Selasa, 02 Agustus 2011

Cerita di Balik Desa Benteng Gantarang


PELEPASAN SESAJEN. Seorang perempuan tua melepas sesajen di Sungai Bialo, Desa Benteng Gantarang, Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba, 7 Juli 2011. Sesajen berisikan nasi putih, beras ketan yang sudah dikukus “songkolo”, ketupat, seekor ayam kampung yang sudah direbus, telur, dan seekor anak ayam kecil yang masih hidup yang digunakan untuk memulai ritual adat setempat warga di sini. (Foto: Irwan Rum)


Cerita di Balik Desa Benteng Gantarang

Oleh : Irwan Rum
(Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin (Dewan PERS LPMH UH) "Menulislah Kawan..!!! Sebab Pembodohan Telah Terjadi")



Rabu, 7 Juli 2011, saya bersama Moch.Taufan Santiago “Opan” mengelilingi beberapa desa di Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba, di antara beberapa desa yang saya singgahi ada satu desa yang sangat berkesan dibanding desa-desa yang ada di Kecamatan Gantarang.

Desa itu bernama Benteng Gantarang. Desa ini merupakan hasil pemekaran dari Desa Gattareng dan Desa Benteng Malewang. Di sini merupakan salah satu tempat yang masih kental akan budaya, adat, dan berbagai macam wisata permandian yang tidak banyak diketahui orang lain.

FOTO BARENG. Saya bersama beberapa teman saat berada di tepi Sungai Bialo, Desa Benteng Gantarang, Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba.

Pada saat sampai, kedatanganku sama Opan disambut dengan ramah oleh beberapa teman yang ada di sana yaitu: A.Tri Aswindinata”Tri”/TEKNIK, Ferli/HUKUM, St.Anna Pratiwi/Peternakan, Suryanti Aswar Mure/EKONOMI, Muhammad Degani”Bhucek”/TEKNIK, Laode Muh. Alfan/Sosiologi, Haspiani Halik/Pertanian.

Kami disajikan minuman khas warga di sini, “Kopi Hitam”, yang sangat cocok dengan desa di sini yang merupakan salah satu dari beberapa desa di Kecamatan Gantarang yang bercuaca dingin.

Satu lagi cerita yang kudapat di desa ini ketika saya (iwan), opan, Bhucek,dkk diajak oleh warga setempat untuk ikut di suatu tempat yang jaraknya kurang lebih satu kilometer dari posko untuk malakukan syukuran di tepi sungai Bialo.

Perjalanan ke sungai tersebut ternyata cukup menantang dan membuat saya dan beberapa teman yang lain merasa “ngos-ngosan” karena harus melewati pendakian dan penurunan bukit yang ada di desa Benteng Gattareng.

SESAJEN. Seorang perempuan mengatur sesajen sebelum dilepaskan di Sungai Bialo, Desa Benteng Gantarang, Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba.

Akhirnya sampai juga dengan membawa sesajen yang berisikan nasi putih, beras ketan yang sudah dikukus “songkolo”, ketupat, seekor ayam kampung yang sudah di rebus, telur, dan seekor anak ayam kecil yang masih hidup yang digunakan untuk memulai ritual adat setempat warga di sini.

Syukuran ini dimulai dengan pelepasan seekor anak ayam yang masih hidup ini ke Sungai Bialo. Setelah itu, saya dan teman-teman diajak menyantap makanan yang dibawa warga ke sini sambil memandang panorama alam yang sangat indah namun tidak pernah terExpose di Media (Sangat disayangkan).

Opan dan saya sangat menikmati dan merasa akan kembali lagi ke Desa Gattareng ini, karena memiliki tempat permandian dan ritual-ritual yang tidak pernah kami dapatkan di Makassar.

“Iwan, Opan kalau ada waktu jalan-jalan ke sini masih ada sungai jembatan gantung yang lebih menarik dari ini” ujar pemuda Desa Gattareng.

“Iye’, insya Allah kembali jie lagi nanti ke sini,” jawab Opan sambil tersenyum.

SUNGAI BIALO. Beginilah kondisi Sungai Bialo, di Desa Benteng Gantarang, Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba, saat kami berkunjung. Batu-batu kali yang berukuran kecil dan besar masih menghiasi sungai tersebut.

Setelah mandi “Huwww Dingin” saya dan opan akhirnya pulang kembali ke posko Desa Gantarang lalu melanjutkan perjalanan ke posko kami berdua di Kelurahan Matekko yang menempuh perjalanan kurang lebih 20 Km dari desa Benteng Gantarang.

Kunjunganku amat sangat berkesan karena apa yang saya dapatkan di sini tidak kudapatkan di Makassar, dan saya baru tahu setelah berkunjung kalau Masyarakat di sini masih kental dengan Adat yang berlaku di desa ini dan kaya akan tempat wisata dan panorama alam yang indah namun kurang perhatian dari Pemerintah sehingga banyak orang tidak mengenal kalau di desa ini menyimpan banyak cerita.

--- Reportase ini dimuat di www.kompasiana.com (http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2011/07/13/cerita-di-balik-desa-benteng-gantarang/) pada 13 Juli 2011, dan kami rekam pada Rabu, 3 Agustus 2011.

[Terima kasih atas kunjungan, komentar, saran, dan kritikan anda di blog: http://kabupatenbulukumba.blogspot.com/]

Tidak ada komentar: