Kamis, 19 Agustus 2010

Mengenang Masa-masa Indah di SMA Negeri 1 Bulukumba


Pintu gerbang SMA Negeri 1 Bulukumba, difoto pada 10 Agustus 2010. Ketika masih kelas satu, saya bersama ratusan teman siswa SMA 1 Bulukumba pernah mengadakan perjalanan dengan berjalan kaki (istilahnya camping, dibaca kemping) dari sekolah ke pelabuhan Bira, Bulukumba, yang berjarak sekitar 40 kilometer dan juga berjalan kaki keesokan harinya dari Bira ke SMA 1 Bulukumba. (foto: asnawin)



Mengenang Masa-masa Indah di SMA Negeri 1 Bulukumba

Oleh: Asnawin
(Alumni SMA 1 Bulukumba tahun 1986)

Menjelang Ramadan, saya bersama isteri dan anak-anak ''pulang kampung'' ke Bulukumba. Ada beberapa agenda saya dalam acara pulang kampung tersebut, antara lain bertemu keluarga (saudara-saudara, bapak, mertua), menjadi pembicara pada salah satu kegiatan pertemuan, ziarah ke makam ibu (Hj. St. Hasnah Bali Daeng Bau') di pemakaman muslim Taccorong, serta makan sahur dan buka puasa hari pertama di Bulukumba.

Selain itu, saya juga mengunjungi tiga sekolah tempat saya dulu menimba ilmu, yaitu SD Negeri 10 Ela-ela Bulukumba, SMP Negeri 1 Bulukumba, dan SMA Negeri 1 Bulukumba.

Di SMA 1 Bulukumba, saya tidak sempat masuk ke dalam halaman sekolah, karena tidak ada kegiatan apa-apa (libur), jadi saya hanya mengambil gambar pintu gerbang sekolah dari jalanan pada Selasa, 10 Agustus 2010.

Di sekolah ini, saya menimba ilmu dan pengalaman selama tiga tahun (1983-1986). Hampir tidak ada duka dan sebaliknya hampir semua hanya berupa suka yang saya alami selama tiga tahun belajar di SMA 1 Bulukumba. Selain aktif belajar, saya juga masuk anggota Palang Merah Indonesia (PMI) dan mendapat tugas sebagai Danru (Komandan Regu). Kami aktif berlatih dan pernah mengikuti perkemahan palang merah di lapangan Ujungloe.

Ketika masih kelas satu, saya bersama ratusan teman siswa SMA 1 Bulukumba pernah mengadakan perjalanan dengan berjalan kaki (istilahnya camping, dibaca kemping) dari sekolah ke pelabuhan Bira, Bulukumba, yang berjarak sekitar 40 kilometer dan juga berjalan kaki keesokan harinya dari Bira ke SMA 1 Bulukumba.

Saat duduk di kelas tiga, saya bersama ratusan teman siswa dan beberapa guru SMA 1 Bulukumba (antara lain Pak Yasin, guru olahraga) juga pernah melakukan perjalanan dengan berjalan kaki dari sekolah ke daerah pegunungan perbatasan Bulukumba-Bantaeng. Jarak tempuh sekitar 25 kilometer, tetapi terasa berat karena setelah melewati kilometer 10, jalanan sudah mulai menanjak dan hawa sudah mulai dingin.

Setiba di tempat tujuan, sebagian besar dari kami hampir tidak bisa melakukan aktivitas apa-apa, kecuali duduk-duduk sambil ngobrol dan ''tidur pistol'' (tidur sambil merapatkan kedua kaki ke dada) dengan memakai jaket tebal dan atau sarung, karena hawa atau suhu udara sangat dingin menusuk tulang.

Ketika mengambil air wudhu untuk salat, dinginnya minta ampun, apalagi ketika kami harus buang air kecil. Kami berangkat pagi dari sekolah dan tiba di lokasi sebelum magrib. Kami tidur di rumah-rumah penduduk, ada juga yang tidur di masjid. Keesokan paginya kami kembali melakukan perjalanan pulang dengan berjalan kaki beramai-ramai.

Dalam perjalanan itu, saya sempat akrab dengan salah seorang teman perempuan adik kelas yang cantik, berkulit putih, agak tinggi untuk ukuran perempuan, berpenampilan sederhana, dan agak pendiam.

Saya yakin banyak teman laki-laki yang tertarik padanya, tetapi hanya sebatas tertarik karena mereka mengetahui kedekatan kami. Kami cukup lama akrab satu sama lain, tetapi tetap dalam batas-batas wajar, karena kami sama-sama rajin ke masjid dan saya cukup sering mengikuti pengajian. Hubungan kami putus begitu saja setelah saya tamat SMA dan melanjutkan kuliah di Kota Makassar.

Di sekolah, saya hanyalah salah seorang siswa biasa yang tidak aktif di OSIS dan bukan siswa berprestasi. Tidak ada yang istimewa, sehingga saya tergolong siswa yang biasa-biasa saja. Saya hanya kebetulan rajin belajar dan senang belajar berkelompok, sehingga prestasi belajar saya tidak berada di bawah, tetapi juga tidak masuk 10 besar.

Saya juga heran mengapa ketika itu saya tidak mengejar prestasi, padahal saya ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Justru sekarang, di saat saya kuliah S2 (Ilmu Komunikasi, Universitas Satria, Makassar), barulah saya merasakan adanya semangat belajar yang tinggi dan berupaya menjadi yang terbaik.

Ada seorang guru kami waktu itu yang entah mengapa sangat membenci saya. Beliau (sekarang sudah almarhum) pernah menghukum dan juga pernah memukul saya. Sampai sekarang saya tidak tahu apa kesalahan saya. Setelah beliau menghukum dan memukul saya, sejak saat itulah saya tidak pernah masuk kelas kalau beliau mengajar.
Beliau kemudian melapor kepada Kepala Sekolah (Pak Said) dan saya pun lalu diminta masuk mengikuti pelajarannya di kelas menjelang ulangan semester.

Sepuluh tahun kemudian, tepatnya tahun 1995, saya bertemu guru kami tersebut di atas kapal laut yang membawa rombongan kader dan simpatisan Muhammadiyah Sulsel yang akan mengikuti Muktamar Muhammadiyah di Aceh. Saya langsung mendatanginya, menjabat tangannya, dan memeluknya. Ternyata kami sama-sama kader Muhammadiyah. Waktu itu, selain sebagai kader Muhammadiyah, saya juga berangkat ke Aceh dalam kapasita sebagai wartawan harian Pedoman Rakyat, Makassar. Alhamdulillah, saya masih sempat meminta maaf dan akrab dengan beliau sebelum kami berpisah selamanya.

Masih banyak kenangan masa-masa indah semasa duduk di bangku SMA 1 Bulukumba, tetapi apa yang saya tulis ini cukuplah mewakili semuanya. Salam rindu kepada teman-teman sekolah dulu dan guru-guru kami tercinta. Maafkan saya kalau dulu ada perbuatan dan tingkah laku saya yang kurang berkenan.

Makassar, 20 Agustus 2010


[Terima kasih atas kunjungan, komentar, saran, dan kritikan anda di blog: http://kabupatenbulukumba.blogspot.com/.]

5 komentar:

gearindo mengatakan...

memang indah masa SMA , saya juga alum 1986 sma neg 1 bulukumba ,dan kebetulan aku anggota PKS saat itu angkatan pertama,saya juga ikut berjalan kaki dari sma sampai ke bira dan aku juga ikut berjalan kaki dari sekolah ke pegunungan saat itu dan sekarang aq mengingatserta memperhatikan photo saudara Aswin tapi tetap aku lupa atau mungkin karena sudah terlalau lama tidak ketemu sebab sejak 1986 sampai sekarang aku menetap di jakarta juga berkeluarga di jakarta pulang ke Bulukumba memang setiap tahun tapi sebentar paling 2 atau 3 hari ,dengan tulisan ini aku mohon maaf lahir bathin semoga suatu saat nanti aku bisa mengenal saudara dengan baik karena aku suka dengan tulisan- tulisan saudara wassalam Hastaman Pattah.

Asnawin Aminuddin mengatakan...

Terima kasih bos atas kunjungan dan komentarta di blog ini. Sy bersyukur dapat bertemu kembali dgn teman lama sesama alumni 86 SMA Negeri 1 Bulukumba. Sy sudah ganti foto profil di blog ini, cobaki perhatikanki, mdh2an masih adaji kemiripannya dengan wajah sy waktu SMA dulu dan bisa mengembalikan memori lamata. Kalo ke bulukumba ki habis lebaran ini, sy harap kita bisa bertemu dan reuni kecil-kecilan. Selamat menunaikan ibadah puasa. Salam buat keluarga.... (asnawin)

gearindo mengatakan...

Salam sejahtera saudaraku.
saat ini aku samar-samar mungkin saat tertentu aku akan mengingatnya tapi terima kasih saya sudah di perlihatkan photo profil saudara waktu sma dan itu cukup menghibur karena aku ingat juga waktu sma pasti sama culungnya dengan saudara maaf bercanda Insya Allah lebaran tahun ini aku pulang ke Blk dan tempat aku pas di depan pasar Cekkeng ( Pasar tradisionil ) yang letaknya di pinggir laut tapi sekarang mungkin berobah menjadi pasar paling kumuh di bulukumba karena penataannya yang kurang pas .

yusuf mengatakan...

HMMM Ya Allah .... sy sneng bnget bisa baca postingan ini ... krn saya ingat pacar saya yg di SMA N1 BULUKUMBA

Asnawin Aminuddin mengatakan...

ehem, ehem... kalo boleh tau, siapa itu pacarta belah....