Selasa, 19 April 2011

Kisah Ikan Duyung di Bulukumba



IKAN DUYUNG. Jumaning (60), membersihkan tubuh ikan duyung yang ditemuinya di tepi pantai saat mencuci bentang (tali rumput laut) di pesisir pantai di Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, Selasa, 19 April 2011. Banyak warga yang berkunjung ke rumah Jumaning karena penasaran ingin melihat ikan duyung tersebut. (Foto: Kompas/k23-11)

--------------------------


Kisah Ikan Duyung di Bulukumba
Meski Dibacok, Ikan Duyung Tetap Hidup

Harian Kompas (Kompas.com)
K23-11 | yuli |
Rabu, 20 April 2011
http://regional.kompas.com/read/2011/04/20/04143456/Meski.Dibacok.Ikan.Duyung.Tetap.Hidup

BULUKUMBA, KOMPAS.com — Warga pesisir di Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, digemparkan dengan seekor ikan duyung yang tiba-tiba muncul, Selasa (19/4/2011). Para nelayan pun kemudian berniat memotong ikan tersebut untuk mengambil dagingnya.

Namun, entah mengapa ikan duyung yang tubuhnya sudah terluka akibat sabetan parang itu terus berenang hingga mendekati Jumaning yang sedang asyik mencuci bentang (tali) rumput laut di tepi laut.

Jumaning melihat ikan duyung itu seakan meminta pertolongan kepadanya. Si ikan terlihat menyelamatkan diri dari kejaran para nelayan. Maka dari itu, Jumaning pun menyelamatkan dan membawanya ke rumah di Desa Garanta, Kecamatan Ujung Loe, Sulawesi Selatan, sekitar 3 km dari tepi pantai.

Ikan itu dibawa Jumaning menggunakan jasa ojek. Saat Kompas.com bertandang ke rumahnya, ratusan warga terlihat berkerumun melihat ikan duyung itu.

Selama di rumahnya, Jumaning bersama istrinya, Sugi (50), memberikan nasi, lauk ikan, bahkan telur ke ikan itu untuk memulihkan fisiknya. Kondisi ikan duyung berbobot 65 kg dan panjang 1,5 meter tersebut memang tampak lemas.

"Waktu saya temukan, ikannya sudah lemas. Bahkan tubuhnya luka-luka akibat sabetan parang nelayan yang akan merebut dagingnya," ujar Jumaning.

Lantaran terlalu banyak warga yang penasaran ingin melihat ikan duyung tersebut, Jumaning lantas memberlakukan tarif Rp 1.000 untuk sekali masuk. Uang hasil kunjungan warga tersebut digunakan untuk membeli makanan ikan yang doyan dengan telur itu.

Jumaning hanya berprofesi sebagai pencuci bentang dan penghasilannya tidak tetap. Ia percaya bahwa kehadiran ikan duyung ini merupakan pembawa rezeki bagi keluarganya.



[Terima kasih atas kunjungan, komentar, saran, dan kritikan anda di blog: http://kabupatenbulukumba.blogspot.com/]

1 komentar:

Anonim mengatakan...

wah...panasanku mamo mau pulkam baru liat ini ikan duyung..cuman kabar2 dri teman2ji yang sering sy dengar klo ada ikan duyung dikampungta'...
mudah2an bisa pulkam cepat2 n liat ini ikan duyung...penasatan sekali ka'...