Langsung ke konten utama

Pinisi, Kapal Besar dari Desa Kecil



Seorang punggawa kapal pinisi memasang pasak untuk memaku papan lambung pinisi yang berada di salah satu dermaga Pelabuhan Penyeberangan Bira, Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba. Penggunaan pasak kayu yang dipertahankan dalam pembuatan pinisi membuat lambung bertahan hingga sepuluh tahun, dibandingkan penggunaan paku besi yang korosif dan hanya mampu bertahan selama tiga hingga lima tahun saja. (Foto: Kompas/ARYO WISANGGENI GENTHONG)

Pinisi, Kapal Besar dari Desa Kecil

Oleh: Genthong, Aryo Wisanggeni

Harian Kompas
Senin, 8 Februari 2010
http://regional.kompas.com/read/2010/02/08/11434564/Getaran.Gempa.di.Museum.Merapi 

Jika melihat kehebatan kapal layar tradisional pinisi yang memiliki daya muat ratusan ton dan kemampuan jelajah hingga ke benua Afrika, mungkin saja kita tak menyangka kalau kapal tersebut dibuat oleh warga di sebuah desa kecil di Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan. Cara membangunnya pun sangat orisinil dan unik, dimulai dari menyusun kulit lalu membuat kerangka kapal.

Tempat pembuatan kapal pinisi berada di semenanjung Bira, yakni di desa Ara, Lemo-lemo, dan Bira. Warga di desa tersebut sudah turun temurun menguasai pembuatan kapal tradisional. Ribuan kapal kayu yang kerap bersandar di Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta, Kalimas Surabaya atau pun di pelabuhan rakyat di Indonesia, bahkan dibuat dengan teknik pembuatan pinisi yang harus mendapat sentuhan orang dari Semenanjung Bira.



Seorang punggawa kapal pinisi di salah satu galangan di Tanah Beru Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba, menggunakan pahat dan palu untuk membentuk tulang lambung pinisi. Dalam pembuatan pinisi, setelah membuat lunas maka para pengguwa akan membuat dinding lambung kapal, baru kemudian membuat tulang lambung untuk memperkuat dinding lambung yang sudah dibuat. (Foto: Kompas/ARYO WISANGGENI GENTHONG)

Konon, ilmu membuat kapal sudah diturunkan kepada warga tiga desa di Semenanjung Bira tersebut dari bangsawan Bugis-Makassar, Sawerigading. Syahdan, kapal yang digunakan Sawerigading -tokoh sentral mitologi Sulawesi Selatan- pecah digulung laut. Kemudian lambung kapal itu terdampar di Desa Ara. Haluan dan buritannya terdampar di Desa Lemo-lemo. Lunas, kemudi, dan layarnya terdampar di Desa Bira. Dari pecahan itu, mengalirlah ilmu membuat kapal pinisi

“Jadi sebodoh-bodohnya orang Bira jika berada di atas kapal pasti pintar. Orang Bira mendapat pusaka layar dan kemudi sehingga menjadi pelaut hebat. Sepintar-pintarnya orang membuat lambung, tidak akan lebih bagus pekerjaannya daripada lambung buatan orang Ara. Kami orang Lemo-lemo membuat haluan dan buritan, meski sekarang kami juga menjadi pelaut,” kata seorang pemilik galangan kapal, Haji Abdullah (49) yang menuturkan kembali mitologi itu di galangannya yang berada di Pantai Tanah Lemo, pesisir barat Semenanjung Bira, sekitar 23 km arah tenggara dari ibukota Kabupaten Bulukumba.

Mitologi itu menuntun jalan hidup orang Ara, Lemo-lemo, dan Bira. Seorang Lemo-lemo seperti Yusman (17) telah meninggalkan sekolahnya, dan kini belajar menjadi punggawa atau pembuat pinisi. Ia magang mengikuti pamannya, Baso (35), kepala punggawa di galangan Abdullah. “Saya tinggalkan sekolah sejak kelas 4 SD,” tutur Yusman sambil menaruh potongan kayu kandole di pelataran galangan, di antara hamparan serbuk dan serpihan kayu di belakang buritan pinisi garapan Abdullah.

Parangnya membelah kayu itu, membentuknya menjadi pasak-pasak berdiameter 3 cm. Pasak-pasak Yusman akan merangkai papan kayu membentuk lambung kapal pinisi sepanjang 37,5 meter. Yusman bekerja dalam diam, mengikuti irama suara ombak yang bersahutan dengan dengungan ketam listrik, mesin amplas, dentam pahat beradu palu. Baso tersenyum memandangi Yusman. “Sekarang ia hanya boleh membuat pasak, menyiapkan kabel dan alat pertukangan, juga menyimpannya. Namun akan ada waktunya bagi Yusman untuk ikut menggarap kapal,” tutur Baso.

Ketekunan Yusman membuat pasak demi pasak itulah yang akan melanjutkan tradisi orang Semenanjung Bira sebagai pembuat perahu pinisi. Di tangan mereka, kapal kayu dengan dua tiang berikut tujuh layar itu bukan sekedar teks sejarah, meski legenda pinisi memiliki catatan panjang.


[Terima kasih atas kunjungan, komentar, saran, dan kritikan anda di blog: http://kabupatenbulukumba.blogspot.com/.]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Ikan Duyung di Bulukumba

IKAN DUYUNG. Jumaning (60), membersihkan tubuh ikan duyung yang ditemuinya di tepi pantai saat mencuci bentang (tali rumput laut) di pesisir pantai di Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, Selasa, 19 April 2011. Banyak warga yang berkunjung ke rumah Jumaning karena penasaran ingin melihat ikan duyung tersebut. (Foto: Kompas/k23-11) -------------------------- Kisah Ikan Duyung di Bulukumba Meski Dibacok, Ikan Duyung Tetap Hidup Harian Kompas (Kompas.com) K23-11 | yuli | Rabu, 20 April 2011 http://regional.kompas.com/read/2011/04/20/04143456/Meski.Dibacok.Ikan.Duyung.Tetap.Hidup BULUKUMBA, KOMPAS.com — Warga pesisir di Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, digemparkan dengan seekor ikan duyung yang tiba-tiba muncul, Selasa (19/4/2011). Para nelayan pun kemudian berniat memotong ikan tersebut untuk mengambil dagingnya. Namun, entah mengapa ikan duyung yang tubuhnya sudah terluka akibat sabetan parang itu terus berenang hing

Pahlawan Nasional dan Andi Sultan Daeng Radja

Andi Sultan Daeng Radja bersama tujuh orang lainnya telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional melalui Surat Keputusan Presiden RI (Susilo Bambang Yudhoyono) Nomor 085/TK/Tahun 2006 tanggal 3 November 2006. Andi Sultan Daeng Radja secara diam-diam mengikuti Kongres Pemuda Indonesia, pada 28 Oktober 1928. Bersama Dr Ratulangi dan Andi Pangerang Pettarani, dirinya diutus sebagai wakil Sulawesi mengikuti rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) di Jakarta.

Kecamatan, Kelurahan, Desa, dan Kode Pos di Kabupaten Bulukumba

BUNDARAN PHINISI. Kabupaten Bulukumba yang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, terdiri atas 10 kecamatan dan 126 desa/kelurahan. Berikut daftar nama-nama kecamatan, desa dan kelurahan, serta kode pos masing-masing desa/kelurahan di Kabupaten Bulukumba. (Foto: Asnawin) ----------------------------- Kecamatan, Kelurahan, Desa, dan Kode Pos di Kabupaten Bulukumba Berikut ini adalah daftar nama-nama Kecamatan, Kelurahan / Desa, dan nomor kode pos (postcode / zip code) pada masing-masing kelurahan / desa, di Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan, Republik Indonesia. Kabupaten : Bulukumba 1. Kecamatan Bonto Bahari - 1. Kelurahan/Desa Ara ----------------- (Kodepos : 92571) - 2. Kelurahan/Desa Benjala ------------- (Kodepos : 92571) - 3. Kelurahan/Desa Bira ----------------- (Kodepos : 92571) - 4. Kelurahan/Desa Darubiah ------------ (Kodepos : 92571) - 5. Kelurahan/Desa Lembanna ----------- (Kodepos : 92571) - 6. Kelurahan/Desa Sapolohe -