Tentara Nasional Indonesia (TNI) kembali kehilangan salah seorang prajuritnya. Kali ini terjadi di Papua dalam sebuah insiden baku tembak antara pasukan TNI Angkatan Darat dengan kelompok bersenjata di Papua, Jumat, 24 Januari 2014. Prajurit TNI yang tewas yaitu Pratu Sugiarto, anggota Batalion Infanteri 753 Arga Vira Tama, kelahiran Bulukumba, Sulawesi Selatan. (int)
------------------
Prajurit Asal Bulukumba Tewas di Papua
- Setelah Baku Tembak dengan Kelompok Separatis
Sat, 25 January 2014
http://www.fajar.co.id/sulawesiselatan/3108197_5663.html
BULUKUMBA, FAJAR -- Pasukan TNI Angkatan Darat kembali terlibat baku tembak dengan kelompok bersenjata di Papua, Jumat, 24 Januari 2014. Dua korban jiwa dari kedua pihak. Salah satunya prajurit TNI asal Bulukumba.
Baku tembak di Ketinggian Pintu Angin, Kamp Muara Kurilik, Kabupaten Puncak Jaya itu, membawa korban jiwa masing-masing satu orang dari kedua belah pihak. Hingga semalam, pengejaran terhadap kelompok bersenjata tersebut masih berlangsung.
Baku tembak berawal saat tim gabungan Batalion 751/Raider Kodam Cendrawasih dan satgas bantuan melakukan operasi keamanan di Puncak Jaya. Sekitar pukul 07.15 WIT, pasukan tersebut mengadang kelompok bersenjata di Ketingian Pintu Angin.
"Pimpinan mereka bernama Yamin," terang Kadispenad Brigjen TNI Andika Perkasa kemarin.
Baku tembak pun tidak terelakkan, dan menewaskan satu orang anggota kelompok bersenjata. Prajurit yang tewas itu adalah Pratu Sugiarto, anggota Batalion Infanteri 753 Arga Vira Tama.
Sugiarto merupakan prajurit TNI kelahiran Bulukumba yang ditugaskan di Puncak Jaya Papua. Jenazah Sugiarto sudah tiba di rumah duka, di Kelurahan Palampang, Kecamatan Rilau Ale, Jumat malam, 24 Januari 2014.
Isak tangis keluarga dan kerabat menyambut kedatangan jenazah, yang datang dengan peti mati, Tadi malam, sekira pukul 20.30 WITA.
Menurut Ibunya, Hj Syamsiah 59, Sugiarto pernah menelepon tiga hari sebelum peristiwa penembakan.
"Dia bilang mau naik ke Puncak Jaya bertugas," jelasnya.
Sugiarto adalah putra kedua pasangan Badri 63 seorang petani, dan Syamsiah, ibu rumah tangga. Menurut adik kandung Sugiarto, Irfan Badri, sebenarnya ibunya cukup sering mengingatkan bahkan melarang Sugiarto untuk tidak ke Puncak.
"Karena dia sudah terlalu sering bertugas di sana," jelas Irfan.
Menurut dia, kakaknya adalah pria yang cukup keras wataknya saat masih bersekolah. Dia menjelaskan, keinginan kakaknya untuk menjadi tentara sudah ada sejak SMA.
"Dia masuk lulus jadi tentara tahun 2009 silam. Dia memang langsung mendaftar Secata di Papua," jelas Irfan Badri.
Saking besarnya keinginan Sugiarto untuk menjadi tentara, dia tidak putus asa mendaftar, meskipun pernah gagal sampai tujuh kali.
"Dia sebenarnya lulus SMA 1 Tanete tahun 2005," jelas dia.
Sejak tahun 2005, Sugiarto mulai melakukan pendaftaran TNI yang dibuka dua kali setiap tahun.
"Pendaftaran terakhir tahun 2009, baru lulus," jelas dia.
Menurut dia, sejak lulus, Sugiarto memang sering ditugaskan ke wilayah rawan di Puncak Jaya.
"Bahkan dalam dua tahun hilang komunikasi karena tugas di sana," jelas dia.
Sugiarto merupakan putra yang selama ini banyak membantu keluarganya. Putra pertama Syamsiah, telah meninggal dunia lebih dulu. Sedangkan Irfan, dan putra ketiga, Acikin baru selesai kuliah.
"Dia sering mengirim uang ke orangtua," jelas Irfan.
Komandan Komando Distrik Militer (Dandim) 1411 Bulukumba, Letnan Kolonel (Letkol) Armed Agung Senoadji, yang dikonfirmasi menjelaskan, jenazah korban diterbangkan langsung dari Jayapura dengan menggunakan pesawat komersil Susi Air ke Makassar.
"Insya Allah besok pukul 10.00 (hari ini, red) akan dimakamkan dengan upacara militer. Saya yang langsung menjadi komandan upacara," kata Agung dihubungi, malam tadi.
Dia juga menyampaikan, atas nama keluarga besar TNI, turut berbelasungkawa sedalam-dalamnya.
"Semoga arwahnya diterima di sisi-Nya, dan keluarga yang ditinggalkan mendapat kekuatan dan ketabahan," tutupnya. (sbi-jpnn/pap)
-----------------
[Terima kasih atas kunjungan dan komentar Anda di Blog Kabupaten Bulukumba]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar