--------------------
Kisah Perempuan Tegar dari Bulukumba
- Jusmini: Kita Tidak Harus Miskin Terus
Setelah ada kesusahan pasti ada kemudahan. Kalimat ini sangat cocok mewakili kisah hidup Jusmini, perempuan paruh bayah yang tinggal di Desa Seppang, Kecamatan Ujung Loe, Kabupaten Bulukumba. Jusmini adalah sosok yang mewakili karakter perempuan tegar di kampungnya.
Dahulu, ia adalah pedagang keliling meubel. Hidupnya pernah berkecukupan, tapi takdir berkata lain. Jusmini terlilit utang, bahkan mencapai Rp 200-an juta! Tercatat, ia berutang di BRI Rp 20 juta, di BNI Rp 30 juta, di Koperasi Berkat Rp 20 juta dan utang di pengusaha meubel sekitar Rp 130 juta. Tak ayal, rumah Jusmini pun disita bank. Tidak hanya itu, ia pun jadi cibiran orang sekampung. Semua itu hampir membuat dirinya putus asa.
“Tuhan Maha Tahu, saya hampir berputus asa. Dunia tidak lagi menyenangkan untuk didiami orang seperti saya,” tutur Jusmini. Sempat ia berniat meninggalkan kampung, karena tinggal di lingkungan yang mencibirnya dirasa sungguh berat.
Hingga suatu ketika, Jusmini mendapat undangan dari BKM Padaidi Desa Seppang. Di situ, ia mendengar tentang sosialisasi dana bergulir. Dari sosialisasi tersebut, bersama lima orang ibu-ibu tetangganya, bersepakat membentuk KSM Jasmin. Mereka pun mendapatkan pinjaman bergulir masing-masing Rp 500.000. Berbekal modal itu, Jusmini meretas jalan baru sekaligus harapan baru kehidupannya.
“Di mana ada kemauan, di situ pasti ada jalan,” ujarnya, mengingat titik balik kehidupannya yang dimulai dari dana bergulir Rp 500.000. Uang itu ia manfaatkan untuk membeli 3 kilogram benih kacang panjang, tali, racun dan pupuk. Ia memanfaatkan lahan kebunnya menjadi lahan kacang panjang. Hasil kebun kacang panjang dijualnya Rp 1.000 per ikat. Dalam satu musim, modal Rp 500.000 itu, dibuatnya menjadi Rp 5 juta!
Keberhasilan di musim tanam pertama, membuat Jusmini semakin yakin dengan masa depannya.
“Tuhan sedang menunjukkan kasih sayang-Nya. Gelora di jiwa saya jadi semakin kuat. Kehidupan pun serasa semakin berpihak pada saya. Maha Pemurah Tuhan pada setiap hamba-hamba yang mencari ridho-Nya,” ujar Jusmini penuh syukur.
Sekitar 1,5 tahun Jusmini menjual sendiri kacang panjangnya. Sisa sayur, tidak diambil oleh pedagang. Berbekal keyakinan bahwa hari esok akan lebih baik, Jusmini rela berangkat subuh buta dan menempuh jarak 11 kilometer ke Pasar Cekkeng, di ibukota Kabupaten Bulukumba. Mulanya ia sempat diusir oleh penjaga pasar, karena dianggap menyerobot badan jalan.
Tanpa berniat menyerah, Jusmini melanjutkan perjuangan. Ia mulai merintis warung kelontong. Dari warung itu ia mendapat laba bersih sekitar Rp 70.000 setiap harinya. Ia menyisihkan Rp 14.000 per hari untuk arisan tabungan yang dicetuskan bersama ibu-ibu anggota KSM Jasmin lainnya. Per bulan, arisan tabungan mereka mencapai Rp 400.000.
“Utang saya yang tersisa kini sekitar Rp 20 juta. Mudah-mudahan bisa lunas tahun ini,” tegasnya optimis, sambil memegang motor baru miliknya, yang diyakini akan memperlancar usaha.
“Utang saya yang tersisa kini sekitar Rp 20 juta. Mudah-mudahan bisa lunas tahun ini,” tegasnya optimis, sambil memegang motor baru miliknya, yang diyakini akan memperlancar usaha, menemaninya bergerak lincah menapaki jalan hidup yang kian bersemi.
Butuh pinjaman lagi?
“Modalnya sudah cukup untuk diputar. Tabungan kelompok yang kami sepakati atas bimbingan dari P2KP dapat dijadikan modal,” jelas Jusmini yang kini sering diminta menceritakan pengalamannya oleh BKM Padaidi ke KSM-KSM baru yang akan meminjam dana bergulir.
“Senang sekali bisa berbagi bersama teman-teman. Siapa sangka dengan Rp 500.000 bisa mengantarkan saya keluar dari belitan utang,” katanya, dengan raut yang berseri-seri.
Jusmini berencana mengubah hidupnya. Hidup dengan masa depan yang lebih menjanjikan dan bisa berbagi dengan masyarakat lain.
“Kita tidak harus miskin terus. Berusaha dan terus berdoa. Ujung dari ikhtiar terbaik kita adalah awal campur tangan Tuhan pada kehidupan hamba-Nya. Saya akan terus berbagi dan memotivasi warga-warga miskin lainnya bersama BKM. P2KP memang beda! Sesuai posternya: ‘Kita Berbeda’,” tandasnya dihiasi senyum sumringah. (Adhar Tennang, TA Sosialisasi KMW VIII Makasar Sulawesi Selatan, PNPM Mandiri Perkotaan; Firstavina)
@ -- Keterangan:
Artikel bergaya feature ini saya temukan saat berselancar di dunia maya pada hari Senin, 4 April 2011. Judul aslinya: ''Berjuanglah, Harapan Itu Masih Ada'' dan dimuat pada website PNPM Perkotaan, http://www.p2kp.org/, pada 23 Februari 2009, dengan alamat tulisan http://www.p2kp.org/wartaprint.asp?mid=2487&catid=3&. Saya mengubah judulnya karena tertarik dengan kalimat yang diucapkan Jusmini. Hormat saya: asnawin.
[Terima kasih atas kunjungan, komentar, saran, dan kritikan anda di blog: http://kabupatenbulukumba.blogspot.com/.]
5 komentar:
jusmini ok....hahahaha
hebat tante
kisah nyata ini sangat bermanfaat dan inspiratif...
Pesan sy hanya satu, sebagai muslimah, tetaplah meahami etika busnis, jangan asal main sikat, harus tau mana yg halal dan mana pula yg gak boleh. Karna secara pribadi, sy kenal betul beliau.. Sukses ya.
Pesan sy hanya satu, sebagai muslimah, tetaplah meahami etika busnis, jangan asal main sikat, harus tau mana yg halal dan mana pula yg gak boleh. Karna secara pribadi, sy kenal betul beliau.. Sukses ya.
Posting Komentar