BERAS. Empat kabupaten di Sulsel mulai memikirkan daya saing produksi beras mereka dengan membangun Silodrayer. Keempat kabupaten tersebut adalah Bulukumba, Pinrang, Luwu Timur, dan Luwu. Sementara dua kabupaten masih dalam tahap permintaan yakni, Bantaeng dan Sidrap. (Foto: MI/Panca Syurkani/rj)
----------------------
Bulukumba akan Jadi Percontohan Beras Berkualitas
- Empat Kabupaten di Sulsel Bangun Silodrayer
Harian Fajar, Makassar
Sabtu, 05 Februari 2011
http://www.fajar.co.id/read-20110205011109-empat-kabupaten-bangun-silodrayer
MAKASSAR -- Empat kabupaten di Sulsel mulai memikirkan daya saing produksi beras mereka dengan membangun Silodrayer. Keempat kabupaten tersebut adalah Bulukumba, Pinrang, Luwu Timur, dan Luwu. Sementara dua kabupaten masih dalam tahap permintaan yakni, Bantaeng dan Sidrap.
Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Sulsel, M Aris AM, mengungkapkan, empat kabupaten yang akan menjadi percontohan beras berkualitas ditargetkan mulai jalan pada musim panen tahun ini.
Dia mengatakan, penyediaan silodrayer atas kerja sama trimitra Pemprov Sulsel, Pemkab, dan pemasok silodrayer asal Taiwan.
"Program Silodrayer untuk meningkatkan kualitas beras mulai dicanangkan hari ini," kata Aris, Jumat, 4 Februari, di sela-sela resepsi Hari Jadi ke-51 Bulukumba yang dihadiri Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono dan Gubernur Sulsel Yasin Limpo.
Aris menjelaskan, silodryer di setiap kabupaten sudah sangat diperlukan. Apalagi di tengah kondisi cuaca yang semakin tidak menentu.
"Penurunan kualitas beras akibat tingginya curah hujan membuat harga beras petani di pasaran jatuh. Bulog pun saja enggan menyerap beras petani. Karena itu, mesin pengering berteknologi canggih ini sudah menjadi keharusan," jelasnya.
Dia mengakui harga satu unit silodryer memang terbilang tinggi, mencapai Rp 6 miliar hingga Rp 8 miliar. Tarif silodrayer berkapasitas hingga tiga ribu ton ini, sekira Rp 50 per kilogram. Sehingga, investasi bisa kembali dalam waktu dua tahun.
"Kami sudah menghitung analisis biaya teknologi lama Rp 375 per kilogram. Itu karena memakai bahan bakar tungku sekam. Silodrayer buatan Taiwan itu lebih efisien yakni Rp 50 kg per kilo," kata Aris.
Sementara itu, Kadivre Bulog Sulselbar, Rito Angky Pratomo, menyambut baik investasi Sulsel membangun silodrayer. Menurutnya, silodrayer itu bisa menjaga kualitas beras Sulsel sehingga harga yang didapatkan petani tidak menyusut.
Angky, mengatakan, sebenarnya ada 13 unit silodrayer di Sulsel di bawah pengawasan Bulog, namun biaya masih tinggi karena menggunakan bahan bakar minyak tanah.
"Kami menyambut baik investasi silodrayer. Itu tentu bisa membuat harga beras tetap tinggi," katanya. (aci)
[Terima kasih atas kunjungan, komentar, saran, dan kritikan anda di blog: http://kabupatenbulukumba.blogspot.com/.]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar