Senin, 22 Februari 2010

4 Bule Bangkitkan Wisata Pantai Bira




4 Bule Bangkitkan Wisata Pantai Bira

* Jumlah Wisatawan Asing ke Bulukumba Terus Meningkat
* Kapal Pesiar Eropa Juga Rajin ke Makassar

Tribun Timur, Makassar
http://www.tribun-timur.com/read/artikel/66651
Minggu, 3 Januari 2010

Bulukumba, Tribun - Peningkatan kunjungan jumlah wisatawan asing, terutama dari Eropa, ke kawasan wisata Pantai Bira, Bulukumba, ditunjang oleh keberadaan empat bule yang mengelola kawasan wisata tersebut.

Keempat warga asing itu adalah Amatores (60) dari Spanyol, Eltis (40) dari Jerman, serta dua warga negara Perancis, Barto (45) dan Topo (50).

Usaha yang dikelola oleh keempatnya, antara lain, mendirikan hotel atau resort, menyediakan souvenir, hingga memperjual belikan perahu pinisi buatan Tanjung Bira yang terkenal karena keandalannya.

"Saya pertama kali ke sini lima tahun lalu dan saya kagum dengan keindahan Tanjung Bira yang tak kalah menariknya dengan tempat lainnya seperti Bali," kata Matori yang didampingi staf Dinas Pariwisata Bulukumba, Mustamar, Sabtu (2/1).

Data di Pemkab Bulukumba menunjukkan, jumlah wisatawan asing yang datang ke daerah ini terus mengalami lonjakan. Bila pada 2007 jumlahnya mencapai 1.400 orang, maka pada 2008 naik menjadi 1.600 orang, dan 2009 sudah mencapai 2000 orang.

Wisata bahari Bulukumba bangkit dan terkenal di manca negara, khususnya di Eropa, tanpa banyak campur tangan dati pemkab setempat. Kawasan wisata Pantai Bira terkenal dengan airnya yang masih biru dan pasir putihnya.

Stimulan Pemprov

Bagaimana sikap Pemprov Sulsel dalam mendukung pariwisata di daerah? Gubenur Syahrul Yasin Limpo yang ditemui di Gubernuran, Makassar, tadi malam, malangatakan, agenda pariwisata Sulsel sifatnya hanya stimulan.

Menurutnya, justru pemkab/pemkot yang harus yang lebih aktif. Dia memberi contoh Toraja yang terus menggeliat dan Selayar sedang bersemangat.

"Bagaimana daerah lain. Ada Pantai Bira di Bulukumba. Tinggal kita lihat mana yang jadi prioritas lebih dulu. Saya berharap muncul ikon baru pariwisata untuk mendongkrak popularitas daerah. Asalkan jangan ada yang lempar-lempar di jalan (demonstrasi)," kata Syahrul.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulsel baru akan menggelar rapat koordinasi dengan stakeholder pariwasata awal Juni tahun ini. Rapat membahas berapa target wisatawan asing dan wisatawan lokal yang akan berkunjung ke Sulsel.

"Awal 2010 ini kita belum ada pembicaraan target baru. Rapat koordinasinya baru dilaksanakan awal Juli," kata Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Sulsel, Suaeb Mallombasi, di sela-sela santap malam pemprov dengan Menko Kesra Agung Laksono, di Rujab Gubernur tadi malam.

Pihak yang diundang rakor di antaranya pejabat internal disbudpar, kadis disbudpar kabupaten/kota se-Sulsel, asosiasi perhotelan seperti PHRI, Asita, API, manajemen akademi pariwisata (Akpar), unsur pelaku pariwisata, dan tokoh pariwisata.

Untuk jumlah kunjungan wisatawan ke Sulsel selama 2009, Disbudpar sementara mengumpulkan datanya.

Khusus untuk menggairahkan kepariwisataan di daerah, Suaeb mengimbau dilakukan pembenahan objek pariwisata.

"Agar pengunjung merasa betah, dan menetapkan kalender tetap event pariwisata," kata Koordinator Tim Senior Sayang saat pilgub lalu ini.

Suaeb juga sudah menyampaikan ke disbudpar kabupaten/kota imbauan gubernur untuk menggelar event tetap tahunan.

"Gubernur mendorong kabupaten/kota menetapkan kalender tetap event tahunan yang bisa menyedot perhatian wisatawan. Misalnya di Enrekang ada Festival Bontokabobong," lanjut Suaib.

Rajin Promosi

Amatores mempekerjakan lima karyawan yang direkrut dari warga setempat di bawah bendera PT Sulawesi Sea Resort. Kamar hotel yang dikelolanya dipasarkan dengan mata uang euro yang lebih mahal dari dolar AS.

Amatores banyak juga melakukan promosi di Spanyol untuk perkembangan pariwisata di daerah ini. Karyawan yang dijadikan sebagai pekerja itu khususnya pengelola hotel dan pencari kerang serta souvenir lainnya seperti pembuatan sarung bira.

Usaha yang sama juga dilakoni oleh Eltis dengan mempekerjakan 10 karyawan yang juga asal Bira. Ia banyak menggunakan tenaga kerja yang cacat.

Lain halnya dengan Barto dan Topo yang lebih memilih menjadi pengusaha jual beli perahu pinisi. Ia meminta untuk dibuatkan perahu pinisi lalu dijualnya ke Eropa dan negara lainnya. Mereka juga banyak melakukan promosi di negara asalnya Preancis.

Para pengusaha ini tidak banyak bergantung dari pemerintah Bulukumba cukup saja mematuhi aturan yang berlaku di daerah ini dengan membayar pajak yang juga sama pengusah lokal lainnya di daerah ini.

Bahkan banyak mengurangi pengangguran dan meningkatkan ekonimi warga dengan memberdayakannya sebagai pengrajin souvenir hingga pengelolah penginapan dan restoran.(cr5/cr6/sur/lim)

Wisatawan asing ke sulsel
2009: 45 ribu orang
2008: 32 ribu orang

Makassar
2009: 6.000 orang
2008:
2007: 19.785

Bulukumba:
2007: 1.400 orang
2008: 1.600 orang
2009: 2000 orang


[Terima kasih atas kunjungan, komentar, saran, dan kritikan anda di blog: http://kabupatenbulukumba.blogspot.com/.]

Tidak ada komentar: