Selasa, 29 Maret 2011

Bupati Bulukumba Dinilai Tidak Peka Sosial



Bupati Bulukumba Zainuddin Hasan disindir sebagai bupati yang tidak peka sosial dalam peluncuran buku perdana karya Ketua KPU Bulukumba, Arum Spink berjudul "Di Persimpangan Menuju Tuhan," di rumah jabatan Bupati Bulukumba, Minggu malam, 27 Maret 2011.

-------------------------


Bupati Bulukumba Dinilai Tidak Peka Sosial


Minggu, 27 Maret 2011
http://makassar.antaranews.com/berita/26074/bupati-bulukumba-tidak-peka-sosial

Bulukumba, Sulsel (ANTARA News) - Peluncuran buku perdana karya Ketua KPU Bulukumba, Arum Spink berjudul "Di Persimpangan Menuju Tuhan," di Bulukumba, Minggu malam, 27 Maret 2011, lebih banyak menyinggung seorang pemimpin yang tidak peka terhadap kondisi sosial dan daerahnya.

"Tidak adanya perhatian serius Pemkab, dalam hal ini Bupati, untuk memperhatikan khusus warga yang mempunyai potensi dan seni bermusik, serta kebudayaan untuk dikembangkan. Seharusnya, diberikan bantuan pembinaan atau semacamnya agar potensi anak tersebut dapat berkembang untuk mengharumkan nama kabupaten," ucap Arum Spink yang biasa disapa Piping.

Hal itu terkuak, disebabkan dai cilik bernama Izzatul Musyarrifah (11), warga Dusun Makkanino, mendapat bantuan dari Bank BNI, karena kesulitan membiayai sekolahnya dan terancam putus sekolah pascadiberitakan media cetak.

Dai cilik besutan TV swasta nasional (Lativi) kala itu melaju pada enam besar pada tahun 2006 silam, namun pascaacara tersebut Izza tidak lagi mendapat perhatian dari Pemkab Bulukumba.

Ketua Forum Komunikasi Pemuda Pelajar (FKKP) Bulukumba, Asri Pato mengatakan, ironi mantan dai cilik tersebut malah mendapatkan beasiswa dari Bank BNI setelah diberitakan media cetak terkait persoalan itu, sementara Pemkab tidak mampu memberikan apa-apa.

"Ironi memang. Pemkab seharusnya berbangga mempunyai aset yang dapat mengangkat nama kabupaten. Faktanya, Pemda ataupun Bupati tidak dapat berbuat banyak, dan terkesan acuh tidak mempedulikannya, walaupun sempat disinggung," ujarnya.

Keprihatinan pun mengalir dari penggiat sosial dan berencana akan melakukan penggalangan dana untuk disumbangkan kepada aset daerah ini di masa mendatang. Izza pun mulai merasakan kesulitan sejak duduk di kelas II di MTs Darul Istiqamah lantaran tidak mampu membayar biaya sekolah sebesar Rp 120 ribu per bulan. Sementara orangtua tidak memiiki pekerjaan tetap dan dari golongan ekonomi lemah.

''Hampir tiga tahun terakhir saya mencari bantuan, baik itu di Bupati hingga pengusaha dan lainnya namun hasilnya nihil," ungkap Iwan, kakak kandung Izza.

Tak hanya itu, teaterawan asal Makassar yang juga diundang dalam acara tersebut, juga menyingung kepekaan Pemkab Bulukumba. Dalam teater berjudul "Kepiting Dalam Baskom" mengilustrasikan bagaimana seorang pemimpin bisa melakukan hal-hal yang bisa menyelamakan dirinya ketimbang menyelamatkan rakyat dan mengembangkan daerah yang dipimpinnya.
(T.KR-HK/F003)

[Terima kasih atas kunjungan, komentar, saran, dan kritikan anda di blog: http://kabupatenbulukumba.blogspot.com/.]

Tidak ada komentar: