------------------------------
Mau Lihat Pinisi? Datanglah ke Paotere
Penulis & Foto-foto: Ni Luh Made Pertiwi F
Editor: I Made Asdhiana
Harian Kompas, Jakarta
Rabu, 23 Februari 2011
http://travel.kompas.com/read/2011/02/23/11481577/Mau.Lihat.Pinisi.Datanglah.ke.Paotere
KOMPAS.com — Awan kelabu dan rinai hujan tak lelah bertandang. Tepi laut penuh dengan beberapa pinisi yang berlabuh. Musim hujan pada Februari membuat kapal-kapal tidak bisa melaut. Hujan terus-menerus, ombak tinggi, dan laut tak tenang. Pelabuhan Paotere, Makassar, Sulawesi Selatan, pun tampak padat dengan kapal-kapal yang merapat. Mereka berdesak-desakan sambil menunggu cuaca reda untuk kembali mengarungi lautan lepas.
Pinisi merupakan kapal tradisional suku Bugis dan suku Makassar. Kini, pinisi berfungsi sebagai kapal muatan barang. Saat saya menjelajahi Pelabuhan Paotere, beberapa pekerja sibuk memindahkan muatan dari kapal. Kapal yang kecil memuat hasil perkebunan, seperti bawang merah dan jagung. Sementara kapal besar membawa muatan seperti batu bara, pupuk, dan semen.
(Foto: Kompas/Ni Luh Made Pertiwi F)
Kapal-kapal membawa muatan produksi Sulawesi Selatan ke berbagai penjuru Indonesia, seperti Kalimantan dan Maluku. Saat kembali, kapal ini tidak serta-merta kosong. Pinisi kembali memuat hasil produksi daerah yang dikunjungi untuk dijual di Sulawesi Selatan. Aroma ikan bakar menyeruak di udara saat saya mengelilingi pelabuhan. Sebuah pinisi yang sedang berlabuh menarik perhatian. Guratan-guratan kayu usang dan cat yang memudar menunjukkan kapal itu sudah menempuh usia panjang.
"Ini kapal tertua di sini. Umurnya sudah 20 tahun lebih. Dahulu ada tiga kapal yang diproduksi pada tahun yang sama, tetapi kini tinggal yang ini," ujar Amir, awak kapal tua itu.
Pinisi tua itu baru saja datang membawa batu bara dari Bontang, Kalimantan Timur. Sebelumnya kapal itu memuat pupuk untuk diantarkan ke Bontang.
(Foto: Kompas/Ni Luh Made Pertiwi F)
"Diperlukan tiga hari perjalanan ke Bontang. Kalau tak ada muatan, dua hari juga sampai," kata Amir. Karena cuaca buruk, ia dan teman-teman sekapal hanya bisa menunggu sampai waktu melaut kembali tiba. Kisah kejayaan pinisi di laut telah melewati masa ratusan tahun. Ada banyak sejarah tertulis dan cerita rakyat turun-temurun di beberapa daerah di Indonesia yang menyebutkan pinisi.
Beberapa sumber sejarah menyebutkan, pinisi sudah ada sejak abad ke-14. Ciri khas pinisi adalah layar terkembang dari dua tiang utama. Kapal legendaris ini terkenal ketangguhannya membelah lautan. Di beberapa wilayah di Indonesia terdapat perkampungan Bugis yang menetap secara turun-temurun. Leluhur mereka merantau menggunakan pinisi.
Jika Anda berminat mengenal wujud pinisi, bertandanglah ke Pelabuhan Paotere. Untuk memasuki areal tersebut, turis cukup membayar Rp 5.000. Selain Pelabuhan Paotere, sempatkan diri Anda berkunjung ke Tana Beru, Bulukumba. Di sini Anda bisa melihat pembuatan pinisi, sebuah paduan keterampilan turun-temurun dengan ritual mistis nan eksotis.
[Terima kasih atas kunjungan, komentar, saran, dan kritikan anda di blog: http://kabupatenbulukumba.blogspot.com/.]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar