MASYARAKAT Suku Kajang dengan ciri khas pakaiannya yang semuanya berwarna hitam, mulai dari ikat kepala atau penutup kepala, baju, hingga sarung atau celana, menjadi pemandangan unik bagi para wisatawan yang berkunjung ke Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba. (dok pribadi Asar Said Mahbub)
---------------
Bulukumba, Negeri Indah yang Harus Indah Diurus
Oleh:
Asar Said Mahbub
Jarang-jarang
ada kabupaten yang ber 3 Dimensi, ada lautannya, ada daratannya dan ada
pegunungannya. Bulukumba adalah salah satunya. Mulai dari Bantaeng, Bulukumba,
Sinjai, hingga ke Bone, 3 dimensi wilayah ini sangat kentara.
Kabupaten
Bantaeng memanfaatkan betul kelebihan wilayahnya ini. Sekarang Kabupaten
Bantaeng sudah menghasilkan apel dan strawbery sebagai komoditi andalan baru. Belum
lagi tanaman talasnya yang bisa membuat kaya mendadak petaninya sekali panen,
dengan input modal dan tenaga kerja yang minim.
Bulukumba,
negeri yang elok, sejak masuk ke daerah perbatasan kita sudah disuguhi
pemandangan sawah yang membentang, disana ada objek wisata sejarah yang
potensil karena dulunya wilayah itu bekas bandara tempat pahlawan nasional asal
Kabupaten Bulukumba Andi Sulthan Dg Radja dijemput ke Jakarta untuk menghadiri
acara yang mahapenting.
Selain
itu, masih ada wisata pendidikan yang sebenarnya bisa digarap yakni areal
perkebunan kapas yang lengkap dengan industrinya, belum lagi sedang dibangun
rice milling yang bisa dijadikan sebagai tempat untuk siswa-siswa memahami
proses industri dan proses penciptaan komoditi.
Masih
ada lagi industri pembuatan core plywood PT PAL. disana siswa bisa belajar
bagaimana proses membuat tripleks (kayu lapis) dan belajar bagaimana membuat
bibit di persemaian.
Masuk
ke wilayah Ponre, terhampar pantai nan indah dengan perahu nelayan aneka warna,
sebagaimana warna-warni partai yang kerap tercetak di badan perahu. Mereka
mempunyai proses produksi dan pengetahuan tradisional yang khas nelayan yang
tidak mungkin didapatkan di bangku-bangku sekolah. Inipun bisa dijadikan
sebagai tempat wisata pendidikan bagi anak2 sekolah sekaligus menanamkan jiwa
bahari, kita tidak boleh lupa bahwa Bulukumba terkenal dengan jiwa
kebahariannya.
Stop
sampai di sini dulu, saya tidak sedang mendendangkan ODE (lagu pujian) pada
negeri ini. Saya hanya mau bertanya, sudahkah semua yang saya sebut di atas di
urus juga dengan baik dan indah, sehingga semua orang yang datang berkunjung
menjadi nyaman dan mendapat informasi? Ataukah mungkin baru tersentuh setelah
orang-orang termasuk saya mulai membahasnya dan memberitahu bahwa itu adalah
potensi besar? wallahu a'lam.
Di
belakang kantor DPRD dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan, berderet kampung
nelayan, seingat saya ada seorang doktor dihasilkan oleh kampung ini. Artinya,
kampung ini punya pesona tersendiri, utamanya bagi peneliti-peneliti di bidang
sosial. Papan Nama pun tak ada untuk menuntun ke sana.
Setelah
jembatan Teko membelok ke kiri, terhampar pemandangan sawah dan salah satu ikon
Bulukumba, persawahan dan Bangkeng Buki' nya. Sayang, sudah sebagian besar
persawahan yang nyata2 areal produktif sudah di jual pemiliknya demi kekayaan
sesaat, jadilah hamparan sawah itu menjadi hamparan perumahan.
Kalau
terus-terusan kondisi ini dibiarkan maka Bulukumba kelak akan menjadi negeri
penerima beras, negeri pengirim beras hanya akan menjadi catatan pada
lembar-lembar sejarah.
Konon
di Amerika, pemerintah sangat melarang penjualan lahan-lahan produktif,
sehingga keberadaan pangan sebagai unsur penyangga ketahanan nasional lebih
terjamin. Jangan sampai Bulukumba menjadi negeri yang salah urus, negeri yang
seolah-olah. Alangkah indahnya kalau pemandangan ini terus dijaga sambil menjaga
ketahanan pangan daerah.
Menuju
kecamatan kindang, disinilah kesejukan akan terasa, ada jalanan setapak menuju
ke danau kahayang, danau nan elok di pegunungan kindang. Kalau anda bisa berada
di tempat itu antara pukul 9-10 pagi maka anda akan menyaksikan burung-burung
nuri aneka warna sedang mengadakan ritual perkawinan, suaranya yang memekik dan
merdu itu sangat menyejukkan, terkadang mereka melintas terbang di atas kepala
kita.
Namun
entahlah kini, apakah populasinya masih sebanyak dulu? harganya yang lumayan
mahal per ekor menggiurkan pemburu-pemburu liar yang semakin merajalela karena
tidak adanya undang-undang yang melindunginya.
Puncak
pegunungan Kindang akan memberi anda hamparan danau kahayang, wisata trekking
yang sangat menggoda. Sangat jarang pejabat terkait ke sana. Padahal kalau
wisata ini dikemas, tidak akan kalah dengan wisata trekking yang banyak
dikembangkan Pemda Jawa Barat. Aneka makanan tradisionil kerap tersaji di sepanjang
jalan, itupun kalau masyarakat tahu bahwa akan ada rombongan wisatawan yang
akan berkunjung. Ketiadaan papan nama dan papan penunjuk akan siap untuk
menyesatkan anda disana.
Menuju
ke arah Bulukumba Timur, inilah gudang wisata bahari dan budaya Bulukumba. Ada
pantai Bira yang tidak tertandingi keindahannya oleh Pantai Kuta. Demikian pula
bangunan-bangunan darurat para pedagang, tidak ada yang menandingi (tidak
terurusnya), pantai mandala ria yang menawarkan keteduhan sambil menikmati
pantai, padahal jarang-jarang pemandangan pantai yang teduh, yang ada adalah
panas dan panas.
Ada
makam Pua' Janggo' di puncak bukit, anda akan menyaksikan pemandangan pantai
bira dan pelabuhan fery ke selayar yang spektakuler. Bergeser agak jauh, ada
makam Datu Tiro dan sumur panjang yang legendaris, serta kawasan
perkampungan adat Ammatoa. Sungguh negeri yang permai, negeri yang memiliki
kekayaan budaya, negeri yang memiliki ciri khas dan karakter wisata yang kuat.
So,
pertanyaannya, hanya sampai mengagumikah pemenuhan kehausan dan kelaparan kita
akan wisata Bulukumba? Tentunya tidak sampai ke situ. Negeri indah ini harus diurus
dengan indah.
Sekarang
kita selalu mengurut data, akan buruknya sarana jalan, buruknya sarana-sarana
penunjang wisata, buruknya kinerja dinas terkait untuk menunjang kemudahan dan
kenyamanan wisatawan, buruknya pengganggu-pengganggu wisata (karena miras,
narkoba dan prostitusi terselubung), buruknya keamanan, dan masih banyak
buruk-buruk lainnya.
Negeri
ini harus diurus dengan indah. Berhentilah untuk saling menyalahkan. Kita
adalah system. Tidak semua tanggung jawab hanya difokuskan ke seseorang atau
lembaga tertentu.
Kita
adalah jamaah. Kalau ada yang salah salahnya berjamaah. Mari berhenti mencela,
negeri ini perlu orang-orang yang mau bekerja dengan ikhlas dan dengan bangga
mempersembahkan yang terbaik untuk tanah leluhurnya.
Hanya
dibutuhkan kemauan untuk memulai langkah pertama. Mari melangkah demi keindahan
mengurus negeri ini. Kalau semua itu bisa kita wujudkan, maka ustadz Maulana
bisa berujar lantang, jamaaaaaaah........ ooooo jamaaaaaaaah Alhamdu.....lillah.
Wassalam….
30
Juli 2013
--------------------
Biodata penulis:
-- Nama lengkap: Dr Ir M Asar Said Mahbub MP
-- Tempat/tgl lahir: Makassar, 7 Juli 1968
-- Alamat: Jl Skarda N 1, No 16, Kelurahan Gunung Sari, Kecamatan Rappocini, Kota Makassar - 90221
-- Agama: Islam
-- Pekerjaan: Dosen Fakultas Kehutanan, Univesitas Hasanuddin (Unhas), Makassar
[Terima kasih atas kunjungan dan komentar Anda di Blog Kabupaten Bulukumba]
1 komentar:
Tahun lalu saya pulang ke Bulukumba, kebetulan kampung di Bontotiro,, sempat jalan-jalan ke bira, kondisinya sudah tidak bersih lagi. Semoga pemerintah khususnya bidang pariwisata lebih memperhatikan hal ini lagi.
Posting Komentar