Jumat, 22 April 2011

Gara-Gara Bilang EGP, Bupati Bulukumba Diajak Debat Aktivis


EMANG GUE PIKIRIN. "Saya baru menjabat bupati, namun terus-menerus didemo. Kalau 50 persen rakyat Bulukumba yang demo, itu berbahaya, berarti saya tidak dipercaya lagi. Tapi kalau demonya hanya 10 sampai 12 orang saja, EGP (Emang Gue Pikirin)," kata Bupati dari atas podium hingga berulang tiga kali, saat memberi sambutan pada pembukaan Musrembang RPJMD, di Aula Kantor Bappeda Bulukumba, Jumat, 22 April 2011. (foto: ist)

-----------------------

Gara-Gara Bilang EGP, Bupati Bulukumba Diajak Debat Aktivis

Harian Republika, Jakarta
Jumat, 22 April 2011
http://www.republika.co.id/berita/regional/nusantara/11/04/22/lk16xs-garagara-bilang-egp-bupati-bulukumba-diajak-debat-aktivis

REPUBLIKA.CO.ID,BULUKUMBA - Bupati Bulukumba, Sulawesi Selatan, Zainuddin Hasan, kembali didebat dadakan aktivis terkait maraknya demonstrasi di daerah itu karena Bupati tidak pernah menerima aspirasi pendemo. Debat dadakan terjadi saat Bupati memberi sambutan di Musrembang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) di Aula Kantor Bappeda Bulukumba, Jumat, 22 April 2011.

Kejadian itu merupakan kali kesekian Bupati didebat dadakan oleh aktivis pemuda dan LSM. Kejadian tersebut bermula saat Bupati Zainuddin Hasan secara sengaja melontarkan kata-kata yang berulang selama tiga kali kemudian dianggap menyinggung peserta RPJMD yang hadir.

"Saya baru menjabat bupati, namun terus-menerus didemo. Kalau 50 persen rakyat Bulukumba yang demo, itu berbahaya berarti saya tidak dipercaya lagi. Tapi kalau demonya hanya 10 sampai 12 orang saja, EGP (Emang Gue Pikirin)," kata Bupati dari atas podium hingga berulang selama tiga kali.

Hal itu sontak diprotes Aktivis Bulukumba, Rudi Tahas, dengan berkata; "Bapak tidak pernah hadir kalau ada demo. Di mana Bapak Bupati, kenapa tidak menerima aspirasi kami."

Bupati menjawab; "Saya 'kan di Jakarta mengurus bagaimana mengembangkan Bulukumba lebih baik. Lain kali kalau mau demo, beri tahu saya terlebih dahulu. Saya tunggu, saya tidak pernah lari, jabatan bupati 'kan kolektif, wakil dan asisten juga bisa menerima aspirasi."

Jawaban bupati yang dilontarkan dengan nada tinggi itu langsung mengundang reaksi fisik, sehingga pengamanan dari Satpol PP nyaris menarik keluar interupsi yang dilakukan Rudi. Namun, hal tersebut urung dilakukan karena banyak peserta menahannya.

Debat pun berlanjut dengan mempertanyakan pabrik penggilingan beras moderen yang pembangunannya tidak sesuai mekanisme. Pabri dibangun lebih dulu, tetapi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) baru menyusul belakangan.

"Penggilingan itu 'kan milik istri Bupati. Kenapa dulunya dikatakan milik Pemerintah Daerah. Lalu, izinnya pun terbit setelah gedungnya berdiri, ada apa?," papar Rudi kembali menyerang Bupati.

Menurut Bupati, penggilingan itu milik swasta bukan milik pemda. ''Ya, saya akui itu memang milik istri saya. Sebelum menjadi bupati di sini, saya juga banyak mengelola usaha-usaha bukan hanya di Bulukumba saja.''

Kejadian tersebut terus memanas lalu Bupati langsung menutup dan memohon ijin kepada peserta. Dia kemudian pergi meninggalkan tempat tersebut.

[Terima kasih atas kunjungan, komentar, saran, dan kritikan anda di blog: http://kabupatenbulukumba.blogspot.com/]

2 komentar:

Anonim mengatakan...

hahahaha... pemimpin seperti ini hebat:)))) kalo demokrasi... dari rakyat untuk rakyat oleh rakyat....

di bulukumba hahahahaha rakyat di tindas....apa kata dunia hehehehehe

Ayo maju!!!! kalo kudeta jalan terbaik mengapa tidak....

FORUM BULUKUMBA mengatakan...

Masuk di forum bulukumba saja kalau ada masalah seprti ini..

www.panritalopi.com