Senin, 05 Agustus 2013

Bulukumba, Negeri Indah yang Harus Indah Diurus




MASYARAKAT Suku Kajang dengan ciri khas pakaiannya yang semuanya berwarna hitam, mulai dari ikat kepala atau penutup kepala, baju, hingga sarung atau celana, menjadi pemandangan unik bagi para wisatawan yang berkunjung ke Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba. (dok pribadi Asar Said Mahbub)


---------------

Bulukumba, Negeri Indah yang Harus Indah Diurus


Oleh: Asar Said Mahbub

Jarang-jarang ada kabupaten yang ber 3 Dimensi, ada lautannya, ada daratannya dan ada pegunungannya. Bulukumba adalah salah satunya. Mulai dari Bantaeng, Bulukumba, Sinjai, hingga ke Bone,  3 dimensi wilayah ini sangat kentara.

Kabupaten Bantaeng memanfaatkan betul kelebihan wilayahnya ini. Sekarang Kabupaten Bantaeng sudah menghasilkan apel dan strawbery sebagai komoditi andalan baru. Belum lagi tanaman talasnya yang bisa membuat kaya mendadak petaninya sekali panen, dengan input modal dan tenaga kerja yang minim.

Bulukumba, negeri yang elok, sejak masuk ke daerah perbatasan kita sudah disuguhi pemandangan sawah yang membentang, disana ada objek wisata sejarah yang potensil karena dulunya wilayah itu bekas bandara tempat pahlawan nasional asal Kabupaten Bulukumba Andi Sulthan Dg Radja dijemput ke Jakarta untuk menghadiri acara yang mahapenting.

Selain itu, masih ada wisata pendidikan yang sebenarnya bisa digarap yakni areal perkebunan kapas yang lengkap dengan industrinya, belum lagi sedang dibangun rice milling yang bisa dijadikan sebagai tempat untuk siswa-siswa memahami proses industri dan proses penciptaan komoditi.

Masih ada lagi industri pembuatan core plywood PT PAL. disana siswa bisa belajar bagaimana proses membuat tripleks (kayu lapis) dan belajar bagaimana membuat bibit di persemaian.

Masuk ke wilayah Ponre, terhampar pantai nan indah dengan perahu nelayan aneka warna, sebagaimana warna-warni partai yang kerap tercetak di badan perahu. Mereka mempunyai proses produksi dan pengetahuan tradisional yang khas nelayan yang tidak mungkin didapatkan di bangku-bangku sekolah. Inipun bisa dijadikan sebagai tempat wisata pendidikan bagi anak2 sekolah sekaligus menanamkan jiwa bahari, kita tidak boleh lupa bahwa Bulukumba terkenal dengan jiwa kebahariannya.

Stop sampai di sini dulu, saya tidak sedang mendendangkan ODE (lagu pujian) pada negeri ini. Saya hanya mau bertanya, sudahkah semua yang saya sebut di atas di urus juga dengan baik dan indah, sehingga semua orang yang datang berkunjung menjadi nyaman dan mendapat informasi? Ataukah mungkin baru tersentuh setelah orang-orang termasuk saya mulai membahasnya dan memberitahu bahwa itu adalah potensi besar? wallahu a'lam.

Di belakang kantor DPRD dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan, berderet kampung nelayan, seingat saya ada seorang doktor dihasilkan oleh kampung ini. Artinya, kampung ini punya pesona tersendiri, utamanya bagi peneliti-peneliti di bidang sosial. Papan Nama pun tak ada untuk menuntun ke sana.

Setelah jembatan Teko membelok ke kiri, terhampar pemandangan sawah dan salah satu ikon Bulukumba, persawahan dan Bangkeng Buki' nya. Sayang, sudah sebagian besar persawahan yang nyata2 areal produktif sudah di jual pemiliknya demi kekayaan sesaat, jadilah hamparan sawah itu menjadi hamparan perumahan.

Kalau terus-terusan kondisi ini dibiarkan maka Bulukumba kelak akan menjadi negeri penerima beras, negeri pengirim beras hanya akan menjadi catatan pada lembar-lembar sejarah.

Konon di Amerika, pemerintah sangat melarang penjualan lahan-lahan produktif, sehingga keberadaan pangan sebagai unsur penyangga ketahanan nasional lebih terjamin. Jangan sampai Bulukumba menjadi negeri yang salah urus, negeri yang seolah-olah. Alangkah indahnya kalau pemandangan ini terus dijaga sambil menjaga ketahanan pangan daerah.

Menuju kecamatan kindang, disinilah kesejukan akan terasa, ada jalanan setapak menuju ke danau kahayang, danau nan elok di pegunungan kindang. Kalau anda bisa berada di tempat itu antara pukul 9-10 pagi maka anda akan menyaksikan burung-burung nuri aneka warna sedang mengadakan ritual perkawinan, suaranya yang memekik dan merdu itu sangat menyejukkan, terkadang mereka melintas terbang di atas kepala kita.

Namun entahlah kini, apakah populasinya masih sebanyak dulu? harganya yang lumayan mahal per ekor menggiurkan pemburu-pemburu liar yang semakin merajalela karena tidak adanya undang-undang yang melindunginya.

Puncak pegunungan Kindang akan memberi anda hamparan danau kahayang, wisata trekking yang sangat menggoda. Sangat jarang pejabat terkait ke sana. Padahal kalau wisata ini dikemas, tidak akan kalah dengan wisata trekking yang banyak dikembangkan Pemda Jawa Barat. Aneka makanan tradisionil kerap tersaji di sepanjang jalan, itupun kalau masyarakat tahu bahwa akan ada rombongan wisatawan yang akan berkunjung. Ketiadaan papan nama dan papan penunjuk akan siap untuk menyesatkan anda disana.

Menuju ke arah Bulukumba Timur, inilah gudang wisata bahari dan budaya Bulukumba. Ada pantai Bira yang tidak tertandingi keindahannya oleh Pantai Kuta. Demikian pula bangunan-bangunan darurat para pedagang, tidak ada yang menandingi (tidak terurusnya), pantai mandala ria yang menawarkan keteduhan sambil menikmati pantai, padahal jarang-jarang pemandangan pantai yang teduh, yang ada adalah panas dan panas.

Ada makam Pua' Janggo' di puncak bukit, anda akan menyaksikan pemandangan pantai bira dan pelabuhan fery ke selayar yang spektakuler. Bergeser agak jauh, ada makam Datu Tiro dan sumur panjang yang legendaris, serta kawasan perkampungan adat Ammatoa. Sungguh negeri yang permai, negeri yang memiliki kekayaan budaya, negeri yang memiliki ciri khas dan karakter wisata yang kuat.

So, pertanyaannya, hanya sampai mengagumikah pemenuhan kehausan dan kelaparan kita akan wisata Bulukumba? Tentunya tidak sampai ke situ. Negeri indah ini harus diurus dengan indah.

Sekarang kita selalu mengurut data, akan buruknya sarana jalan, buruknya sarana-sarana penunjang wisata, buruknya kinerja dinas terkait untuk menunjang kemudahan dan kenyamanan wisatawan, buruknya pengganggu-pengganggu wisata (karena miras, narkoba dan prostitusi terselubung), buruknya keamanan, dan masih banyak buruk-buruk lainnya.

Negeri ini harus diurus dengan indah. Berhentilah untuk saling menyalahkan. Kita adalah system. Tidak semua tanggung jawab hanya difokuskan ke seseorang atau lembaga tertentu.

Kita adalah jamaah. Kalau ada yang salah salahnya berjamaah. Mari berhenti mencela, negeri ini perlu orang-orang yang mau bekerja dengan ikhlas dan dengan bangga mempersembahkan yang terbaik untuk tanah leluhurnya.

Hanya dibutuhkan kemauan untuk memulai langkah pertama. Mari melangkah demi keindahan mengurus negeri ini. Kalau semua itu bisa kita wujudkan, maka ustadz Maulana bisa berujar lantang, jamaaaaaaah........ ooooo jamaaaaaaaah Alhamdu.....lillah.
Wassalam….

30 Juli 2013

--------------------

Biodata penulis:
-- Nama lengkap: Dr Ir M Asar Said Mahbub MP
-- Tempat/tgl lahir: Makassar, 7 Juli 1968
-- Alamat: Jl Skarda N 1, No 16, Kelurahan Gunung Sari, Kecamatan Rappocini, Kota Makassar - 90221
-- Agama: Islam
-- Pekerjaan: Dosen Fakultas Kehutanan, Univesitas Hasanuddin (Unhas), Makassar



----------------------- 


[Terima kasih atas kunjungan dan komentar Anda di Blog Kabupaten Bulukumba]

1 komentar:

Alvidha Septianingrum mengatakan...

Tahun lalu saya pulang ke Bulukumba, kebetulan kampung di Bontotiro,, sempat jalan-jalan ke bira, kondisinya sudah tidak bersih lagi. Semoga pemerintah khususnya bidang pariwisata lebih memperhatikan hal ini lagi.