Tampilkan postingan dengan label Profil. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Profil. Tampilkan semua postingan

Kamis, 18 September 2014

Ingin Pulang Kampung, “Terjebak” Jadi Dosen


Musdalifah Mahmud, yang kini menjabat Wakil Rektor I Universitas Islam Makassar (UIM), awalnya hanya bercita-cita menjadi PNS di kampung halamannya. Cita-citanya yang sederhana itu masih terus dibawanya hingga duduk di bangku kuliah. Ia menjalani pendidikan dasar dan pendidikan menengah di Bulukumba. Setelah itu ia kuliah (1983) di Universitas Hasanuddin Makassar, pada Fakultas Pertanian. (Foto: Asnawin)

Rabu, 27 November 2013

KH Alwi Uddin Belum Ucapkan Selamat


“Ibu Sumrah (Dr Sumrah AP MSi, mantan Ketua STKIP Muhammadiyah Bulukumba), selamat atas pembuktiannya sebagai kader Muhammadiyah yang sukses memimpin dan mengelola amal usaha Muhammadiyah. Kepada ketua baru (Djumase Basra), saya belum memberikan ucapan selamat. Saya baru mengucapkan bismillah, semoga sukses memimpin STKIP Muhammadiyah Bulukumba.”
-- Dr KH Alwi Uddin MAg -- (Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel)

Kamis, 25 April 2013

Ajis Muin, Dari Kapten Menuju Kapten



SANG KAPTEN. Setelah sibuk bergelut di lapangan hijau, kini Ajis Muin (kiri) sibuk melayani segala keperluan Kapolda Sulsel. Inspektur Polisi Satu berusia 45 tahun ini sehari-harinya bertugas sebagai Perwira Protokol dan Penghubung Sekretaris Pribadi Pimpinan (Spripim) Polda Sulsel. Foto kanan, Asnawin, salah seorang teman sekolah Ajis Muin di Bulukumba pada tahun 80-an. (dok. Asnawin)

Selasa, 18 September 2012

Hobi Berkelahi, Shamsi "Dibuang" ke Ponpes



Shamsi Ali (kanan) mengatakan; "Saya di Kajang (Bulukumba). Ayah saya petani biasa. Bahasa Indonesia saja tidak bisa. Saya suka berkelahi waktu SD. Tangan saya pernah patah. Orangtua saya bingung dengan perilaku saya. Mau jadi apa saya kalau kelakuan seperti ini."


Imam Al Hikmah New York: Islam Tidak Mengajarkan Teror


FOTO BERSAMA. Dari kiri ke kanan, Rashidah Ali, Rabbi Marc Schneier, Swizz Beatz, Russell Simmons, Cathy Hughes, David Rosenberg, Imam Shamsi Ali. Shamsi Ali yang kelahiran Bulukumba, 5 oktober 1967, kini menjadi salah satu tokoh agama terkemuka di Eropa. Posisinya sebagai Imam Islami Center New York mengantar Shamsi menjadi rujukan di Negeri Paman Sam dan sekitarnya. (int)Foto: http://www.limitemagazine.com/2009/10/russell-simmons-honors-rashidah-ali/)

Rabu, 13 Juni 2012

Ibu Marliana, 38 Tahun Jadi Guru di Bulukumba



PERPISAHAN. Ibu Marliana (jilbab hitam, ketiga dari kanan) foto bersama beberapa guru pada acara perpisahan dirinya selaku Kepala SD Negeri 11 Kalumeme, Kecamatan Ujungbulu, Kabupaten Bulukumba, awal Mei 2012. Wanita kelahiran Bulukumba, 28 April 1952 itu terangkat menjadi guru SD pada 1 Januari 1974 dan mengabdi selama 38 tahun sebagai guru di Kabupaten Bulukumba. (Foto: Muhajir Pagiling)

Minggu, 29 Mei 2011

Memilih Bertani, Meninggalkan Bangku Kuliah


Megarahman (46) bersama Iffah, salah seorang anaknya, di tangga rumahnya di Dusun Pangi-pangi, Desa Swatani, Kecamatan Rilau Ale, Kabupaten Bulukumba, Jumat, 20 Mei 2011. Pria kelahiran 15 Juni 1965 ini meninggalkan bangku kuliah pada semester akhir dan memilih menjadi petani demi menemani orangtuanya. (Foto: Asnawin)

Senin, 25 April 2011

Disambut Hangat, Dilepas dengan Derai Air Mata



''Sebelum melaksanakan tugas, saya menemui tokoh masyarakat dan warga yang bermukim di sekitar sekolah. Saya meminta petunjuk kepada mereka dan saya meminta mereka bersedia menerima kehadiran saya untuk membina anak-anak mereka yang bersekolah di SD Inpres 182 Seppang. Alhamdulillah, mereka menerima dengan hangat kehadiran saya.''

Minggu, 24 April 2011

13 Tahun Hanya Naik Sepeda Kumbang




SDN 10 ELA-ELA. Aminuddin bertugas selama kurang lebih tiga tahun sebagai guru di SR (Sekolah Rakyat) Kassi Buta, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba. Setelah itu, ia dipindahkan dan tercatat sebagai guru di SR 12 Kalumeme (sekarang SD Negeri 10 Ela-ela), KecamatanUjungbulu, Kabupaten Bulukumba, sejak 1 Januari 1960. (Foto: Asnawin)

Aminuddin Gudang: ''Gaji Pertama Saya Rp 375 per Bulan''



AMINUDDIN GUDANG DAENG TABA. Hidupnya sekarang cukup berbahagia dengan 10 anak dan 21 cucu. Meskipun sang isteri sudah berpulang setahun silam, ia tidak pernah merasa kesepian, karena anak-anak dan cucu-cucunya selalu menemani dan menghiburnya. Ia bahkan selalu tampil ceria di usianya yang 1 Juli 2011 mendatang genap 73 tahun. (Foto: Asnawin)

Selasa, 19 April 2011

Bangun Sekolah dan Kembangkan Pendidikan di Bulukumba



BERSAMA ISTERI. Ikatan emosional yang begitu kuat dengan tanah kelahirannya, membuat Muhammad Basri selalu berjuang dan akhirnya mampu ''menyumbangkan'' sejumlah sekolah dan bantuan untuk pembangunan pendidikan di Kabupaten 'Butta Panrita Lopi'' Bulukumba. Dalam foto, Muhammad Basri bersama isteri, Dra Hj Zamsani. (Foto: dok. pribadi)

Minggu, 17 April 2011

Fahmi Syariff: Dalam Mimpi pun Saya Berteater



DENDAM telah mengubah hidupnya. Ia ingat betul momen-momen ketika berdiri di pintu kelas dan guru pembimbing drama di SMA-nya, Emil Agus Kalalo tak mengacuhkannya. Ia tak digubris hingga latihan terakhir dan pementasan yang penuh tepuk tangan berlalu tanpa dirinya di atas panggung. (Foto: Jumain Sulaiman/Fajar)

Minggu, 10 April 2011

Sempat ‘’Kawal’’ Dua Bupati Bulukumba


‘’Darah Bulukumba’’ yang mengalir di tubuhnya membuat Rifai Manangkasi selalu ingin berbuat sesuatu untuk tanah kelahiran leluhurnya. Maka ketika ada kesempatan, ia pun tidak menyia-nyiakannya. Ia bahkan sempat ''mengawal'' dua Bupati Bulukumba, yakni Andi Kube Dauda dan Andi Thamrin. (Foto: Asnawin)

Sabtu, 09 April 2011

Pulang Kampung untuk Membangun Bulukumba


SYAMSUL BAKIR HAMID. ''Ketika ditunjuk oleh Fajar Group untuk mendirikan Radar Bulukumba, saya langsung terima dengan senang hati. Saya berpikir inilah saatnya saya pulang kampung untuk membangun Bulukumba, tanah kelahiran saya.'' (Foto: Asnawin)

Minggu, 13 Maret 2011

Bulukumba Menginspirasi Karya-karyanya



DIBANDING beberapa kabupaten lainnya di Sulawesi Selatan, termasuk Sulawesi Barat, Bulukumba termasuk daerah yang menurut Dul Abdul Rahman, merupakan gudangnya penulis-penulis bertalenta. Bahkan fiksi pertama yang dibacanya sebuah novel berjudul "Pulau" yang ditulis sastrawan asal Bulukumba, Aspar Paturusi.

Belajar Sastra dari Sang Ayah


ANAK tertua dari enam bersaudara ini, semasa kecil hingga tamat SMA, bermukim di Kabupaten Bulukumba bersama kelima saudara dan orang tuanya. Ayahnya bernama Rappe Nangko Daeng Patahang, dan ibunya bernama Suleha. Dia memiliki nama kecil Beddu. (Foto: Dok Fajar)

Kamis, 24 Februari 2011

''Kami main di mana saja. Di gedung oke, di perkampungan ayo''


KEBANGGAAN SULSEL. Aspar Paturusi, pria kelahiran Bulukumba, 10 April 1943, salah satu seniman kebanggaan masyarakat Sulawesi Selatan. Ia adalah satu dari segelintir seniman teater daerah yang bisa dengan penuh percaya diri tampil sepanggung dengan sejumlah nama besar di pentas drama nasional.

Aspar Paturusi, Tetap Produktif di Usia Senja


SANTAI. Aspar Paturusi di kediamannya Jalan Sawo Kecik, Tebet, Jakarta. Pria kelahiran Bulukumba, 10 April 1943, pernah menjadi aktor terbaik dalam Festival Sinetron Indonesia. Kini Aspar gemar berselancar di situs jaringan pertemanan Facebook. (Foto: Fajar/Alief Sappewali)

Sabtu, 27 November 2010

Zahra Rahmani Rahmiyah, Juara Lomba Esai Nasional 2009

Setelah membuka situs web Kementerian Ristek, saya juga menemukan berita berjudul Lomba Esai dan Inovasi Teknologi Nasional 2009. Dalam berita itu ditulis bahwa juara pertama Lomba Esai Nasional, dimenangkan oleh Zahra Rahmani Rahmiyah dari SMAN 1 Bulukumba dengan topik “ Prospek Dodol Jagung Aneka Rasa dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Karassing Kabupaten Bulukumba”  

Kamis, 18 November 2010

Sejak Kecil Bercita-cita Jadi Guru

Wanita kelahiran Bulukumba ini, memang belum resmi jadi guru, tetapi di dalam tubuhnya mengalir deras darah guru. Ibunya adalah guru dan kini menjabat sebagai kepala sekolah salah satu SD negeri di Bulukumba. Keluarganya juga banyak yang berprofesi sebagai guru. Wajar kalau kemudian ia pun bercita-cita menjadi guru.