Minggu, 29 Mei 2011

SD Negeri 97 Sampeang, Bulukumba


FOTO BERSAMA. Kepala sekolah dan guru SD Negeri 97 Sampeang, Desa Swatani, Kecamatan Rilau Ale, Kabupaten Bulukumba, foto bersama di samping papan nama sekolah tersebut, Jumat, 20 Mei 2011. (Foto: Asnawin)


SD Negeri 97 Sampeang, Desa Swatani, Kecamatan Rilau Ale, Bulukumba

Oleh: Asnawin

Negara memang diwajibkan memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari APBN, serta dari APBD untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional, tetapi bukan berarti kita harus mengeluh, marah, dan apatis kalau kebutuhan penyelenggraan pendidikan belum terpenuhi.

Bagaimana pun juga, penyelenggaraan pendidikan harus tetap jalan, meskipun banyak kebutuhan sekolah dan perguruan tinggi yang belum bisa dipenuhi oleh negara.

Itulah prinsip yang dipakai oleh sebagian besar pengelola lembaga pendidikan di Tanah Air, terutama oleh mereka yang mendapat amanah dari negara untuk mengelola sekolah atau perguruan tinggi negeri.

Prinsip itu pula yang dipegang oleh Baso Aswar SPd MSi dalam memimpin Sekolah Dasar Negeri 97 Sampeang, Desa Swatani, Kecamatan Rilau Ale, Kabupaten Bulukumba.

Pria kelahiran Erelebu, Kecamatan Bontotiro, Kabupaten Bulukumba, 10 Januari 1967 ini, tak suka mengeluh dan selalu optimis dalam setiap apa pun rintangan dan halangan yang dihadapi sebagai pendidik.

Maka ketika diberi amanah sebagai Kepala SD 97 Sampeang pada 2007, dia pun menerimanya dengan senang hati, padahal sekolah tersebut bisa dikatakan sangat minim fasilitas.

“Pokoknya kami optimalkan saja sarana dan prasarana yang ada,” ujarnya penuh semangat kepada penulis, saat berkunjung ke sekolah tersebut, Jumat, 20 Mei 2011.



BERMAIN. Sejumlah murid SD 97 Sampeang, Desa Swatani, Kecamatan Rilau Ale, Kabupaten Bulukumba, bermain di halaman sekolah saat penulis berkunjung ke sekolah tersebut, Jumat, 20 Mei 2011. (Foto: Asnawin)

Sambil mengoptimalkan sarana dan prasarana yang ada, Baso Aswar juga berupaya melakukan lobi hingga akhirnya sekolah yang dipimpinnya mendapatkan bantuan Dana Alokasi Khusus (DAK) dua tahun berturut-turut (2008 dan 2009).

Belum adanya ruangan guru dan kepala sekolah misalnya, ditutupi dengan mengubah fungsi Rumah Dinas Kepala Sekolah (yang seharusnya dia tinggali) menjadi ruangan guru dan ruangan kepala sekolah.



RUMAH DINAS. Gedung ini sebenarnya adalah rumah dinas Kepala Sekolah SD 97 Sampeang, Desa Swatani, Kecamatan Rilau Ale, Kabupaten Bulukumba, tetapi Baso Aswar selaku Kepala Sekolah "merelakan jatahnya" itu untuk dimanfaatkan sebagai Ruangan Kepala Sekolah dan Ruangan Guru. (Foto: Asnawin)

Begitu pun dengan belum adanya ruangan perpustakaan, ditutupi dengan memanfaatkan bangunan KKG (Kelompok Kerja Guru, Gugus II Wilayah III Tingkat SD Kecamatan Rilau Ale) sebagai perpustakaan.

Perubahan fungsi dan pemanfaatan bangunan yang ada itu tentu saja dilakukan atas persetujuan dan kesepakatan bersama pihak-pihak terkait.

“Kebetulan saya juga dipercaya sebagai Ketua KKG Gugus II Wilayah III,” ungkap Baso.

Alat atau sarana yang paling dibutuhkan di sekolah tersebut saat ini yaitu tambahan komputer dan peralatan LCD, baik untuk kebutuhan proses belajar mengajar di kelas maupun untuk kebutuhan pelatihan dan pemaparan materi bagi guru.

Kekurangan guru ditutupi dengan mempekerjakan guru honorer. Guru yang berstatus PNS kini hanya lima orang, termasuk dirinya selaku kepala sekolah dan seorang guru olahraga (Syarifuddin SPd). Tiga guru bantu yang berstatus PNS, yaitu Hamsinah AMaPd, Ismaniar Sari SPd, dan Mardiana AMaPd.

Guru honorer yang dipekerjakan pun terpaksa ada yang dijadikan sebagai wali kelas, sedangkan guru honorer lain dimanfaatkan sebagai guru bidang studi, yaitu bidang studi Seni-Budaya, Bahasa Inggris, Bahasa Daerah, Baca Tulis Al-Qur’an (muatan lokal), serta Pendidikan Agama Islam.

“Kami butuh sedikitnya tiga tambahan guru PNS,” ujar Baso, seraya menambahkan bahwa jumlah murid yang ada saat ini 238 orang, termasuk puluhan murid yang akan ditamatkan tahun ini.


PIALA. Beberapa piala yang direbut dari berbagai ajang lomba oleh murid-murid SD 97 Sampeang, Desa Swatani, Kecamatan Rilau Ale, Kabupaten Bulukumba. (Foto: Asnawin)

Banyak Piala

Di tengah minimnya sarana dan prasarana yang ada, sekolah yang berdiri pada 1971 dan telah menelurkan alumni sekitar 1.400 orang itu, ternyata mampu merebut sejumlah piala dalam berbagai ajang lomba.

Piala yang direbut antara lain sebagai Juara I Lomba Kopetisi Bahasa Indonesia (2007, 2008), Juara Cipta dan Baca Puisi 2010, Juara I Qasidah Tingkat SD dan Sederajat 2010, Juara II Lomba Gerak Jalan Indah Tingkat Instansi 2010, Juara I bolavoli putri Hardiknas 2007, Juara II Lomba Mata Pelajaran/Kreativitas SD Bidang Studi Bahasa Indonesia 2007.

Masih banyak lagi piala yang telah direbut murid-murid SD 97 Sampeang, tetapi bukan sebagai juara I atau juara II, melainlan juara III atau juara harapan.


23 TAHUN. Baso Aswar SPd MSi (46) sudah 23 tahun mengabdi sebagai guru Sekolah Dasar di Bulukumba. Pria kelahiran Erelebu, Kecamatan Bontotiro, 10 Januari 1967 ini telah mengantongi ijazah magister (S2) dan juga sudah empat tahun menjadi Kepala SD 97 Sampeang, Desa Swatani, Kecamatan Rilau Ale, Kabupaten Bulukumba. (Foto: Asnawin)

23 Tahun Jadi Guru

Sebelum terangkat menjadi Kepala SD 97 Sampeang tahun 2007, Baso Aswar telah beberapa kali pindah tempat mengajar. Dimulai sebagai guru SD 335 Kacibo, Desa Swatani, pada 1 Maret 1988, kemudian pindah ke SD 84 Pangi-pangi tahun 1992 (hanya empat bulan), selanjutnya dipindahkan lagi sebagai guru bantu di SD 97 Sampeang pada tahun 1992.

“Jadi saya memang sudah 15 tahun jadi guru bantu di sekolah ini sebelum akhirnya terangkat menjadi Kepala Sekolah,” katanya.

Baso mengaku siap menjemput jika pemerintah atau ada pihak yang memberikan bantuan dan dirinya juga bersedia dihubungi melalui ponsel 0813-4364-6503.

[Terima kasih atas kunjungan, komentar, saran, dan kritikan anda di blog: http://kabupatenbulukumba.blogspot.com/]

Tidak ada komentar: