Rabu, 14 September 2011

Penyeberangan Bira-Selayar Ditutup Sementara


Aktivitas penyeberangan di dermaga Bira Bulukumba menuju Pamatata Selayar, dihentikan sementara terhitung sejak Selasa, 13 September 2011. Ketinggian ombak di Selat Selayar yang mencapai empat meter, dilaporkan sebagai penyebabnya. (Foto: Abang Acid)

Penyeberangan Bira-Selayar Ditutup Sementara
- Ratusan Penumpang Terlantar


Laporan : Muhammad Arman
http://www.fajar.co.id/read-20110913191856-penyeberangan-biraselayar-ditutup-sementara
http://www.fajar.co.id/read-20110915000813-penumpang-masih-telantar-di-biraleppe

BULUKUMBA, FAJAR -- Aktivitas penyeberangan di dermaga Bira Bulukumba menuju Pamatata Selayar, dihentikan sementara terhitung sejak Selasa, 13 September 2011. Ketinggian ombak di Selat Selayar yang mencapai empat meter, dilaporkan sebagai penyebabnya.

Tingginya ombak plus kencangnya angin membuat pihak PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) yang sehari-hari mengelola penyeberangan Bira-Pamatata Selayar, memutuskan menunda pemberangkatan penumpang, Selasa, 13 September 2011.

ASDP tidak berani mengambil risiko dengan cuaca seperti itu. Apalagi, mereka sudah mendapat peringatan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, Geofisika, (BMKG) untuk mewaspadai pelayaran di perairan pada ketinggian ombak di atas tiga meter.

Kepala Bidang Operasional PT ASDP Pelabuhan Bira, Jamaluddin mengatakan, pihaknya sudah menunda penyeberangan sejak Senin, 12 September 2011. Alasannya, ketinggian ombak tidak memungkinkan untuk melewati laut lepas yang menjadi jalur armada kapal fery menuju Pelabuhan Pamatata Selayar.

"Kami terpaksa menunda pemberangkatan dulu sambil melihat kondisi cuaca. Penundaan ini sudah di luar kemampuan kami karena berbicara soal ombak adalah alam dan tidak bisa kami abaikan," ujarnya.

Ditanya kapan penyeberangan akan dibuka kembali, Jamaluddin tidak berani memastikan.

"Sepenuhnya bergantung cuaca. Kalau ternyata ombak baru turun dalam tiga hari, berarti tiga hari baru kami buka," tegas Jamaluddin, Selasa, 13 September 2011.

Menyangkut nasib penumpang, dia mengatakan bahwa mereka yang menunggu di Pelabuhan Pamatata Selayar dipersilakan balik ke terminal sambil menunggu cuaca membaik. Sementara, yang di Bira, disarankan pulang lebih dulu atau mencari tempat penginapan sambil menunggu cuaca normal kembali.

"Atau kalau ada yang mau menggunakan kapal cepat di Bulukumba (Lappe'e), silakan saja. Kami tidak bisa menghalangi," ucapnya.

Nurhayati, salah seorang penumpang yang ditemui di Lappe'e mengatakan bahwa dirinya sangat dirugikan dengan penundaan pemberangkatan tersebut. Selain karena menunggu lama, juga biaya yang dikeluarkan membengkak. Khususnya untuk penginapan dan makanan saat berada di pelabuhan.

Apalagi, kata dia, biaya yang sudah dikeluarkan kepada angkutan darat yang mengangkut sampai ke pelabuhan ini, biayanya tidak dikembalikan.

"Kami bermalam di sana, dan kami tidak punya kepastian kapan akan berangkat. Persoalannya, biaya kami membengkak jika begini terus," ketusnya. (arm)

Masih Telantar di Bira & Leppe'e

Ketinggian ombak yang masih berada di atas tiga meter membuat pelabuhan penyeberangan Tanjung Bira, Bulukumba, menuju Kabupaten Kepulauan Maritim Selayar masih belum beroperasi. Kondisi semakin parah lantaran jalur transportasi alternatif yakni melalui Pelabuhan Leppe'e juga hanya berani mengangkut penumpang sekali sehari.

Meskipun jalurnya berbeda yang diklaim tidak melewati laut lepas, namun pihak PT Minanga Gasing Sulawesi yang mengangkut penumpang dari Pelabuhan Leppe ke Pelabuhan Benteng Selayar tetap waspada. Akibatnya, ratusan penumpang dari dua pelabuhan penyeberangan ini telantar tanpa ada kepastian pemberangkatan.

Kepala Bagian Operasional UPTD Pelabuhan Bira, Abidin, yang dikonfirmasi mengatakan bahwa sampai saat ini pihak PT ASDP belum memberikan kepastian kapan pemberangkatan. Bahkan, kata dia, hingga Kamis, 15 September, belum ada kepastian apakah Pelabuhan Bira sudah dibuka atau belum. Apalagi, sampai saat ini kapal fery yang akan mengangkut penumpang masih tertahan di Pelabuhan Pammatata Selayar sejak tiga hari lalu.

"Dari BMKG belum ada sinyal normal. Ketinggian ombak masih di atas tiga meter," kata Abidin, Rabu, 14 September 2011.

Terkait penumpang yang ada di Pelabuhan Bira, lanjut Abidin, sudah terpecah. Sebanyak 65 orang, kata dia sudah bergeser ke Pelabuhan Leppe. Kemudian yang masih bertahan di Pelabuhan Bira hanya sekitar 40 orang. Selanjutnya ada sekitar 50 orang penumpang yang diberangkatkan ke Selayar dengan menggunakan perahu jenis jolloro.

"Saya juga lihat beberapa penumpang lain mulai bergeser ke Leppe untuk mendapatkan tiket. Karena saya dengar kapal cepat KM Minanga Expres tetap beroperasi," tambah Abidin.

Sementara itu, Kepala Cabang PT Minanga Gasing Sulawesi, Muhammad Darwis, mengatakan bahwa dari daftar penumpang yang sampai saat ini tertahan di Pelabuhan Leppe yang merupakan kiriman dari Bira berjumlah 112 orang. Bahkan, kata dia, dia sudah memberangkatkan sebagian penumpang Bira dengan mengangkut penumpang maksimal yakni 134 orang. Saat ini, 112 penumpang yang belum bisa diberangkatkan diberi tempat untuk beristirahat di kantor PT Minanga Gasing Sulawesi Cabang Bulukumba.

"Kami juga tidak bisa berangkat dua kali sehari. Kami harus waspada dengan ombak yang tinggi. Makanya, kita betul-betul lihat kondisi laut juga. Kalau memungkinkan kami berangkat. Karena waktunya hanya satu jam, kami bisa bergerak cepat. Cuma kalau dua kali kami tidak berani juga ambil resiko. Tapi kami pastikan akan beroperasi besok (Kamis, hari ini, red)," ujar Darwis.

Adapun beberapa penumpang yang ditemui di Pelabuhan Leppe secara terang-terangan mengatakan sangat dirugikan dengan kondisi ini. Dia menyalahkan pihak ASDP dan pihak angkutan darat yang membawa ke Bira yang tidak melakukan komunikasi sebelumnya. Apalagi, sejumlah pengunjung mengeluhkan karena tarif penumpang tetap sama alias tidak ada uang pengembalian dari penguasa angkutan.

"Padahal, biaya bertambah karena kami menginap sudah tiga malam," kata salah seorang penumpang asal Sukoharjo, Jawa Tengah, Imam.

Penumpang lainnya, Jamin, dari Ngawi, Jawa Timur, juga mengeluhkan hal serupa. Menurutnya, sangat disayangkan karena tidak ada upaya bagi pihak pelabuhan untuk mengarahkan para penumpang sejak Senin, 12 September. Padahal, kata dia, andaikan ada arahan, maka bisa saja dirinya menggunakan Pelabuhan Leppe sebagai alternatif. (*)


[Terima kasih atas kunjungan dan komentar Anda di Blog Kabupaten Bulukumba - http://kabupatenbulukumba.blogspot.com/.]

Tidak ada komentar: