Rabu, 06 April 2011
Bupati Bulukumba Merasa Dipermalukan Pegawainya
DIPERMALUKAN. Dalam rapat tertutup yang dihadiri para kepala SKPD di ruang kerjanya, Rabu, 6 April 2011, Bupati Zainuddin Hasan mengungkapkan bahwa dirinya merasa dipermalukan akibat demo yang dilakukan dokter, perawat, dan pegawai RSUD Andi Sulthan Daeng Radja, karena menurut bupati aksi tersebut seharusnya tidak perlu dilakukan aparatnya dengan tidak memberikan pelayanan kepada pasien.
---------------------------------
Bupati Bulukumba Merasa Dipermalukan Pegawainya
Antaranews
Rabu, 06 April 2011
http://makassar.antaranews.com/berita/26365/bupati-bulukumba-merasa-dipermalukan-pegawainya
Bulukumba, Sulsel (ANTARA News) - Bupati Bulukumba Zainuddin Hasan merasa dipermalukan pegawainya pascademonstrasi mogok kerja dokter dan perawat serta honorer di RSUD Sultan Dg Radja Bulukumba, Sulawesi Selatan, beberapa hari lalu.
Dalam rapat tertutup yang dihadiri para kepala SKPD di ruang kerjanya, Rabu, 6 April 2011, Bupati Zainuddin Hasan mengungkapkan bahwa dirinya merasa dipermalukan akibat demo tersebut, karena menurut bupati aksi tersebut seharusnya tidak perlu dilakukan aparatnya dengan tidak memberikan pelayanan kepada pasien.
"Kenapa baru sekarang ada demo, kenapa tidak dari dulu. Masalah ini kan sudah terjadi sejak tahun 2009 lalu, dan saya belum menjabat bupati. Saya ini dipermalukan," ujar Zainuddin, kepada kepada SKPD se-Bulukumba.
Selain itu, ia menginstrusikan membentuk tim investigasi guna menelusuri kronologis kejadian tersebut dan segera memberikan sanksi bagi dokter yang terlibat dalam aksi itu, termasuk manajemen RSUD Sultan Dg Radja.
Sebelumnya, pendemo yang juga adalah pihak rumah sakit itu sendiri meminta lima tuntutan yakni penyelesaian pembayaran jasa Jamkesda 2009-2011 total Rp 2,2 miliar, lalu uang jasa medik dan non medik, pembayaran UGD gratis senilai Rp 185 juta, pelayanan jasa umum Rp 37 juta per bulan yang diduga dipotong pihak keuangan sampai 60 persen per bulan dan perombakan total manejeman keuangan terkait dugaan penyalahgunaan wewenang.
Sementara utang obat-obatan dari pihak ketiga yang diperuntukkan untuk pasien Jamkesda diketahui menghampiri Rp 200 juta belum dibayarkan sehingga stok obat habis, serta jasa dan honorer di pelbagai Puskesmas Bulukumba diketahui Rp 1,3 miliar juga belum dibayar dengan total secara keseluruhan Rp 3,2 miliar lebih.
Hingga Selasa malam (5/4), aksi demonstrasi terkait penolakan pasien terus berlanjut. Para pendemo yang terdiri atas berbagai elemen masyarakat itu meminta agar pihak Rumah Sakit, dokter, dan perawat memberikan pelayanan yang baik kepada pasien, baik pasien baru maupun pasien lama. Bahkan pendemo meminta aparat hukum setempat, mulai dari inspektorat, jaksa untuk melakukan audit dan investigasi adanya dugaan korupsi.
"Rumah sakit ini seharusnya melayani pasien jangan ditelantarkan begitu saja. Ini menyangkut nyawa orang. Kami minta agar direktur rumah sakit dan Bupati Bulukumba bertanggung jawab," kata Ahmad Gazali dari Laskar Ampera Bulukumba.
Untuk mengantisipasi pasien yang diterlantarkan, Bupati telah berkoordinasi dengan Pemkab Bantaeng untuk memberikan pelayanan kepada pasien yang akan dirujuk kesana. Ia juga telah memerintahkan agar menyiapkan mobil ambulance guna mempercepat pengantaran pasien ke Rumah Sakit Umum Bantaeng. (T.KR-HK/F003)
[Terima kasih atas kunjungan, komentar, saran, dan kritikan anda di blog: http://kabupatenbulukumba.blogspot.com/.]
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
IKAN DUYUNG. Jumaning (60), membersihkan tubuh ikan duyung yang ditemuinya di tepi pantai saat mencuci bentang (tali rumput laut) di pesi...
-
Andi Sultan Daeng Radja bersama tujuh orang lainnya telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional melalui Surat Keputusan Presiden RI (Sus...
-
BUNDARAN PHINISI. Kabupaten Bulukumba yang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, terdiri atas 10 kecamatan dan 126 ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar