Kamis, 13 Oktober 2011

Kopi Susu Khas Bulukumba


WARKOP WADDADDAH. Inilah warung kopi atau kedai kopi Dua-Tellue Waddaddah, di Jl Geger Kalong Hilir No 128, Bandung, Jawa Barat, milik Yahya, yang fokus mengusung kopi asli Kabupaten Bulukumba. Waddadah berarti suatu ketakjuban dalam bahasa Bulukumba yang bisa berarti "Wow" dalam bahasa Indonesia sebagai ungkapan rasa takjub. (Foto: www.myoyeah.com)

----------------------

Warung Kopi DuaTelluE Bulukumba - Waddaddah  
- Kopi Susu Khas Bulukumba

Ketika berselancar di internet, Kamis malam, 13 Oktober 2011, saya menemukan website www.myoyeah.com, yang menyajikan berita foto tentang Kedai Kopi Dua Tellue Waddaddah, di Bandung, Jawa Barat, yang menyajikan kopi asli khas Bulukumba.

Harian Kompas edisi Jumat, 23 September 2011, juga pernah memuat informasi mengenai warkop atau kedai kopi milik putra asli Bulukumba bernama Yahya.

Bedanya, myoyeah.com menyajikan gambar besar-besar dan sedikit keterangan gambar, sedangkan harian Kompas memuat feature tentang sejumlah warkop atau kedai kopi di beberapa kota besar yang mengusung kopi khas lokal Indonesia, antara lain warkop Dua Tellue Waddaddah yang dikelola Yahya. 

Dua-tellue artinya yang dua tiga atau dua-tiga, sedangkan Waddadah adalah ungkapan rasa takjub yang sama artinya dengan ungkapan kata "wow."

Sebagai orang yang lahir dan besar di Bulukumba, saya ikut bangga atas keberhasilan Yahya-Harian Kompas menuliskan nama Yaya-dalam mengelola kedai kopinya, sehingga bisa eksis dan terekspos ke permukaan melalui media cetak dan media online.

KOPI LOKAL. Beginilah gaya Yahya saat menuangkan kopi lokal asasl Bulukumba ke gelas atau cangkir. Penyeduhan kopi diproses mirip ala kopi Turki yang direbus, namun menggunakan alat penyaring kain selama proses perebusan kopi. (Foto: www.myoyeah.com)

Tidak semua pengusaha warkop atau kedai kopi yang beruntung seperti Yahya. Beruntung karena kedai kopinya cukup terkenal dan banyak pelanggannya, dan juga beruntung karena kedai kopinya dan dirinya diekspos oleh harian Kompas yang merupakan harian terbesar di Indonesia.

Harian Kompas ketika itu membahas tentang warkop atau kedai kopi lokal dengan cita rasa kopi lokal. Kompas menyebutkan bahwa salah satu keistimewaan warkop atau kedai kopi lokal yaitu karena mereka menyangrai sendiri biji-biji kopi mentahnya.

"Penyangraian itu berkontribusi menentukan kenikmatan seduhan kopi. Kopi yang terseduh berasal dari kopi segar yang baru disangrai," tulis Kompas.

NUANSA ANAK MUDA. Waddadah tidak hanya warung kopi saja tapi mempunyai konsep sebagai tempat bertemu, bersirahturahmi, tukar informasi, bahkan bekerja. Ciri khas kopi ini terdapat pada standarisasi cara pengolahan dari aslinya. Desain outletnya dibuat bernuansa anak muda juga dilengkapi Wi-fi. (Foto: www.myoyeah.com)

Salah satu kedai kopi yang dikunjungi Kompas yaitu kedai kopi Dua Tellue Waddaddah, milik Yahya, di Bandung, Jawa Barat.

Yahya, yang asal Bulukumba, mendirikan kedai kopi Waddaddah karena kepincut berat dengan cita rasa kopi di kampungnya. Itu pun baru disadari Yahya ketika ia pulang kampung dan tinggal sementara di sana selama tiga tahun.

Masa lima tahun terakhir menurut Yahya, terjadi demam pertumbuhan warung kopi di Bulukumba sejak Facebook digandrungi. Pasalnya, warung kopi penyedia wifi gratis menjadi salah satu faktor penarik pengunjung.

Demam ngopi di kedai yang muncul belakangan ini di sana sebenarnya sedikit aneh. Sebab, perkebunan kopi telah eksis sejak zaman Belanda di Sulawesi. Namun kultur minum kopi di Bulukumba, terlebih di kedai kopi, menurut Yahya, belum lama terbangun.

”Karena secara historis, kita memang daerah koloni. Kita hanya penghasil, yang menghasilkan kopi hanya untuk memenuhi kebutuhan Barat. Masyarakat di daerah penghasil sendiri tidak tahu seperti apa rasa kopi yang terbaik. Sampai sekarang, kopi grade 1 di sana habis dibawa ke luar negeri,” kata Yahya.


Berangkat dari demam ngopi di kampungnya itu, Yahya lalu menghadirkan khusus kopi susu di Waddaddah. Akhir tahun 2011 ini, Yahya bahkan berencana membuka kedai serupa di Jakarta. Tetap fokus di penyajian ala kopi susu. Penyeduhan kopi diproses mirip ala kopi Turki yang direbus, namun menggunakan alat penyaring kain selama proses perebusan kopi.

Salah satu yang menarik dari seorang Yahya, yaitu dia bukan berlatar-belakang pendidikan ekonomi, melainkan seorang sarjana jurusan desan produksi Institut teknologi Bandung (ITB).

"Anak muda harus diedukasi untuk mencintai budayanya sendiri. Salah satunya dengan memperkenalkan kopi khas Bulukumba ini," ujar Yahya. (asnawin)

Sumber:
- http://www.myoyeah.com/berita.php?c=32&id=1516#komentar_login
- http://female.kompas.com/read/2011/09/23/19012156/Terbius.Nikmat.Kopi.Kedai.Lokal


[Terima kasih atas kunjungan dan komentar Anda di Blog Kabupaten Bulukumba - http://kabupatenbulukumba.blogspot.com/.]

3 komentar:

Anonim mengatakan...

salam dari kami komunitas warkop kampoeng bulukumba.
semoga cita rasa khas kopi bulukumba
tetap terjamin kualitasnya dan semoga bertambah pengunjungnya.

good lucky.

Asnawin Aminuddin mengatakan...

salam balik dari kami.... sbg sesama orang Bulukumba yg punya kepedulian terhadap daerah kelahirannya.... eh kalo ada waktuta, jalan2ki ke http://www.facebook.com/groups/299710153418772/ .... trims....

Tabloid LINTAS - Makassar mengatakan...

waddaddah....