Kamis, 17 Februari 2011

Bira…Surga di Bulukumba


TANJUNG BIRA. Setelah melihat tayangan di Metro Tv kemarin sore (minggu, 06 Februari 2011) yang mengulas tentang Tanjung Bira di Bulukumba Sulawesi Selatan, saya jadi teringat kembali perjalanan saya ke pantai yang paling indah itu tahun lalu, sebenarnya saya sudah pernah mengulas perjalanan saya ke Tanjung Bira dalam blog saya, tapi apa salahnya jika saya ingin membagi pengalaman saya yang menyenangkan ini kepada para kompasianer.

-------------------------------

Bira…Surga di Bulukumba

Oleh: Arum
07 February 2011
http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2011/02/07/birasurga-di-bulukumba/


Setelah melihat tayangan di Metro Tv kemarin sore (minggu, 06 Februari 2011) yang mengulas tentang Tanjung Bira di Bulukumba Sulawesi Selatan, saya jadi teringat kembali perjalanan saya ke pantai yang paling indah itu tahun lalu, sebenarnya saya sudah pernah mengulas perjalanan saya ke Tanjung Bira dalam blog saya, tapi apa salahnya jika saya ingin membagi pengalaman saya yang menyenangkan ini kepada para kompasianer.

Empat jam perjalanan darat dari kota Makassar dengan mobil pribadi yang dikemudikan secara bergiliran oleh kakak dan kakak ipar saya, perjalanan menuju Bulukumba tidak pernah membosankan bagi saya, terlebih sebenarnya pertama kali saya kesana pada akhir tahun 2005 lalu membuat saya benar-benar jatuh cinta terhadap keindahan dan pesonanya membuat saya berjanji pada diri saya sendiri bahwa saya harus kembali ke pantai ini dan itu terjadi pada Mei 2010 lalu bersama keluarga saya.

Perjalanan masih nyaman untuk dilalui dengan kendaraan pribadi maupun umum karena jalanan aspal masih cukup baik dan arus lalu lintas yang lengang, di sepanjang perjalanan kita akan disuguhi pemandangan yang menarik, karena semakin dekat ke arah Bantaeng kita akan melihat rumah-rumah adat khas Sulawesi yang masih banyak dikanan kiri jalan, juga ladang-ladang luas dengan binatang-binatang ternak seperti sapi, kuda, dan kambing-kambing yang dibiarkan berkeliaran bebas tanpa tali kekang.

Beristirahat sejenak di tepi pantai di Bantaeng, kami menggelar tikar dan membuka perbekalan, mengisi perut yang kosong sambil ditemani semilir angin, dan deburan ombak begitu menyenangkan, dan setelah sampai di Bira kita akan disambut pemandangan laut yang luar biasa indahnya.

Kami menginap di sebuah hotel di tepi pantai dengan harga sewa kamar bekisar Rp 500.000/ hari, cukup mahal memang, dikarenakan kamar yang disewakan tidak terlalu banyak terlebih karena dahulu tempat ini masih sepi pengunjung belum banyak pilihan lain untuk menginap karena biasanya di hari libur semua penginapan dan hotel sudah penuh.

Berenang dan bermain pasir putih yang membentang sepanjang pantai menjadi daya tarik tersendiri, air laut yang berwarna biru kehijauan sungguh sedap dipandang mata. Anda harus ebrhati-hati dengan banyaknya Bulu Babi yang berada dimana-mana dan bisa menyebabkan gatal-gatal pada kulit anda, agak jauh berenang masih tergolong aman, ditambah jernihnya air sehingga kita bisa melihat bagian kaki kita dari pernukaan.

Pantai disini masih tergolong bersih karena memang tidak terlalu banyak wisatawan kecuali pada hari libur, potensi wisata yang dimiliki daerah ini memang belum dipromosikan dan dikelola secara optimal hingga beberapa tahun belakangan gaungnya terdengar.

Pada pagi hari anda bisa menyewa perahu nelayan dengan harga sekitar Rp 250.000 untuk menyeberang ke pulau di tengah laut yang ada di pantai ini, atau anda bisa memancing di tengah laut dengan alat pancing yang disediakan nelayan yang menyewakan perahu, sayangnya kami tidak mahir dalam hal ini, memang belum ada sarana hiburan seperti bananaboat dan olahraga air lain yang bisa ditawarkan di tempat ini, tapi jika anda ingin melakukan snorkeling anda bisa bertanya kepada penduduk atau pengelola hotel karena memang belum banyak yang menyediakan sarana ini....


Saya cukup puas melihat penyu yang sedang berenang di permukaan dan melihat beningnya air laut sehingga saya seperti melihat akuarium raksasa karena meski kedalamannya mencapai lebih dari lima meter...

Saya masih bisa melihat terumbu karang dan berbagai jenis ikan berwarna-warni, pak nelayan pun tidak ragu untuk menyelam kedalam laut tanpa bantuan alat apapun untuk mengambilkan satu bintang laut berwarna oranye dalam ukuran besar kepada kami, meski akhirnya kami melepaskannya kembali kedalam air.

Sesampainya di pulau anda akan disuguhi pemandangan rumah-rumah panggung dan ibu-ibu yang asyik menenun dan membuat kerajinan dari kulit kerang di kolong rumah-rumah mereka, saya juga menikmati segarnya kelapa muda sembari bermain pasir bersama keponakan-keponakan kecil saya.

Jangan lupa untuk berkunjung ke kampung pembuatan kapal Pinisi, kapal yang menjadi kebanggaan masyarakat setempat, di kampung ini anda bisa melihat berbagai kapal-kapal yang masih belum selesai dibuat di samping rumah-rumah para pembuatnya, oleh-oleh miniature kapal pinisi bisa diperoleh disini langsung membeli pada perajinnya yang dibandrol mulai dari Rp 100.000 untuk ukuran sedang dan bisa mencapai jutaan untuk pesanan khusus.

Semoga bermanfaat, dan kerinduan saya terhadap tempat ini menjadi terbayar dengan berbagi informasi dan pengalaman saya. (foto hasil jepretan saya pribadi susah sekali di upload disini ya??)

[Terima kasih atas kunjungan, komentar, saran, dan kritikan anda di blog: http://kabupatenbulukumba.blogspot.com/.]

Tidak ada komentar: