Beginilah suasana di pantai pasir putih Tanjung Bira Bulukumba. Pada pagi hari, pedagang keran dan asesoris, hingga penjual makanan dan minuman sudah membuka lapa mereka pada pagi hari. (Foto: Lomar Dasika)
------------------------------------
Catatan Perjalanan ke Bira, Bulukumba (8)
Aktivitas Pagi Hari di Bira: Cari Pete’-pete’
Oleh Lomar Dasika
Saturday, March 27, 2010
Bukannya asyik menikmati aroma pagi yang mengundang, saya malah sibuk mencari angkutan yang akan membawa saya kembali ke Makassar pada pagi hari itu. Penyebabnya jelas, hari yang cerah ini adalah hari terakhir liburan saya di Sulawesi Selatan. Saya harus kembali ke Makassar sore ini, bagaimanapun caranya!
Biar nggak ketinggalan kendaraan, sepagi mungkin saya sudah mencari informasi akan keberangkatan angkutan menuju Makassar dari Bira. Walaupun menurut informasi yang beredar, kijang akan banyak ditemui pukul 9 pagi, saya nggak mau ambil resiko ketinggalan atau terlewat angkutan. Cukup sudah liburan 6 hari di Sulawesi Selatan (5 hari 5 malam tepatnya).
Saya berfoto dengan latar belakang laut dan langit di Tanjung Bira, Bulukumba. (dokumen pribadi Lomar Dasika)
Pagi itu, sinar matahari menerobos lembut Nini’s Guest House. Suara ombak berdebur pelan dipadu dengan suara burung berkicau. Ah, siapa yang ingin beranjak dari tempat tidur saat begini? Angin pagi yang segar menerpa wajah saya ketika saya keluar dari penginapan.
Keuntungan dan kelebihan dari posisi Nini’s Guest House adalah pemandangan ke segala arah yang hampir tidak terhalang serta angin yang berhembus terus. Pua Janggo terlihat cantik kehijauan dengan sinar matahari pagi yang lembut. Beberapa ekor kambing terlihat berjemur di tepi jalan.
Saya malah sibuk mencari angkot atau apapun yang bisa membawa saya kembali ke Makassar. Pagi itu ternyata saya tidak menemukan adanya kijang satu pun, padahal pagi itu waktu sudah menunjukkan pukul 07.00.
Tidak mau kecolongan, saya segera memburu satu pete-pete yang beristirahat di tepi pantai. Bapak tersebut berkata ia hanya melayani rute Tana Beru-Bira saja, nanti pada pukul 09.00 pagi. Beliau menambahkan, sukar mencari kijang dari Bira, lebih mudah dari Tana Beru. Terlepas dari ia berkata jujur atau tidak, ia menawarkan jasa temannya yang memiliki kijang untuk mengangkut saya dari Tana Beru ke Makassar.
Ya sudahlah, saya nggak mau ambil pusing, saya iyakan saja untuk naik pete-petenya pada jam 09.00 nanti. Habis, pagi itu saya nggak melihat adanya kijang satu pun seperti yang dikatakan orang-orang. Entah kepagian atau apa, namun saya merasa lebih aman jika sudah memiliki pegangan.
Setelah memiliki pegangan, saya main-main sebentar donk di pantai. Rugi bener kalau langsung bersiap-siap untuk pulang. Kemarin kan saya hanya menghabiskan waktu sedikit sekali di pantai. Jadi pagi itu saya sedikit menghabiskan waktu di pantai dengan bermain air.
Walaupun bukan hari libur, sudah banyak wisatawan lokal yang pagi itu sudah bermain air di pantai. Mungkin mereka datang dengan minibus yang dicarter, pikir saya. Beberapa turis asing bahkan sudah bersiap untuk berjemur di tepi pantai, lengkap dengan tikar tidur atau kursi pantai.
Nggak hanya turis, geliat para pencari uang di Tanjung Bira pun sudah terasa pagi itu. Pedagang kerang dan aksesoris hingga pedagang makanan ringan sudah membuka lapak mereka pagi itu. Beberapa perahu tampak baru kembali dari melaut atau mengantarkan penumpang dari Pulau Lihukan dan Pulau Betang. Inilah suasana pagi Tanjung Bira.
Seandainya saya tidak ingat pulang, pasti saya masih bermain-main di pantai. Pantai ini memiliki bagian yang terhalang bebatuan karang sehingga sinar matahari tidak langsung membakar kulit, saya bisa berteduh di bawahnya.
Kembali ke Nini’s Guest House, saya segera makan pagi, mandi, dan melakukan packing guna kembali ke Makassar. Seusai packing, saya segera menemui Nini untuk membayar sewa kamar saya.
Nini sempat bertanya kepada saya, "kamu ingin pulang dengan cara apa?".
Saya menjawab, sudah tersedia pete-pete yang akan membawa saya ke Tana Beru, baru saya berganti kijang. Nini pun sedikit mengerutkan kening dan berkata bahwa Nini punya kijang juga loch untuk mengantarkan turis kembali ke Makassar. Loch?
Saya nggak tahu sama sekali. Tahu begitu tadi pagi saya nggak usah heboh-heboh mencari angkutan di pagi hari, saat saya masih bisa bersantai atau bermain di pasir. Ya salah saya juga yang mungkin tidak bertanya kepada Nini atau bapak penjaga Guest House tersebut. Namun, karena sudah berjanji kepada supir pete-pete, saya merasa nggak enak hati dan tetap akan naik pete-pete saja.
Dari sinilah saya lalu menduga, bisnis kijang berdiri sendiri terlepas dari akomodasi pariwisata yang ada di Bira. Nini atau supir pete-pete tersebut bekerja sama dengan para pemilik kendaraan kijang guna membantu para tamu kembali ke Makassar. Asyik juga punya kijang disini. Laku terus dan nggak habis-habis dipakai kayaknya. Saya terus memikirkan ini sembari kijang yang saya tumpangi terus bergerak ke arah barat, kembali ke Bulukumba.
[Terima kasih atas kunjungan, komentar, saran, dan kritikan anda di blog: http://kabupatenbulukumba.blogspot.com/.]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar