Senin, 23 November 2015

Kemarau Berkepanjangan, Rumput pun Merintih Sedih


KERING KERONTANG. Hamparan sawah yang selama ini menghijau, kini kering kerontang. Anak sungai yang selama ini selalu dialiri air, juga mengering. Inilah pemandangan di Desa Swatani, Kecamatan Rilau Ale, Kabupaten Bulukumba, yang kami abadikan pada Ahad, 22 November 2015. (Foto: Asnawin Aminuddin)



-----------


Kemarau Berkepanjangan, Rumput pun Merintih Sedih


Panas nian kemarau ini
Rumput-rumput pun merintih sedih
Resah tak berdaya
Di terik sang surya
Bagaikan dalam neraka

Penggalan lagu The Rollins yang dirilis pada tahun 1979, rasanya terngiang kembali saat menyaksikan pemandangan sawah dan kebun di Desa Swatani, Kecamatan Rilau Ale, Kabupaten Bulukumba, Ahad, 22 November 2015.
Hamparan sawah yang beberapa bulan lalu tampak menghijau, kini kering kerontang. Rumput-rumput pun seolah merintih sedih. Resah tak berdaya melawan terik mentari. Curah hujan yang dinanti-nanti, tiada juga datang menitik.

-----------
HIJAU DAN BASAH. Beginilah pemandangan hamparan sawah yang sama namun dengan kondisi berbeda (menghijau dan sungai yang di atasnya mengalir air yang tenang dan jernih), di Desa Swatani, Kecamatan Rilau Ale, Kabupaten Bulukumba, yang kami abadikan pada 18 Juli 2015. (Foto: Asnawin Aminuddin)

-------

Kemarau berkepanjangan. Semua jadi kering. Sebagian tanaman yang tak mampu bertahan hidup, akhirnya mati kekeringan.
Kaget dan sedih sekali melihat pemandangan itu. Kemana perginya sawah yang menghijau? Kemana perginya aliran air pada anak sungai sepanjang pinggiran sawah? Kemana perginya burung-burung yang sering terbang bermain di atas hamparan padi yang menguning.

------------
MERADANG. Anak sungai pun mengering, maka rumput yang tumbuh di tanah persawahan pasti ikut meradang. Pemandangan ini kami abadikan pada ahad, 22 November 2015. (Foto: Asnawin Aminuddin)

-----------


Bagaimana dengan para petani yang menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian dan kebun? Apa yang mereka lakukan? Dari mana mereka mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari?
“Mau bikin apa lagi? Kita tunggu saja hujan turun. Kami yakin hujan tidak lama lagi akan turun. Sebentar lagi akan tiba musim hujan,” tutur Abdul Hamid, salah seorang petani yang juga pensiunan pegawai negeri sipil.

-------------
ANAK SUNGAI yang selama ini selalu dialiri air, kini tampak kering dan hanya berisi daun kelapa yang gugur dan jatuh ke tanah karena kekeringan dan panas. Meskipun demikian, terlihat masih ada rumput yang bertahan hidup di sekitar pohon kelapa dan di pinggiran pematang. Pemandangan ini kami abadikan pada Ahad, 22 November 2015. (Foto: Asnawin Aminuddin)
--------


Pendapat yang sama diungkapkan Jabba’ dan Megarahman. Mereka berdua pun optimis hujan pasti tidak lama akan turun.
“Hujan sudah pernah dua kali turun. Memang tidak merata, tetapi itu sudah tanda bahwa hujan tidak lama lagi akan turun,” kata Megarahman, salah seorang Ketua Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani).

------
HIJAU. Beginilah pemandangan sawah yang indah nan hijau, di Desa Swatani, Kecamatan Rilau Ale, Kabupaten Bulukumba, yang kami kunjungi pada 18 Juli 2015. Hijau, indah, dan alami. Semga pemandangan seperti ini kembali terulang dalam waktu dekat, (Foto: Asnawin Aminuddin)
--------------


Jabba’ yang rumah panggungnya terletak di antara persawahan dan kebun, serta memiliki aliran anak sungai di samping rumahnya yang kini juga mengering, hanya tersenyum ketika ditanyakan tentang kondisi kering kerontang akibat kemarau berkepanjangan.
“Semua kering. Sungai pun kering. Tidak ada air. Tidak ada lagi yang bisa dilakukan. Saya masih sering masuk ke kebun, tetapi hanya sekadar datang membersihkan dan menata tanah kebun,” kata petani yang usianya sudah hampir 70 tahun tetapi tetap kuat bekerja di sawah dan kebun.
Jawaban dari para petani ini sungguh mengharukan. Mereka tetap optimis dan sama sekali tidak mengeluh. Mereka tidak menyalahkan siapa-siapa. Mereka tetap menjalani hidupnya seperti biasa.
Sawah mereka boleh kering, kebun mereka boleh kerontang, tanaman mereka boleh merana, rumput yang tumbuh di sawah dan di kebun pun boleh merintih, tetapi para petani tetap tegar dan optimis.
Mereka yakin, kemarau berkepanjangan akan segera berlalu dan kemudian berganti dengan musim hujan yang akan membasahi bumi. (asnawin aminuddin)

---
@copyright Majalah PEDOMAN KARYA
http://www.pedomankarya.com/2015/11/kemarau-berkepanjangan-rumput-pun.html
------

Tidak ada komentar: