Sebuah rumah dengan latar belakang perahu phinisi yang sedang dalam proses pembuatan di Tana Beru, Bulukumba. Tana Beru berlokasi di tenggara Bulukumba, sekitar 25 kilometer jauhnya. Tempat ini sangat terkenal hingga ke mancanegara sebagai tempat pembuatan Kapal Phinisi, kapal khas Orang Bugis. (Foto: Lomar Dasika)
------------------------------------
Selamat Datang di Tana Beru
Oleh Lomar Dasika
Thursday, March 25, 2010
http://lomardasika.blogspot.com/2010/03/selamat-datang-di-tanaberru
Tana Beru berlokasi di tenggara Bulukumba, sekitar 25 kilometer jauhnya. Tempat ini sangat terkenal hingga ke mancanegara sebagai tempat pembuatan Kapal Phinisi, kapal khas Orang Bugis.
Kalau anda tiba di tempat ini, anda bisa melihat aneka perahu yang sedang dibuat, baik kecil besar maupun dalam ukuran yang mahabesar. Perahu-perahu tersebut ditambatkan di pinggir pantai (secara kebetulan, Tana Beru juga berada persis di pinggir pantai, menghadap Laut Flores) baik yang setengah jadi maupun sudah dapat digunakan.
Para pengrajin kapal di tempat ini sangat terkenal dalam kepiawaiannya membuat kapal tanpa cetak biru sama sekali. Artinya, perahu yang dibuat disini tanpa desain yang digambar di atas kertas. Semua desain sudah masuk ke dalam kepala mereka. Langsung bikin aja dech pokoknya. Hebat yach?
Nggak hanya memenuhi kebutuhan lokal Bulukumba dan sekitarnya saja, kapal yang dibuat di Tanaberru sudah menjelajah nusantara bahkan dunia, memenuhi pesanan hingga melakukan ekspedisi jelajah samudera-samudera di dunia.
Buat anda yang tertarik dengan objek kapal, inilah tempat yang boleh banget menghabiskan baterai dan memori kamera anda. Jarak 25 kilometer dari Bulukumba harus ditempuh dengan pete-pete selama kurang lebih setengah jam (satu jam apabila jalanannya terhalang sesuatu).
Kalau beruntung, anda bisa bertemu kijang yang berasal dari Makassar dan bersedia mengangkut anda ke Tana Beru dari Bulukumba. Jalanan di Tana Beru berukuran sempit, hanya bisa dimuati dua lajur kendaraan saja. Walaupun tampilannya cukup desa, wilayah Bontobahari (begitulah terkadang nama baru Tana Beru disebut) memiliki jalan aspal yang cukup mulus.
Hanya saja, berhubung lokasinya di pinggir pantai, nggak heran banyak pasir putih memenuhi bagian kiri dan kanan aspal jalan. Anda masih bisa menemukan banyak sekali rumah-rumah berarsitektur Bugis di sepanjang jalan, lengkap dengan bubungan rumahnya dan panggung.
Kehidupan masyarakatnya (terutama yang berada di pinggir pantai) lebih bersahaja dan mempertahankan rumah dengan arsitektur Bugis dibanding yang berada di pedalaman. Banyak rumah yang tidak berdekatan dengan pantai sudah menerapkan arsitektur modern. Inilah Tana Beru, tanahnya tangan-tangan terampil pembuat Kapal Phinisi yang mengarungi Nusantara.
Seorang polisi mengatur lalu lintas untuk memperlancar kegiatan lomba gerak jalan dalam rangka HUT Proklamasi di Kecamatan Bontobahari, Bulukumba. (Foto: Lomar Sadika)
Saya tiba di Tana Beru pada pukul setengah 4 sore. Saya diturunkan oleh supir pete-pete yang mengantarkan saya. Beliau bilang, tidak ada angkutan lagi yang akan mengantarkan saya ke Tana Beru. Harus menunggu pawai gerak jalan ini berakhir.
Ya, saya memang melihat gerak jalan yang terdiri atas barisan siswa-siswa SMP dan SMA berjalan dari arah Bulukumba berbelok ke perempatan besar di tengah-tengah Tana Beru. Di perempatan ini, banyak warga menyaksikan acara gerak jalan tersebut.
Sebuah miniatur kapal phinisi di tepi jalan. (Foto: Lomar Sadika)
Sebuah miniatur Kapal Phinisi berdiri di tengah-tengah perempatan tersebut. Ada tulisan Menuju Pantai Pasir Putih Bira 18 KM di perempatan tersebut. Hmmm...masih jauh juga ternyata.
Saya dan latar belakang rumah penduduk di Tana Beru, Bulukumba. (Foto: Lomar Sadika)
Sedikit banyak, kehadiran saya cukup mencolok di antara warga sekitar. Mereka pun bertanya kemana arah tujuan saya. Saya katakan, saya akan berkunjung ke Tanjung Bira. Mereka mengatakan, tidak ada angkutan lagi yang menuju ke Tanjung Bira selama pawai masih berlangsung. Jadi, saya diminta bersabar dan menyaksikan pawai gerak jalan dalam rangka Hari Kemerdekaan Indonesia saja.
Sambil menyaksikan, nggak lupa donk saya berfoto-foto wilayah sekeliling. Sambil berfoto, saya ditanya oleh seorang bapak (si bapak nyentrik bener, rambut gondrong, pakai kacamata hitam, bikin saya takut duluan...hihihi...) apakah saya ingin ke Tanjung Bira. Saya katakan ya dan beliau menawarkan jasa angkutan dari Tana Beru menuju Tanjung Bira.
Tapi sekali lagi, seperti yang sudah saya dengar daritadi, bapak berpotongan nyentrik dengan kacamata hitam tersebut mengatakan saya harus bersabar, menunggu pawai gerak jalan tersebut selesai. Haha...mari kita menunggu, lagi.
[Terima kasih atas kunjungan, komentar, saran, dan kritikan anda di blog: http://kabupatenbulukumba.blogspot.com/.]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar