Rabu, 14 November 2012
Apa dan Mau Kemana Sekolah Sastra Bulukumba?
PERESMIAN Sekolah Sastra Bulukumba, di Warung Kopi Ezpresso, Jalan Jenderal Sudirman, Bulukumba, Sulawesi Selatan, Kamis, 8 November 2012, dihadiri Akbar Faisal (tengah), salah seorang anggota DPR RI periode 2009-2014 dari Daerah Pemilihan Sulsel II. Acara peresmian dipandu Andhika Daeng Mammangka (paling kanan) dan Arum Spink. (Foto: mercusuarnews.com)
-------------------------
Apa dan Mau Kemana Sekolah Sastra Bulukumba?
Oleh: Asnawin
(Penggemar Seni Budaya)
Pertama-tama, saya merasa wajib mengucapkan selamat kepada rekan Andhika Daeng Mammangka-yang kalau tidak salah masih ada ikatan emosional dengan Andhika Mappasomba-dan Arum Spink, atas diresmikannya Sekolah Sastra Bulukumba, di Warung Kopi Ezpresso, Jalan Jenderal Sudirman, Bulukumba, Sulawesi Selatan, Kamis, 8 November 2012.
Kedua, saya pun merasa wajib mengungkapkan kekaguman saya kepada Andhika Daeng Mammangka dan Arum Spink yang melabrak "prosedur" dan pakem sekolah formal untuk mendirikan sebuah sekolah yang diberi nama Sekolah Sastra Bulukumba.
Kehadiran sekolah sastra ini tentu saja menambah wadah berlatih dan sarana untuk menghasilkan karya-karya seni-budaya di Bulukumba, seperti telah dirintis dan dilakukan oleh Darsyaf Pabottingi dan kawan-kawan yang berhimpun di Teater Kampong.
Kita berharap wadah-wadah yang ada tersebut, selain berlatih dan berkarya, juga dapat menggali seni-budaya khas Bulukumba, serta mendapat kesempatan (ruang dan waktu) untuk menampilkannya dalam bentuk tari, drama, pertunjukan, karya tulis, dan lain-lain.
Ketiga, saya tidak boleh menyembunyikan kata "Anda hebat!" untuk adinda Andhika Daeng Mammangka dan saudara Arum Spink yang entah bagaimana caranya, sehingga mampu menghadirkan seorang Akbar Faisal-anggota DPR RI periode 2009-2014 dari Daerah Pemilihan Sulsel II-pada pembukaan Sekolah Sastra Bulukumba.
Menghadirkan seorang politisi senayan-istilah lain untuk anggota DPR RI-tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan, karena meskipun ada jaringan dan sudah ada janji, bisa saja kehadiran politisi senayan tiba-tiba batal karena berbagai hal yang tidak bisa dihindari.
Keempat, saya harus mengemukakan beberapa pertanyaan seputar berdirinya Sekolah Sastra Bulukumba, antara lain bagaimana latar-belakang berdirinya Sekolah Sastra Bulukumba (mohon izin saya singkat saja menjadi SSB), siapa yang akan direkrut masuk SSB, bagaimana kurikulum SSB, dan berapa lama pendidikan di SSB.
Pertanyaan berikutnya, fasilitas apa yang dimiliki SSB, siapa-siapa sajakah yang mengajar di SSB, sejauhmana keterlibatan para seniman dan budayawan Bulukumba, darimana biaya pengelolaan SSB, dan bagaimana perhatian Pemerintah Kabupaten Bulukumba terhadap SSB?
Ruang Alternatif
Sebagian dari pertanyaan-yang mungkin masih bisa bertambah-tersebut, sudah dijawab oleh Andhika Daeng Mammangka, pada acara peresmian SSB, sebagaimana dilansir Mercusuarnews.com (http://www.mercusuarnews.com/2012/11/anggota-dpr-ri-resmikan-sekolah-sastra.html).
Pria kelahiran Bulukumba, tahun 1980, menjelaskan SSB sesungguhnya diharapkan dapat menjadi ruang alternatif dalam melakukan pendidikan seni dan kebudayaan bagi masyarakat Bulukumba secara umum.
Andhika yang pernah mengaku sebagai pembaca sastra keliling kampung, mengatakan siapa pun dapat terlibat untuk mengembangkan SSB.
“Kami akan mencoba melakukan pembukaan perpustakaan, pelatihan menulis karya fiksi dan non-fiksi, penelitian, pemutarah film dan sebagainya, yang dapat mendorong tumbuhnya penggiat seni sastra atau apresiastor seni secara umum. Ke depannya, sekolah ini juga akan mencoba menghadirkan pelatih dan guru yang profesional di bidang kajian masing-masing, dari berbagai wilayah di Indonesia. Namun untuk sementara, biarlah tenaga lokal dulu. Jadwal belajarnya pun baru akan dibahas lebih lanjut oleh pengelola sekolah,” jelas Andhika DM.
Direktur Bulukumba Forum yang juga Ketua KPU Kabupaten Bulukumba, Arum Spink, secara tidak langsung juga sudah menjawab beberapa pertanyaan saya.
Arum Spink menyatakan dirinya siap memfasilitasi Sekolah Satra Bulukumba, yang untuk sementara beralamat di Jalan Jenderal Sudirman, samping Penjara Tua, depan eks Kantor Polres Bulukumba.
Alumni Pondok Pesantren Gombara Makassar ini memandang penting keberadaan SSB, untuk menumbuhkan daya apresiasi seni masyarakat Bulukumba.
“Kami memiliki tempat atau gedung sekretariat yang layak untuk dijadikan sekolah. Daya apresiasi seni bisa ditumbuhkan dari ruang tersebut dengan menyusun program-program yang kontinyu, terarah, dan berkualitas. Sebuah karya seni atau pertunjukan akan lebih baik, jika masyarakat memiliki kemampuan apresiasi yang baik,”jelas Arum.
Pegiat Seni-budaya dari Jakarta
Sebagai orang yang lahir dan besar di Bulukumba, saya tentu saja senang dan bangga atas berdirinya SSB. Saya pun harus mengucapkan terima kasih kepada rekan Akbar Faisal (kami teman kuliah tetapi lain fakultas di IKIP Ujungpandang dan seangkatan masuk sebagai wartawan harian Pedoman Rakyat di Makassar pada tahun 1992) yang bersedia meluangkan waktu guna menghadiri peresmian SSB.
Saya menggaris-bawahi pernyataan Bung Akbar Faisal pada acara peresmian SSB, bahwa dirinya selalu siap datang ke Bulukumba untuk acara-acara seni budaya yang dikonsep dengan baik, dan bahkan siap memfasilitasi atau mengajak kawan-kawan pegiat seni-budaya dari Jakarta untuk datang ke Bulukumba.
Mudah-mudahan beliau tidak melupakan kata-katanya tersebut. Sebagai teman, saya akan berupaya mengingatkannya melalui berbagai kesempatan dan fasilitas yang tersedia.
Meskipun tidak sempat hadir, saya bisa membayangkan dan mudah-mudahan bisa merasakan bagaimana suasana peresmian SSB, di Bulukumba, yang diselingi persembahan musik tradisi (oleh Sanggar Seni Budaya Al Farabi Bulukumba yang mempersembahkan lagu-lagu khas Bugis, Makassar dan Mandar) dan juga dihadiri aktivis mahasiswa (dari berbagai wilayah di Indonesia seperti Kupang, Nusa Tenggara, Jambi, dan Sulawesi Tenggara).
Terakhir, saya ingin mengingatkan rekan-rekan pengelola SSB, agar sekecil apapun kegiatan dan karya yang dihasilkan, segera diberitakan melalui berbagai media massa, serta diarsipkan dalam bentuk kliping, dokumentasi foto, dan catatan atau laporan tertulis.
Mohon maaf, salah satu kelemahan atau kekurangan teman-teman di Teater Kampong, yaitu lemah dalam hal publikasi dan dokumentasi. Terus-terang, tidak banyak yang bisa kita temukan referensi tentang Teater Kampong, terutama di internet, karena kurangnya publikasi, padahal saya cukup banyak tahu bagaimana
sepak-terjang Teater Kampong.
Mudah-mudahan teman-teman di Sekolah Sastra Bulukumba mau dan mampu memanfaatkan media massa untuk publikasi dan dokumentasi, agar bisa bertahan hidup dan kalau bisa semakin berkembang dari waktu ke waktu.
Makassar, 14 November 2012.
[Terima kasih atas kunjungan dan komentar Anda di Blog Kabupaten Bulukumba - http://kabupatenbulukumba.blogspot.com/.]
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
IKAN DUYUNG. Jumaning (60), membersihkan tubuh ikan duyung yang ditemuinya di tepi pantai saat mencuci bentang (tali rumput laut) di pesi...
-
Andi Sultan Daeng Radja bersama tujuh orang lainnya telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional melalui Surat Keputusan Presiden RI (Sus...
-
BUNDARAN PHINISI. Kabupaten Bulukumba yang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, terdiri atas 10 kecamatan dan 126 ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar