Satu warung pemandangan di pelabuhan kota Bulukumba. Sopir kijang menurunkan saya di kota Bulukumba karena perjanjian awal di Mellengkeri, Makassar, memang seperti itu. Kijang ini tidak sampai di Bira. Saya diturunkan di ruas yang akan menuju ke Tanjung Bira. (foto: Lomar Dasika)
----------------------------------------
Sampai dan Menunggu di Bulukumba
Wednesday, March 24, 2010
Setelah melewati deretan sawah, savana, ladang garam dan kemudian deretan sawah lagi, kurang lebih satu jam selepas perhentian makan siang di Bantaeng, akhirnya sampai juga saya di Bulukumba! Yihaaaaaa! Saya siap menari-nari di dalam mobil. Sayangnya, karena mobil penuh maka saya menari dalam hati saja sambil posisi badan terdesak ke pinggir. Hahaha...
Tak berapa lama dari gerbang kabupaten, kijang segera memasuki area Kota Bulukumba. Yang saya ingat, jalanan di Bulukumba berukuran kecil. Walaupun di tengah kota, jalanannya hanya dua lajur saja. Selain itu, saya mengingat dengan jelas ada area kota lama dengan bangunan jaman dahulu khas buatan Belanda.
Lambang kapal Phinisi tampak dimana-mana di kota ini. Kapal Phinisi kayaknya memang diidentikkan dengan Kabupaten Bulukumba. Ngomongin Bulukumba, saya jadi inget Bulakamba di Brebes, Jawa Tengah. Hehehe...
Satu warung tepi laut menjajakan minuman ringan dan air kelapa muda tampak di tepi pelabuhan yang indah ini. Sayangnya, ini akhir perjalanan saya. Saya diturunkan di Bulukumba karena memang perjanjian awal di Mellengkeri seperti itu. Kijang ini tidak sampai di Bira. Saya diturunkan di ruas yang akan menuju ke Tanjung Bira. (foto: Lomar Dasika)
Tak berapa lama melintas di dalam kota, ada sebuah papan petunjuk bertuliskan “Pantai Pasir Putih Tanjung Bira”. Asyikkkk!!! Disinilah, di kota ini, kijang mulai berkelana menjelajahi setiap sudut kota untuk menurunkan penumpang tepat di rumahnya. Ada yang turun di tengah kota, ada yang turun di kota lama, ada yang turun di gerbang kota, ada juga yang turun di pelabuhan. Untuk yang terakhir, seorang gadis muda yang ingin berangkat ke Selayar, satu-satunya kabupaten di Sulawesi Selatan yang semua wilayahnya berada di tengah laut, di pulau yang berbeda dengan daratan Sulawesi.
Pelabuhan Bulukumba indah, langitnya biru bersih, lautnya juga jernih. Satu warung tepi laut menjajakan minuman ringan dan air kelapa muda tampak di tepi pelabuhan yang indah ini. Sayangnya, ini akhir perjalanan saya. Saya diturunkan di Bulukumba karena memang perjanjian awal di Mellengkeri seperti itu. Kijang ini tidak sampai di Bira. Saya diturunkan di ruas yang akan menuju ke Tanjung Bira. Disinilah akhirnya cerita kesabaran saya harus diuji...
[Terima kasih atas kunjungan, komentar, saran, dan kritikan anda di blog: http://kabupatenbulukumba.blogspot.com/.]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar