Selasa, 12 Oktober 2010

A Trip to: Pantai Bira, Bulukumba (part I)






A Trip to: Pantai Bira, Bulukumba (part I):
Petualangan Jalan Darat


Oleh Vierta Dewi Aulia

Posted on Desember 25, 2009
http://viertaz.wordpress.com/2009/12/25/a-trip-to-pantai-bira-bulukumba-part-i-petualangan-jalan-darat/

Libur Natal dan Tahun Baru kali ini jatuh sebelum weekend, alhasil dapet dua kali long weekend neh. Skalian obat kecele gara-gara cuti tahunan suami saya hangus lima hari. Buat pulkam aja syusye, kapan lagi bisa liburan kalau gak ada long weekend kayak gini…jiiiiaaaaahhh… :razz:

Tanpa rencana, pagi itu kami packing. Di tengah mendung langit Makassar kami berangkat ke timur. Sambil berharap cuaca ndukung perjalanan, kami enjoy banget nyari jalan lintas kabupaten menuju Bulukumba. Andalannya cuma papan penunjuk arah, patok kilometer jalan, tanya-tanya orang, dan Google Maps dari handphone…*banyak banget*. Syukurlah Tuhan mendengarnya, cuaca ke arah timur cerah bersahabat… :grin:

Pantai Bira terletak di Tanjung Bira, kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Lama perjalanan dari Makassar sekitar 4 jam. Dari rumah kami melewati rute: Makassar–Takalar–Jeneponto–Bantaeng–Bulukumba. Jalan lintas kabupaten ini sekaligus jalan lintas propinsi. Walau lintas propinsi, lebar jalan tidak terlalu besar. Ada yang tidak rata atau berlubang terutama jalan setelah keluar dari Jeneponto dan Bantaeng.

Menuju ke arah timur Sulawesi Selatan, terbentang pemandangan hijaunya sawah. Inilah sebagian dari lumbung padi utama di Indonesia Timur. Takalar malah dikenal penghasil jagung. Salah satu jagung yang banyak dijual di warung pinggir jalan namanya jagung pulut. Jagungnya empuk banget alias lembut. Tambah seger dimakan pake garam campur sambal.

Tiap masuk kabupaten, saya selalu penasaran dengan pusat kota kabupaten, about how they built the city. Dan biasalah, nyari toko camilan dan masjid besar buat sholat atau ke kamar kecil. Ditunggu kog gak masuk-masuk pusat kota Jeneponto yaa? Jarak pinggir kota dengan pusat kota rupanya panjang dan lama.



Keterangan gambar: Vierta saat rehat di Restoran Aroma Laut, Bantaeng. (foto: dok pribadi)


Baru setelah masuk Bantaeng terlihat laut. Pusat kota Bantaeng dibatasi langsung oleh laut dan gunung. Saya liat ada sebuah lokasi outbond ke arah gunung, sayang gak sempat ngliat tempatnya kayak apa. Di Bantaeng bisa rehat sebentar neh, ada Resto lumayan bernama Aroma Laut, setidaknya ada ikan segar di sini. Bantaeng memiliki masterplan tentang ‘Waterfront City of Bantaeng’ yang bentuknya unik. Hmm, tapi entahlah kapan digarap…?

Finally, masuk ke Bulukumba. Jalan berkelok naik turun mendekati Pelabuhan Bira mengingatkan saya pada Jayapura. Jalan aspal mulus melewati bukit, di bawah sudah laut biru. Diwarnai hijaunya pohon kelapa, pasir putih dan langit biru. Yang unik disini banyak kambing berkeliaran di jalan, halaman rumah penduduk, tepi pantai, sekitar penginapan, wooww…dimana-mana. Nah, kalau di Jayapura yang berkeliaran di jalan tuh anjing dan kalau nabrak mati harganya mahal ( lihat lagi: Mancing-Mancing di Koya ).

Pelabuhan Bira sendiri adalah pelabuhan utama penyeberangan kapal ferry ke Pulau Selayar. Selain itu pintu masuk arus keluar masuk barang dan penumpang ke Bulukumba. Tapi gak kliatan ada banyak kapal barang bersandar disini. Aktifitas di pelabuhan cenderung sepi. Selain kapal ferry yang ngangkut penumpang menuju Pulau Selayar, kapal kecil nelayan dan kapal pengangkut barang, ada pula kapal pesiar phinisi yang disewakan.

Sampai di pantai Bira, kami masih mencari penginapan Bara Beach. Susahnya nyari ini penginapan. Letaknya tersembunyi, ada di paling ujung dari deretan penginapan di pantai Bira. Jalan masuk menuju ke sana pun menantang. Saya udah gak sabar ngliat kayak apa tuh penginapan Bara Beach. Udah jauh dan susah begini, ehemmm, awas ya kalau jelek *sambil mengepalkan tinju*. Duuh, siapa sich yang bakalan mau disalahkan? hahahaaa…


[Terima kasih atas kunjungan, komentar, saran, dan kritikan anda di blog: http://kabupatenbulukumba.blogspot.com/.]

1 komentar:

Tabloid Demo's mengatakan...

apa kabar Mbak Vierta Dewi Aulia... kapan lagi ke Pantai Bira Bulukumba dan membuat tulisan untuk berbagi kegembiraan tentang objek wisata Bulukumba...