Selasa, 26 April 2011

Mencari Kayu Bakar Meski Harus "Ngesot"



CARI KAYU BAKAR. Memiliki tubuh yang tidak sempurna bukan penghalang bagi nenek tua bernama Tape (70) yang harus menyeret badannya di tanah atau ngesot saat mencari potongan kayu bakar di tengah kebun. Potongan-potongan kayu bakar itu lalu dijual untuk menyambung hidupnya. (Kompas.com/k23-11)

--------------------------

Mencari Kayu Bakar Meski Harus "Ngesot"

Kompas.com
K23-11 | Pepih Nugraha |
Senin, 25 April 2011 |
http://regional.kompas.com/read/2011/04/25/12535186/Mencari.Kayu.Bakar.meski.Harus.Ngesot.

BULUKUMBA, KOMPAS.com — Memiliki tubuh yang tidak sempurna bukan penghalang bagi Tape yang harus menyeret badannya di tanah atau ngesot saat mencari potongan kayu bakar di tengah kebun. Potongan-potongan kayu bakar itu lalu dijual untuk menyambung hidupnya.

Wanita lumpuh ini pun menjual jasanya untuk memelihara ternak ayam milik orang lain.  Dari hasil kerja keras tanpa memelas kasih kepada orang lain, nenek berusia 70 tahun ini akhirnya bisa membeli rumah panggung meski ukurannya tak besar.

"Tidak apa-apa kecil ataupun tidak bagus, yang penting nenek bisa tinggal di rumah sendiri tanpa harus numpang lagi ke rumah saudara ataupun cucu," ungkap Tape kepada Kompas.com, di rumahnya di Desa Balong, Kecamatan Ujungloe, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi selatan, Senin (25/04/2011).

Tape menceritakan, sejak lahir dirinya hanya memiliki satu kaki yang sempurna, sementara kaki sebelah kanannya kecil dan pendek sehingga ketika Tape akan berjalan dirinya terpaksa menyeret badan dengan menggunakan pinggul dan tangan kanan sebagai penopang untuk melangkah.

Senyum yang terpancar di raut wajah Tape menjadi pengobat rasa lelah setelah menyeret tubuhnya berkilo-kilometer melewati batu kerikil-kerikil tajam. Bahkan, sesekali, dalam perjalanannya Tape terpaksa harus berhenti karena kaki maupun tangannya digigit semut.

Nenek yang tidak menikah tersebut terus berjalan di tepi jalan raya kendati kendaraan-kendaraan terus melintas dengan kencang. Di usianya yang sudah tidak muda lagi, semangat hidup tidak pudar.

Seusai mengumpulkan kayu bakar, Tape menjaga ayam milik tetangga yang berada di tengah kebun cokelat tak jauh dari rumah panggung miliknya. Jika peliharaannya membuahkan hasil, keuntungannya dibagi dua dengan pemilik ayam. Sayang, semenjak mata Tape rabun, ayam-ayam yang dipeliharanya tidak sebanyak dulu.

Menjelang malam, Tape baru kembali ke rumah. Kelelahan dan kepenatan seharian mencari kayu perlahan-lahan hilang ketika Tape merentangkan badannya di atas papan kayu rumahnya.

"Uang dari hasil usaha ini nenek kumpulkan sejak masih remaja. Selama nenek masih bisa jalan, nenek tidak mau meminta-meminta di pinggir jalan. Namun, nenek sering kali dilempar uang dari pengendara yang sedang lewat ketika nenek pulang dari pasar," kata Tape sambil tersenyum.

[Terima kasih atas kunjungan, komentar, saran, dan kritikan anda di blog: http://kabupatenbulukumba.blogspot.com/]

Tidak ada komentar: