Senin, 19 September 2011
Cerpen: -- Berlibur di Kampung Ortu
Orang-orang kampung juga pada baik hati, ramah, dan supel. Alamnya sangat sejuk dan alami. Aku paling suka mandi di sumur alam di tengah kebun, karena airnya sangat sejuk dan mandinya rame-rame. Oh ya, di kampung ortuku ini, pisang goreng sepertinya jadi penganan wajib. Nantilah aku ceritakan semuanya,
Cerpen:
Berlibur di Kampung Ortu
Karya: Asnawin
Aku sudah tidak sabaran ingin bercerita kepada Rini, pacarku. Hampir sebulan kami berpisah, karena aku liburan di kampung kelahiran kedua ortuku. Banyak cerita menarik yang ingin kusampaikan.
Pulang dari masjid salat subuh, aku menerima sms dari Rini. “Entar bangun siang, kita ngobrol ya. Jangan lupa TM.” Aku tidak membalas sms-nya.
Rini tahu, setiap pulang salat subuh, aku langsung tidur, karena pada malam hari tidurku sangat kurang. Pulang taraweh, biasanya aku dan keluarga di sini ngobrol-ngobrol dulu. Setelah om, tante, dan sepupu-sepupuku tidur, aku masih lanjut nonton tivi sampai tengah malam. Setelah itu, tidur dua-tiga jam, lalu bangun lagi makan sahur. Habis itu, menunggu waktu salat subuh dan setelah salat barulah balas dendam tidur panjang sampai jam sebelas siang.
“Dasar anak kota,” begitulah kata Ijah, sepupuku yang kelas dua es-em-pe.
Meskipun baru dua kali bertemu, aku dan Ijah, serta sepupu-sepupuku yang lain di Bulukumba, kampung halaman ortu kami, sangat akrab. Kami benar-benar seperti kakak-adik, saudara kandung. Ijah sangat senang ketika aku mengajarkan dia memakai laptop dan berinternet ria dengan memakai fasilitas modem Telkomsel-flash.
Ketika kuperkenalkan dengan Rini, Ijah tampak begitu senang bercerita dan banyak bertanya. Salah satu pertanyaannya yang membuatku tidak bisa menahan tawa, yaitu ketika dia bertanya ; “Apakah kak Rini juga rajin salat dan baca Qur’an?”
“Kakak tidak takut kehabisan pulsa?” tanya Ijah, setelah dia ngobrol panjang dengan Rini.
“Nggak dong, ‘kan ada program TM. Talkmania yang tarifnya hanya Rp 2.000 per hari. Dengan TM, semua operator Telkomsel bebas bicara selama enam ribu detik,” jelasku.
“Wah, bagus sekali itu kak yah,” kata Ijah.
Menjelang buka puasa, barulah aku menelepon Rini.
“Kok baru nelpon sekarang,” tanya Rini.
“Rin, Ramadhan di kampung itu ternyata jauh lebih nikmat dan lebih seru dibanding di kota. Orang-orang kampung juga pada baik hati, ramah, dan supel. Alamnya sangat sejuk dan alami. Aku paling suka mandi di sumur alam di tengah kebun, karena airnya sangat sejuk dan mandinya rame-rame. Oh ya, di kampung ortuku ini, pisang goreng sepertinya jadi penganan wajib. Nantilah aku ceritakan semuanya, dah buka puasa nih,” kataku tanpa memberi kesempatan kepada Rini untuk menyela.
Keterangan:
- Cerpen ini dimuat pada 22 Agustus 2011 dan diikutkan lomba Cermin (cerpen mini) Ramadhan Ceria di Kompasiana.com,
- http://fiksi.kompasiana.com/prosa/2011/08/22/berlibur-di-kampung-ortu/
[Terima kasih atas kunjungan dan komentar Anda di Blog Kabupaten Bulukumba - http://kabupatenbulukumba.blogspot.com/.]
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
IKAN DUYUNG. Jumaning (60), membersihkan tubuh ikan duyung yang ditemuinya di tepi pantai saat mencuci bentang (tali rumput laut) di pesi...
-
Andi Sultan Daeng Radja bersama tujuh orang lainnya telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional melalui Surat Keputusan Presiden RI (Sus...
-
BUNDARAN PHINISI. Kabupaten Bulukumba yang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, terdiri atas 10 kecamatan dan 126 ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar