Senin, 21 Februari 2011

Kisah Inspiratif Merayakan Kehidupan


Illustrasi foto Suku Kajang, Bulukumba. Topo, tetua adat komunitas Ammatoa di kawasan Kajang, Bulukumba, Sulawesi Selatan, mengerjakan aksi prolingkungannya atas dasar tradisi. Dialah figur yang menerapkan filsafat kenalilah lingkunganmu untuk hidup lebih arif dan tak destruktif. Dia mencoba sintas, survive, dengan menanam, mengolah tanah, dan beternak. (foto: melayuonline.com)


--------------------------------

Kisah Inspiratif Merayakan Kehidupan

Oleh: Mulyo Sunyoto
Editor: Jodhi Yudono
Harian Kompas, Jakarta
Minggu, 20 Februari 2011
http://oase.kompas.com/read/2011/02/20/00202449/Kisah.Inspiratif.Merayakan.Kehidupan

Indonesia boleh dibagi secara artifisial menjadi dua dunia. Katakanlah dunia politis dan sosiologis. Kalau Anda membaca koran halaman politik hari-hari ini, yang tersaji tentang Indonesia tak lain dunia yang warna dominannya adalah kelam kelabu. Sebaliknya, Indonesia yang bewarna utama cerah cemerlang, terbentang di ranah sosiologis.

Sebuah buku yang diterbitkan Antara Publishing, berjudul Kisah-kisah Inspiratif Anak Bangsa, Kumpulan Tulisan LKBN ANTARA 2000-2010, dengan penyunting Maria D. Andriana, berisi 50 karangan hasil reportase sang wartawan, boleh dibilang menjadi saksi bahwa Indonesia masih menyimpan optimisme dan dunia penuh harapan dimiliki warga yang tersebar di seantero Nusantara.

Oleh penyunting, buku ini dibagi menjadi empat bagian utama: kisah tentang ketegaran warga, tokoh yang bisa menjadi inspirasi bagi orang lain, kekuatan bangkit dari bencana dan kisah tentang warisan budaya. Sebagian feature yang dimuat dalam buku ini merupakan karya terbaik yang diperlombakan dalam sayembara yang diadakan setiap tahun oleh lembaga kantor berita yang kini berstatus badan usaha milik negara itu.

Kisah-kisah yang tersaji, dari segi kedalaman, tentu bisa dimaklumi jika terkesan sebatas sketsa. Itu disebabkan oleh ruang terbatas yang disediakan dalam rubrik karangan khas di Antara, yang rata-rata tak bisa lebih dari 1.200 kata. Makanya, bagi yang pernah terpukau oleh kisah lima keluarga karangan Oscar Lewis, tak perlulah melakukan komparasi di level kedalaman isi kisah.

Terlepas dari sifatnya yang sekadar berkabar, 50 kisah dalam buku ini bisa dipakai untuk membaca situasi kemasyarakatan di Tanah Air, daya dan kedigdayaan orang-orang yang hidup tanpa menunggu bantuan dari pemerintah. Salah satu figur yang bisa dicatat di sini adalah Pastor Samuel Oton Sidin yang  tergerak untuk memulihkan lahan kritis di Pontianak.

Yang mengagumkan dari usaha sang pastor bukan kesuksesannya dalam mengolah lahan kritis menjadi lahan yang bertumbuh aneka tanaman, melainkan ketegarannya untuk terus bekerja ketika usahanya kurang mendapat perhatian dari warga sekitar. Sang pastor yang visioner ini tidak melihat hasil kekiniannya, tetapi prospek jangka panjangnya. Dia yakin, jerih payahnya akan dinikmati anak-anak masa depan.

Kalau Pastor Samuel bekerja atas dasar kerusakan yang ditimbulkan deforestasi, Topo, tetua adat komunitas Ammatoa di kawasan Kajang, Bulukumba, Sulawesi Selatan, mengerjakan aksi prolingkungannya atas dasar tradisi.

Dialah figur yang menerapkan filsafat kenalilah lingkunganmu untuk hidup lebih arif dan tak destruktif. Dia mencoba sintas, survive, dengan menanam, mengolah tanah dan beternak.

Memang tak semua kebutuhan hidupnya dipenuhi oleh alam sekitarnya, tetapi setidaknya dia melakukan perlawanan terhadap intrusi produk manufaktur. Dia masih mengikat tidak dengan tali rafia, tetapi  tali yang dibuatnya sendiri dari pelepah pisang. Atap dari rumbai masih bertahan di rumahnya yang sebagian besar materinya didapat dari alam sekitar.

Jika Samuel dan Topo bergerak di ranah darat untuk menyelamatkan lingkungan, Nicodemus Manu mewarnai hidupnya dengan menjaga kelestarian terumbu karang di ranah laut Pulau Flores.  Profesi utama Nico sebagai Kepala Konservasi Sumber Daya Alam di Taman Wisata Alam Laut Riung, Pulau Flores. Tapi kecintaannya pada alam itulah yang membuat Nico gigih bekerja untuk menyelamatkan terumbu karang dan biota di laut. Dengan kecintaan semacam itu, Nico tak perlu menggugat, sedikitnya bertanya, apakah gaji yang diterimanya sepadan dengan pengorbanan yang dilakukannya dan risiko yang dihadapinya dalam menjalankan tugasnya.

Kisah inspiratif tentu tak cuma di wilayah nun jauh dari pusat kekuasaan. Kisah penjaga pintu air Manggarai, Jakarta, yang sering didamprat warga juga menjadi salah satu isi buku yang terbit Desember 2010. Gus Haryanto (43) ini menunaikan pekerjaannya, yang di musim hujan, dengan mengorbankan waktu normalnya bersama keluarga. Ketika ketinggian debit Sungai Ciliwung sudah di angka yang mengkhawatirkan, piket 24 jam adalah keniscayaan bagi pria Purworejo, Jawa Tengah, ini.

Kisah inspiratf yang berakhir dengan kesuksesan material terjadi pada diri Asril Das (55), yang memulai usahanya sebagai tukang cukur keliling di Kotobaru, Kabupaten Solok, Sumbar.

Asril Das adalah salah satu prototipe perantau Minang, yang dengan etos kerja kerasnya, jatuh bangun, dan berhasil melewati banyak rintangan sebelum akhirnya menjadi sorang hartawan, dengan sukses di bidang percetakan, penerbitan, dan perhotelan.

Tentu masih ada 45 kisah inspiratif lain, di berbagai bidang kehidupan, yang dikemas buku yang diberi pengantar oleh Direktur Utama Perum LKBN Antara Ahmad Mukhlis Yusuf itu. Mukhlis mengawali pengantarnya dengan mengutip sajak WS Rendra. Pesan sajak itu berbunyi: Kita menyandang tugas demi kehormatan seorang manusia. Ya kehormatan manusia.

Ke-50 kisah inspiratif dalam buku ini adalah kisah manusia terhormat, yang menjaga kehormatannya itu dengan cara mereka masing-masing, tetapi memiliki satu titik temu, atau benang merah yang bernama keutamaan atau kebajikan dalam merayakan kehidupan.

Sumber : ANTARA

[Terima kasih atas kunjungan, komentar, saran, dan kritikan anda di blog: http://kabupatenbulukumba.blogspot.com/.]

Tidak ada komentar: