Kamis, 15 September 2011

Ritual Potong Lidah Warnai Acara Pa’dampoleng di Kajang


Kebersamaan dan gotong royong sangat kental dalam setiap acara yang diadakan di kawasan adat Kajang. Hal ini terlihat dari banyaknya warga dan tetangga yang ikut meramaikan acara ini, bukan hanya sumbangan tenaga dan hasil bumi yang mereka persembahkan kepada tuan rumah. Songkolo', nasi khas Kajang, uhu'-uhu', dan cucuru', tak pernah lepas dari acara yang digelar di kawasan Kajang. (int)




Ritual Potong Lidah Warnai Acara Pa’dampoleng di Kajang

Oleh: Ubayd
(Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Bulukumba, - http://bulukumbatourism.com/)

Suara riuh rendah terdengar dari kediaman Kepala Desa Sangkala, Kecamatan Kajang, Selasa, 13 September 2011. Di sana sedang berlangsung acara adat Pa’dampoleng yang merupakan ritual adat untuk mengenang 100 hari wafatnya Rabi, istri dari Puto Toa Sangkala, Palaloi.

Ritual adat seperti ini biasanya dihadiri oleh 36 puto atau pemangku adat Kajang. Kebersamaan dan gotong royong sangat kental dalam setiap acara yang diadakan di kawasan adat Kajang. Hal ini terlihat dari banyaknya warga dan tetangga yang ikut meramaikan acara ini, bukan hanya sumbangan tenaga yang mereka persembahkan kepada tuan rumah, akan tetapi kebersamaan juga dapat dilihat dari banyaknya sumbangan berupa hasil bumi yang dipersembahkan untuk mendukung acara ini.  

Songkolo', nasi khas Kajang, uhu'-uhu', dan cucuru', tak pernah lepas dari acara yang digelar di kawasan Kajang.

Acara ini diawali dengan penyambutan perwakilan pemerintah Bulukumba yang diwakili oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bulukumba, Andi Nasaruddin Gau, serta para pemangku adat atau para Puto. Kemudian acara dilanjutkan dengan pendelegasian tugas dari Puto Punggawa kepada Sanro atau dukun yang akan melakukan Ritual Adat Pa’dampoleng.

Mulut Sanro tak henti-hentinya berkomat-kamit membacakan mantra-mantra, serta doa kepada leluhur. Bau kemenyan yang dibakar oleh Sanro menyeruak memenuhi ruangan yang dipenuhi oleh bahan makanan yang dibawa oleh penduduk. Tak lupa Sanro memberkati bahan makanan persembahan tersebut dengan asap kemenyan.

Setelah itu, Sanro memimpin para kerabat almarhum satu per satu untuk membacakan doa kepada arwah almarhumah. Isak tangis sesekali terdengar dari keluarga yang berduka mengenang kepergian almarhumah.

Acara adat ditutup dengan ritual pemotongan lidah kerbau menandai bahwa keluarga almarhumah telah ikhlas melepas kepergian almarhumah. Seperti ritual adat Kajang lainnya, setelah acara usai bahan makanan yang telah diberkati oleh Sanro kemudian dibagikan kepada para tamu yang kali ini bahan makanan dan kue tradisional tersebut dimasukkan ke dalam kamboti (keranjang yang terbuat dari anyaman daun kelapa).


[Terima kasih atas kunjungan dan komentar Anda di Blog Kabupaten Bulukumba - http://kabupatenbulukumba.blogspot.com/.]

Tidak ada komentar: