Perajin Kapal Bulukumba Krisis Bahan Baku
Senin, 16 November 2009 | 10:58 WIB
Laporan wartawan KOMPAS Iwan Santosa
BULUKUMBA, KOMPAS.com — Kawasan Bulukumba, Sulawesi Selatan, sudah lama dikenal sebagai daerah penghasil kapal-kapal tradisional sejenis pinisi. Namun, kini nasib para perajin di kawasan itu kian tak menentu karena sulitnya bahan baku. Setidaknya kesaksian itulah yang diungkapkan warga Tanah Biru, Kecamatan Bonto Bahari, Bulukumba, Senin (16/11).
Bahri (35), seorang perajin yang ditemui Kompas di galangan kapal tradisional, mengaku sudah beberapa tahun terakhir mereka kesulitan memperoleh kayu dari Sulawesi Tenggara dan Kalimantan, yang merupakan bahan baku utama. "Sulit, kayu sekarang dibatasi. Jadi warga kesulitan membuat kapal," tuturnya.
Ribuan warga di Desa Tanah Biru mengandalkan pembuatan kapal tradisonal pinisi dan kapal lainnya sebagai sandaran hidup. Sebagian kapal buatan mereka dibeli oleh orang asing, dan kemudian digunakan berlayar hingga ke Eropa dan Amerika. Kapal-kapal itu memiliki bobot mati 30 ton hingga 100 ton.
Ridwan Alamuddin, aktivis pelayaran, mengatakan, banyak warga Bulukumba hijrah ke Batu Licin, Kalimantan Selatan, untuk melanjutkan usaha galangan kapal tradisional karena dekat dengan sumber bahan baku.
[Terima kasih atas kunjungan, komentar, saran, dan kritikan anda di blog: http://kabupatenbulukumba.blogspot.com/].
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
IKAN DUYUNG. Jumaning (60), membersihkan tubuh ikan duyung yang ditemuinya di tepi pantai saat mencuci bentang (tali rumput laut) di pesi...
-
Andi Sultan Daeng Radja bersama tujuh orang lainnya telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional melalui Surat Keputusan Presiden RI (Sus...
-
BUNDARAN PHINISI. Kabupaten Bulukumba yang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, terdiri atas 10 kecamatan dan 126 ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar