang sebenarnya.



Keterangan gambar: Peserta membacakan doa. (foto: andi nasrum)


Transparan

Hasil even pada tingkat kecamatan, kabupaten dan provinsi jangan terlalu lama ditunda. Momen seperti ini merupakan posisi bargaining bagi para pencari Juara. Hasil kegiatan kalau perlu langsung diumumkan, sehingga faktor kepuasan dapat diterima para peserta, walaupun kepuasan adalah hal yang sulit yang terjadi pada manusia.

Sebagai penutup, penulis menyimpulkan bahwa untuk bersaing dengan kawasan barat Indonesia, maka Decision Maker di Era Otonomi Daerah wajib hukumnya memperhatikan para insider pendidikan guna melejitkan SDM yang berdaya saing.


[Terima kasih atas kunjungan, komentar, saran, dan kritikan anda di blog: http://kabupatenbulukumba.blogspot.com/.]

2 komentar:

NANO GOLD mengatakan...

saya adalah sulfahri, pemenang IEYI di India, Hasil godokan PIR Bulukumba. Saya sekarang telah menyelesaikan S2 saya di UNAIR Surabaya dengan predikat lulusan terbaik tahun 2012. Saya sangat ingin membantu adik2 saya di Bulukumba jika ada kegiatan PIR lagi, bisa hubungi saya di mynameisfahri@gmail.com, atau di 085733505858.
terima kasih

Tabloid Demo's mengatakan...

asl.al.ww.... alhamdulillah, akhirnya kita ketemu lagi, lamami sy cari2kki, ternyata selesaimi S2 ta, jadi apa rencana atau kegiatanta sekarang.... mdh2an kita masih ingatka, dulu sy pernah wawancaraiki dan bikin profilta di harian Pedoman Rakyat, Makassar, waktu itu, Bupati Bulukumba masih dijabat pak Patabai Pabokori....