Sabtu, 16 April 2011

Kajang not mystical but friendly awning


RUMAH KAMPUNG. Angin semilir berhembus. Daun-daun pepohonan perlahan bergoyang. Jangkrik-jangkrik pun ikut berdendang. Silih berganti terdengar suara jangkrik dan hembusan angin. Sungguh damainya suasana di kawasan adat Ammatoa yang berada di daerah Kajang-Bulukumba. (Foto: Fheny Anggriyani)

Kajang not mystical but friendly awning

Oleh: Fheny Anggriyani
(http://dredzblack-photograph.blogspot.com/)

http://dredzblack-photograph.blogspot.com/2011/02/kajang-not-mystical-but-friendly-awning.html?showComment=1302951742869#c3577824405471052533

Angin semilir berhembus. Daun-daun pepohonan perlahan bergoyang. Jangkrik-jangkrik pun ikut berdendang. Silih berganti terdengar suara jangkrik dan hembusan angin. Sungguh damainya suasana di kawasan adat Ammatoa yang berada di daerah Kajang-Bulukumba.

Waktu itu menunjukkan pukul 12.00, aktivitas masyarakat terlihat lengang. Aku bersama teman-teman sejenak melepas dahaga sebelum kembali ke pemukiman desa Amatoa. Jarak gerbang dari pemukiman masyarakat berkisar kurang lebih 1 km. Jarak itu ditempuh dengan berjalan kaki karena medan jalannya yang masih berkerikil.

Alangkah susahnya menjadi masyarakat kajang naik turun bukit tanpa alas kaki melewati jalan setapak yang berkerikil. Hal itu rutin mereka lakukan setiap harinya.
Di pemukiman itu hanya terdapat 1 sumber mata air. Air itu digunakan untuk kebutuhan hidup masyarakatnya.

Setiap paginya di desa amatoa, para gadis kajang sudah terlihat di sekitar sumber mata air. Gadis itu mengenakan sarung berwarna hitam. Mereka beramai-ramai mendatangi sumber mata air itu. Ada yang mencuci, ad juga yang mandi. Mereka terlihat gembira dengan senyuman bak bunga yang sedang mekar.


Di waktu yang sama, terlihat juga anak kecil mengangkat sebatang pohon yang ditaruh di atas kepalanya. Seekor kuda dengan beban di punggungnya dan sekumpulan orang yang sedang bekerja. Sifat kekeluargaan dan gotong royong mereka terlihat sangat kental. Beginilah aktivitas di desa amatoa kajang setiap harinya. (Foto: Fheny Anggriyani)


Setelah beberapa lama mengamati aktivitas mereka, aku melanjutkan langkahku mengelilingi desa amatoa. Di sekelilingku pepohonan berjejeran rapi dan beberapa rumah panggung yang berukuran sederhana. Pemandangannya begitu indah dan udaranya begitu sejuk membuatku betah berlama-lama di tempat ini. Kondisi ini sangat jauh berbeda dengan kota makassar yang dipenuhi polusi udara dan cuacanya yang begitu panas. Tidak jauh dari tempat itu, aku melihat gadis kecil yg sedang menenun kain. (Foto: Fheny Anggriyani)

Perlahan aku mendekatinya dan mengajukan beberapa pertanyaan. Ternyata nama gadis kecil berparas cantik itu UMA, umurnya 12th. Dia belajar menenun baru sebulan lamanya. Sesekali UMA melirik ke kami sambil tersipu malu saat aku dan beberapa teman mengabadikan moment itu.

Berlanjut ke tempat lain, aku juga bertemu dgn seorng anak kecil yg bernama Randy. Dia mengenakan baju kaos dan celana pendek yang agak lusuh dengan ember yg berisi perlengkapan mandi yang digantungkan pada gerobak kecil. Anak ini lucu dan gagah seperti pernakan iran. Dibalik tubuhnya yg imut ini ternyata Randy pandai memainkan gendang. Dia biasa memainkan gendang saat ada upacara pernikahan di desa itu.

Waktu sudah sore, saatnya bergegas meninggalkan desa amatoa dengan membawa pengalaman dan cerita baru.

Masyarakat kajang khususnya di desa amatoa sangat ramah dan murah senyum. Jiwa gotong royong mreka sangat tinggi terhadap sesamanya. Sangat jauh berbeda dr cerita yg aku dengar sebelumnya tentang masyarakata kajang yg mistis.

Jadi jangan begitu saja percaya dgn apa yang dikatakan org lain sampai kalian betul-betul mengalami dan berada di posisi itu.




Profil penulis:
-  Fheny Anggriyani, dilahirkan di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, 24 April 1990. Anak pertama dari empat bersaudara ini saat masih kecil dulu, bercita-cita jadi seorang Kowad (wanita tentara. Tersugesti karena latar belakang keluarganya. Kakeknya tentara, bapaknya tentara, sepupunya tentara. Tapi itu dulu, sekarang Fheny mau jadi seorang FOTOGRAFER PROFESIONAL seperti Darwis Triadi. Bisa menghasilkan karya juga bisa menghasilkan uang yang banyak siapa yang tidak mau.

[Terima kasih atas kunjungan, komentar, saran, dan kritikan anda di blog: http://kabupatenbulukumba.blogspot.com/]

Tidak ada komentar: